PASTOR-pastor di pedalaman sering mengadakan turne / kunjungan ke stasi-stasi.Kami sering membuat plesetan, turne itu artinya “turu kana-turu kene”.
Yang dimaksud adalah tidur sana tidur sini. Memang kami harus menginap di rumah ketua umat. Sebab perjalanan turne ini bisa memakan waktu berhari-hari.
Kalau pas musim durian seperti sekarang ini, kami disuguhi buah durian yang sangat lezat. Umat juga membuat tempoyak dan sangat lezat untuk masak sayur campur ikan.
Minum tuak yang manis sambil berkumpul dengan umat. Perjumpaan yang sangat hangat, penuh persaudaraan. Sejenak melupakan perjalanan panjang yang melelahkan.
Sering terjebak lumpur, banjir, jalan licin naik turun bukit. Namun melihat antusiasme umat dengan segala keramahannya, lelah itu hilang dan yang muncul sukacita.
Mereka sangat haus dikunjungi gembalanya. Sebulan sekali pastor datang itu sudah sangat istimewa. Perayaan ekaristi sungguh dinantikan. Kehadiran pastor amat sangat diharapkan.
Jika pastor datang, segala urusan bisa diselesaikan; pembaptisan, perkawinan, tajak rumah, berkat benih, berkat ibu hamil dan segala macam urusan doa-doa. Turne pastor adalah perjumpaan yang menggembirakan penuh berkah..
Hari ini bacaan Injil bercerita tentang kunjungan Maria ke rumah Elisabet, saudarinya. Maria tahu Elisabet sedang mengandung dan akan segera melahirkan putranya.
Situasi yang sulit karena ini adalah anak pertama di usia yang sudah tak mungkin melahirkan. Maka Maria datang ingin membantu. Kehadiran Maria membawa sukacita karena salam Maria juga dirasakan oleh bayi yang ada di kandungan Elisabet.
Ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya, dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring,
“Diberkatilah engkau di antara semua wanita, dan diberkatilah buah rahimmu.siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?”
Srawung atau perjumpaan kata itu sekarang begitu sering kita dengar. Kita diajak srawung, bergaul dalam perjumaan dengan semua orang.
Tema Natal tahun ini juga mengambil judul “Hiduplah sebagai sahabat bagi semua orang.” Membangun persahabatan itu dapat dilakukan dengan saling berkunjung, berjumpa satu dengan yang lain, mengenal lebih dalam dan mengerti siapa tetangga kita.
Seperti Maria yang berkunjung ke rumah Elisabet, demikian juga kita diajak bergaul dengan siapa pun juga. Mereka adalah sahabat dan saudara kita.
Dengan srawung atau berkunjung, silaturahmi, kita membangun persaudaraan, ukhuwah sebagai sesama umat beriman di hadapan Tuhan. Sudahkah kita saling bersilaturahmi dengan tetangga kita?
Sekali dayung
Dua tiga pulau terlampaui
Marilah kita srawung
Membangun silaturahmi
Cawas, sekali dayung meluncur tiga kali
Rm. A. Joko Purwanto Pr