“Yang Rapuh Dipanggil-Nya”
DALAM retret menjelang pesta perak imamat, saya menggambarkan diri sebagai bejana tanah liat yang mudah retak.
Mengingat kembali ke belakang tentang apa yang telah saya buat sebagai imam, ternyata hanya seperti sebutir pasir di lautan. Sangat kecil dan tidak nampak pengaruhnya dalam karya Tuhan yang maha besar.
Kerapuhan dan kelemahan itulah kenyataan yang dipakai Tuhan untuk menjadi alat-Nya. Sebagai manusia yang lemah sering gagal melaksanakan tugas-tugas. Sebagai pribadi yang rapuh, masih sering mementingkan egoisme pribadi.
Ditunjuk sebagai pastor paroki, kadang bertindak sewenang-wenang; suka sok kuasa, cari hormat, pengin dihargai.
Ditugaskan untuk menjadi gembala, sering meninggalkan domba-domba, suka mencari jalan sendiri, sering mencari alasan meninggalkan tugas.
Ditugaskan untuk menjadi pewarta, sering mewartakan diri sendiri, senang pujian, cari popularitas.
Ditugaskan untuk berdoa dan menguduskan, hidup rohaninya berantakan, doa-doa harian terbengkelai dengan alasan sibuk pelayanan.
Sadar akan kerapuhan dan kelemahan, yang tinggal hanya kesediaan untuk dibentuk dan diubah. Pertobatan terus menerus.
Kasih Tuhan yang memanggil lebih besar daripada kerapuhan diri. Belas kasih Tuhan sungguh nyata karena Dia mau memakai yang lemah untuk tugas perutusan-Nya.
Demikianlah Tuhan memanggil keduabelas rasulnya untuk menyertai Dia, dan diutus-Nya memberitakan Injil.
Mereka-mereka itu adalah orang-orang biasa yang lemah, miskin, sederhana dan belum sempurna.
Petrus, Andreas, Yohanes dan Yakobus dan teman-temannya adalah orang-orang sederhana yang dipanggil untuk menyertai Dia. Duabelas rasul ini dibentuk untuk belajar dari Guru Sejati.
Mereka diajak terlibat dalam perjalanan dan karya Yesus menuju Yerusalem. Mereka pun sering gagal, jatuh bangun.
Kendati lemah, rapuh, tidak sempurna namun pada akhirnya mereka menunjukkan kesetiaan total pada Sang Guru.
Kendati Petrus pernah menyangkal Yesus, namun akhirnya dia berani mati di salib seperti Gurunya. Begitu pula rasul yang lain, mereka menjadi martir membela imannya.
Setia kendati lemah. Terus maju kendati jatuh bangun. Berani bangkit kendati pernah gagal. Tetap percaya kendati tidak selalu jelas masa depan.
Tuhan yang memanggil dapat dipercaya. Dia tidak pernah ingkar pada janji-Nya. Kasih Tuhan lebih besar daripada kelemahan kita.
Yesus telah menetapkan kita menjadi murid-Nya untuk setia menyertai Dia. Jangan pernah berhenti dan menoleh ke belakang. Tuhan yang memanggil ada di depan kita.
Tadi siang dapat vaksin yang ketiga.
Bukan moderna tapi astrazeneca.
Kita dipanggil menjadi murid-Nya.
Dia memilih bukan yang sempurna.
Cawas, terus belajar setia…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr