“Ombak Menerjang Di Teluk Batang”
PERJALANAN menuju SAGKI November 2015 bikin kecut nyaliku. Bersama rombongan dari Keuskupan Ketapang, kami harus naik longboat dari Teluk Melano ke Pontianak. Waktu itu tidak ada penerbangan Ketapang Pontianak karena kabut asap tebal. Satu-satunya cara harus naik kapal motor.
Longboat penuh terisi penumpang dan muatan di atap kapal. Cuaca mendung dan hujan mulai turun. Suara motor meraung-raung menembus ombak setinggi 3 meter. Tak ada suara manusia. Semua senyap dalam ketakutan. Semua hanya berdoa dalam diam supaya selamat sampai tujuan.
Di Teluk Batang ombak mengamuk. Kapal oleng kanan kiri. Kadang daratan kelihatan, kadang hilang seolah kapal mau ditelan ombak. Hati rasanya miris dan kecut, hanya bisa berdoa.
Aku duduk di pinggir sebelah kiri. Aku bisa melihat ombak bergolak. Nasib seperti di ujung tanduk. Hanya pasrah pada kuasa Tuhan. Aku pernah jatuh dengan motorku di sungai. Masih bisa selamat. Tapi ini di laut….???
“Tuhan kasihanilah kami. Tuhan selamatkanlah kami” hanya kalimat itu yang berulangkali kubisikkan sambil pegang erat-erat rosario.
Para murid bertolak ke seberang dengan perahu pada petang hari. Taufan mengamuk dan ombak menyembur sangat dasyat. Mereka sangat ketakutan dan berteriak-teriak; “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?”
Kiranya itu tanda keputus-asaan mereka. Menghadapi ombak badai yang menerjang, para murid sangat ketakutan.
Yesus bangun dan menghardik angin, “”Diam! Tenanglah!” lalu angin reda dan danau menjadi teduh sekali.
Pertanyaan Yesus kepada murid-murid-Nya “makjleb”, “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?”
Kadang kita hanya sibuk dengan badai kehidupan kita. Kita terlalu ketakutan memikirkan diri sendiri. Sering kita lupa bahwa ada Tuhan di tengah kita.
Masalah kehidupan lebih menakutkan daripada kuasa Tuhan. Kita sering merebut wewenang Tuhan untuk menyelesaikan segala masalah.
Dari bacaan ini kita harus mengakui kemahakuasaan Tuhan. Ia menciptakan alam semesta. Maka Ia berkuasa atas angin, danau, badai taufan dan seluruh alam raya ini.
Kita ini hanya bagian terkecil dari alam semesta. Kita harus tunduk pada kuasa-Nya. Yesus Raja Alam Semesta. Pasti nasib kita juga ada dalam kuasa-Nya. Mari kita percaya dan sujud menyembah-Nya.
Batu mulia batu pualam.
Ditambang dari perut bumi.
Tuhan Raja semesta alam.
Kuasailah seluruh hidup kami.
Cawas, menerjang badai….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr