KETIKA suaminya sedang pergi ke TPS untuk mencoblos, seorang ibu tega membunuh tiga anaknya yang masih balita. Peristiwa itu terjadi di desa Banua Sibohou, Nias Utara. Ibu berinisial MT (30) membunuh tiga anaknya sendiri dengan motif kesulitan ekonomi. Kemiskinan dan himpitan ekonomi sering membuat suami istri itu bertengkar. Tidak kuasa menahan kesulitan yang diderita, ibu itu bertindak nekat. Bahkan dia sendiri juga berniat bunuh diri setelah melakukan perbuatan keji itu. Beban derita dan himpitan persoalan sering membuat gelap mata. Orang mudah mencari solusi jalan pendek.
Bunuh diri bukanlah jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit setiap orang. Tukang gembok pasti menyediakan kuncinya. Begitu pun setiap permasalahan, pasti ada jalan keluarnya. Mengakhiri hidup bukan kunci menyelesaikan sebuah persoalan dan beban derita.
Maria seorang perawan muda dihadapkan pada suatu permasalahan yang pelik. Ia mendapat berita menggembirakan sekaligus membebani dirinya. Malaikat itu berkata, “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.”
Maria bingung karena ia belum bersuami. “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Persoalan ini pasti sungguh berat. Sebagai seorang perempuan, pastilah ia bercita-cita menjadi ibu yang wajar dan normal. Tidak dengan cara di luar pikiran manusia sederhana ini. Rencana Tuhan memang sering tak terjangkau oleh pikiran manusia yang serba terbatas.
Menghadapi kesulitan dan beban hidup yang berat itu, Maria tidak menghindar. Kendati masa depan masih gelap, namun ia percaya pada rencana Tuhan. Ia berani menyerahkan diri dan berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu.”
Tuhan pasti mahatahu. Seberapa kekuatan dan daya tahan kita. Tuhan tidak akan menumpangkan beban di pundak melebihi batas kekuatan kita. Di luar kemampuan kita, Tuhan pasti bertindak. Tuhan selalu siap mengulurkan tangan untuk menolong.
Kepasrahan dan kepercayaan seperti Maria itulah yang menguatkan. Berlindung pada kebaikan Allah itu saja yang membuat kita bisa melintasi jalan sulit dan terjal. Mari bersama Maria kita berseru kepada Tuhan, “Fiat Voluntas Tua.”
Menjentik butir kacang dengan jari dua.
Dimasukkan ke mulut yang sudah menganga.
Janganlah kita lunglai dan putus asa.
Bersama Maria kita bisa menanggung derita.
Cawas, pakai dua jari….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr