“Ivan Fernandes dan Abel Mutai”
KISAH inspiratif ini terjadi pada lomba Maraton Burlada Navarre di Spanyol 2012. Lomba itu diikuti oleh pelari asal Spanyol, Ivan Fernandes dan Abel Mutai, peraih perunggu kategori 3000 meter Olimpiade London. Mutai melesat jauh di depan hampir mencapai finish. Fernandes berada di belakangnya.
Tiba-tiba Mutai berhenti, ia bingung dengan tanda-tanda arah menuju garis finish. Fernandes paham akan situasi ini. Ia berteriak agar Mutai terus berlari.
Namun pelari asal Kenya itu tidak paham Bahasa Spanyol yang diucapkan Fernandes. Akhirnya Fernandes mendorong Mutai untuk berlari di depannya sampai menembus garis finish.
Para wartawan heran dan mencecar pertanyaan kepada Fernandes, “Mengapa anda melakukan itu? Bukankah anda bisa membiarkan dan menyalibnya sehingga anda juara?”
Ivan menjawab: “Impian saya adalah suatu hari nanti, kita dapat hidup bersama dan memiliki moral yang baik di dalam masyarakat”.
“Tetapi anda bisa menang dan menyabet medali emas?” Dengan senyum Ivan menjawab: “Tapi apa manfaat dari kemenangan saya? Apa kehormatan dari medali itu? Apa yang akan ibu saya pikirkan dan katakan tentang kemenangan saya”.
Ketika Yesus tahu orang-orang Yunani datang diantar oleh Filipus dan Andreas kepada-Nya, Ia justru berkata, “Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika mati, ia akan menghasilkan buah banyak.”
Yesus tidak gila pujian atau hormat. Ia tidak membanggakan diri telah berhasil membuat orang-orang Yunani percaya dan datang kepada-Nya.
Tetapi Ia bersyukur karena telah memuliakan Bapa-Nya. “Sekarang jiwa-Ku terharu, dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini. Bapa, muliakanlah nama-Mu.”
Ivan Fernandes itu tidak ingin menang dengan cara yang konyol, memanfaatkan kebodohan orang lain. Ia menjunjung nilai etik berolahraga. Moral dan sportivitas tertanam dalam lebih sekedar mengejar medali.
Seperti biji gandum yang mati, agar menghasilkan buah banyak. Ivan mau mengalah, agar nilai-nilai moral ditanam dan berbuah banyak di tengah masyarakat.
Yesus mengejar bukan kemuliaan dunia, tetapi memilih salib, ditinggikan dari bumi, agar semua orang ditarik datang kepada-Nya untuk diselamatkan.
“Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi baragsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.”
Ivan tidak memikirkan dirinya sendiri. Ia tidak mengejar piala untuk dirinya sendiri. Ia merelakan kemenangannya bagi pelari Kenya itu. Tetapi tindakan Ivan itu akan dikenang dunia sampai ke hidup yang kekal.
Semalaman bicara soal pribadi,
Tentang berkorban dan mencintai.
Kemenangan itu bukan soal medali,
Tetapi sebuah integritas dan harga diri.
Cawas, empat kali medali…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr