HOTEL Le Meridien Jakarta penuh dengan peserta seminar. Hari itu tanggal 10 Februari 1999 diadakan seminar tentang peran buku dalam membentuk masyarakat Indonesia baru oleh Yayasan Obor. Yang menjadi nara sumber adalah Romo Mangunwijaya, Mohammad Sobary, Sapardi Djoko Damono, Ignas Kleden dan Karlina Leksono Supelli.

Ketika waktu istirahat, Kang Sobary menemui Romo Mangun ingin berbicara. Ia disambut Romo Mangun dengan sapaan hangat. Mereka berdua mencari tempat sepi di lorong hotel dekat tempat seminar. Belum lama mereka ngobrol, Romo Mangun tiba-tiba bersandar di bahu Kang Sobary. Dia mengira Romo hanya kecapekan, tertidur. Tetapi makin lama tubuhnya makin berat oleh beban Romo Mangun yang menggelendotnya. Perasaannya mulai cemas. Romo Mangun tidak sadarkan diri.

Romo Mangun ditidurkan di atas karpet. Ikat pinggang dilonggarkan, kancing baju dilepas, kacamata diletakkan. Romo Mangun mulai mendengkur dan nafasnya mulai lemah. Kang Sobary menekan dada untuk membantu pernafasan. Tenaga medis dipanggil. Mereka memasang alat bantu pernafasan. Tetapi semua terjadi begitu cepat. Romo Mangun meninggal saat sedang menjalankan tugas. Si Burung Manyar itu pergi di pangkuan sahabatnya, Mohammad Sobary.

Hari ini Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Camkanlah ini baik-baik. Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang,ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Hendaklah kalian juga siap sedia, karena Anak Manusia akan datang pada saat yang tidak kalian sangka-sangka.”

Kematian itu seperti pencuri. Kita tidak tahu kapan datangnya. Begitu juga kapan Anak Manusia akan datang, kita tidak tahu persis waktunya. Yang bisa dilakukan hanyalah bersiap-siaga. Jangan sampai terlena atau bahkan mengabaikannya.

Yesus menggambarkan persiapan itu dengan hamba yang siap siaga ketika tuannya datang. “berbahagialah hamba, yang didapati tuannya sedang melakukan tugasnya, ketika tuan itu datang.” Bahkan tuan itu akan memberi tanggungjawab yang lebih besar lagi.

Semakin dia bisa bertanggungjawab, semakin diberi tugas yang lebih besar lagi. ”Barangsiapa diberi banyak, banyak pula yang dituntut daripadanya. Dan barangsiapa dipercaya banyak, lebih banyak lagi yang dituntut daripadanya.”

Seperti Romo Mangun itu, beliau punya banyak talenta. Beliau budayawan, arsitek, penulis, dosen, pemerhati kaum kecil, penggerak lingkungan, dan seorang pastor projo Semarang. Tugas dan tanggungjawabnya yang begitu banyak dilaksanakan sampai tuntas. Beliau adalah hamba yang berbahagia karena didapati Tuhan sedang melakukan tugasnya. Kita pun bisa menjadi hamba seperti itu.

Tiap pagi berolahraga berdua.
Sambil menikmati bunga-bunga.
Marilah kita selalu siap siaga.
Menjalankan tugas dengan setia.

Cawas, mengejar burung gereja…
Romo Alexandre Joko Purwanto, Pr