DALAM sharing iman dengan teman medior kemarin, kami berkisah tentang perjalanan selama menjalani panggilan imamat.

Teman sharing itu berkisah bahwa menjalani panggilan itu seperti mengayuh biduk di tengah lautan.

Kadang tenang, tetapi kadang harus menghadapi gelombang yang keras. Kalau bukan Tuhan yang mengarahkan, mungkin biduk itu sudah tenggelam.

Tuhan dirasakan selalu hadir dalam saat-saat kritis yang menentukan. Tuhan itu seperti seorang teman dalam perjalanan.

Dia merasakan kasih Tuhan sangat kuat. Dia yang memanggil, Dia pula yang akan menggenapinya.

Bacaan Injil hari ini berkisah tentang Tuhan Yesus yang memanggil duabelas rasulNya. Tidak semua muridNya adalah orang-orang hebat.

Mereka adalah nelayan kampung yang sederhana, miskin dan mungkin kurang terdidik.

Namun Yesus memilih bukan menurut pandangan atau penilaian manusia. Tetapi Dia memilih mereka agar menyertaiNya.

Menjadi murid pertama-tama adalah menyertai Dia. Itu berarti dimana Yesus berada, murid-muird harus berada.

Menyertai berarti juga bersatu dengan Kristus. Tinggal bersama dan semakin mengenalNya.

Maka Yesus tidak menuntut orang hebat, pandai dan terpandang. Tetapi orang yang bisa setia menyertaiNya.

Dalam pewayangan, tokoh ksatria selalu disertai oleh abdi “panakawan”. Panakawan itu berarti kawan yang sungguh-sungguh mengerti karena selalu menyertai.

Pana artinya tahu, kenal, mengerti betul. Kawan itu artinya sahabat. Panakawan berarti orang yang mengerti, sehati seperasaan dengan yang diikutinya. Yesus memanggil murid-muridNya supaya menjadi panakawanNya.

Kendati mereka sering jatuh bangun dalam menyertai Yesus, bahkan ada satu yang “cidro” atau mengkhianatiNya, namun Dia tetap memilihNya.

BagiNya karya Allah harus terlaksana daripada memikirkan diriNya sendiri. Murid-murid itu tetap diberi kebebasan dan kepercayaan,

kendati kepercayaan itu tidak dibalas dengan kebaikan seperti Yudas yang mengkhianatiNya.

Kepercayaan itu memang mengandung resiko. Tetapi lebih baik mempercayai seseorang daripada kita tak berani berbuat apa-apa.

Membeli durian seratus ribu tiga
Dibuka bersama kawan di bawah tenda
Memilih sahabat tak semudah orang berbicara
Orang harus berani percaya walau banyak resikonya

Cawas, hari yang panjang
Rm. A. Joko Purwanto Pr