AWAL Desember yang lalu, saya mengirim komuni kepada para lansia dan orang sakit di lingkungan-lingkungan. Sejak munculnya covid, mereka tidak dapat ikut misa di gereja. Para lansia yang biasanya rajin ke gereja, karena ada pandemi, tidak dapat berkumpul di gereja, mengikuti perayaan ekaristi.
Para prodiakon memang setiap minggu mengirim komuni. Tetapi ketika romo sendiri yang melayani mereka, mereka sangat bersukacita. “Sampun kapang pengin sowan Gusti, romo.” Sudah rindu ingin mengikuti ekaristi di gereja, begitulah ungkapan mereka.
Menerima kunjungan sapaan dari gembalanya, sungguh mengobarkan semangat iman mereka. Saya juga ikut bergembira melihat mereka mengalami sukacita. Saya hanya bisa mendengarkan cerita-cerita mereka. Menghibur sambil menjelaskan situasi pandemi ini yang belum memungkinkan kita semua untuk berkumpul.
Saking gembiranya dikunjungi romo, mereka menjamu dan memberi oleh-oleh buat saya. Ada yang memberi pisang rebus, ubi, tiwul, tempe bacem, sambel goreng krecek. Bahkan tidak diduga dan disangka, Pak Dedi memberi saya sepeda Gazelle kuno yang jadi koleksinya.
“Silahkan romo pilih yang mana, saya merasa bersyukur karena romo berkunjung mengirim komuni di keluarga saya.”
Hari ini Maria mengunjungi Elisabet saudaranya yang sedang mengandung. Ia masuk ke rumah dan memberi salam. Ketika mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya. Lalu Elisabet pun dipenuhi Roh Kudus dan bersukacita. Juga anak yang di dalam rahimnya melonjak kegirangan.
Maria datang membawa sukacita. Sukacita itu mengalir dan menular kepada semua yang ada. Elisabet dan anak yang dikandungnya pun merasakan kegembiraan. Kegembiraan yang dibagikan akan bergulung seperti bola salju. Semakin membesar dan mempengaruhi lingkungan sekitarnya.
Mari kita bersukacita karena Tuhan mengasihi kita dalam Yesus. Yang paling penting kita dulu harus mempunyai sukacita itu. Baru kemudian kita bagikan kepada orang lain. Mungkin hanya kunjungan, sapaan, senyuman, itu akan mengalirkan sukacita kepada orang lain.
Terlihat Merapi Merbabu di kejauhan.
Ditutupi bunga hijau dan dedaunan.
Kalau kita mau berbagi kegembiraan.
Dunia terasa indah penuh kedamaian.
Cawas, sapaan mendebarkan….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr