Rama Sandjaya.
BELIAU adalah imam diosesan Keuskupan Agung Semarang. Beliau ditahbiskan pada 13 Januari 1943 di Yogyakarta, kemudian ditugaskan menjadi rektor di Seminari kecil Muntilan.
Selama penjajahan Jepang situasi sangat sulit. Banyak gereja dibakar dan dirampas oleh tentara Jepang. Situasi genting terjadi saat agresi Belanda tahun 1948.
Pada 20 Desember 1948 Rm. Sandjaya dan Fr. Bouwens diculik oleh pemuda ekstrimis.
Malam-malam mereka dibawa dari seminari dengan alasan rapat. Tetapi di tengah jalan mereka disiksa dan dibunuh. Jenasahnya ditinggal begitu saja di persawahan antara desa Kembaran dan Patosan.
Bapak Willem Kromosendjoyo dan Bruder Kismadi mengisahkan betapa kejinya mereka disiksa. Hal itu terlihat dari bekas-bekas luka di tubuh mereka.
Dengan cepat mereka dimakamkan di daerah itu.
Baru pada 5 Agustus 1950 jenasah mereka dipindahkan ke makam Kerkhof Muntilan secara meriah.
Sekarang Makam Kerkhof Muntilan menjadi tempat ziarah yang sering dikunjungi umat dari berbagai daerah.
Mereka memohon doa melalui kesucian hidup Romo Sandjaya. Keteguhan dalam membela iman ditunjukkan oleh Romo Sandjaya. Ia adalah martir pertama di Tanah Jawa.
Yesus sudah memperingatkan kepada para pengikut-Nya, “Semuanya ini Kukatakan kepadamu supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. Mereka berbuat demikian karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku.”
Tantangan dan kesulitan menjadi murid Kristus itu nyata. Menjadi saksi tentang kebenaran dan cintakasih tidak selalu diterima dengan baik.
Bahkan kadang ditolak, dibenci, dikucilkan, dianiaya dan dibunuh.
Juga ada yang menganggap tindakan seperti itu sebuah bakti kepada Allah.
Seperti itu juga dahulu yang dibuat Saulus saat mengejar dan menganiaya jemaat.
Namun ketika dia mengenal Kristus, tindakan seperti itu adalah sebuah kebodohan.
Maka Yesus berkata, “Mereka berbuat demikian karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku.”
Ketika Paulus sudah kenal dengan Kristus, ia bertobat dan bersaksi tentang kasih Kritus kepada semua orang.
Kita diingatkan bahwa tugas menjadi saksi penuh dengan resiko. Harus siap menderita dan ditolak banyak orang.
Beranikah kita melakukan perutusan menjadi saksi Kristus?
Piknik ke Bali bersama rombongan,
Nunggu kapal di dermaga Ketapang.
Menjadi saksi membela kebenaran,
Siap dibenci dan dikucilkan orang.
Cawas, jadilah saksi Kristus….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr