“Aswatama Tidak Percaya”
ASWATAMA diusir dari istana Hastinapura karena menuduh Prabu Salya berbuat licik hingga menyebabkan Karna gugur. Ia lari ke hutan sampai perang Baratayuda selesai.
Ketika tahu para ksatria Kurawa sudah habis, ia berniat membalas sakit hati dan maju berperang menghabisi para Pandawa dan keturunannya.
Waktu itu Parikesit, anak Abimanyu sudah lahir. Dialah pewaris tahta Hastinapura setelah kerajaan dikuasai para Pandawa. Aswatama ingin membunuh Parikesit. Tapi dia bingung bagaimana caranya menuju ke Keputren Wirata.
Bathari Wilutama, ibunya datang membantu. Aswatama disuruh membuat “luweng” atau lorong bawah tanah menuju Keputren. Lorong itu sangat gelap.
Untuk memberi terang di lorong yang gelap itu, Bathari Wilutama mau membantu tetapi ada syaratnya. “Anakku Aswatama, aku akan berjalan di belakangmu memberi cahaya agar jalanmu terang benderang, tetapi engkau tidak boleh menoleh ke belakang, apakah kamu sanggup?” Aswatama menyanggupi.
Lorong yang gelap itu seketika terang benderang seperti disinari matahari. Aswatama dengan mudah menyusurinya.
Lama kelamaan dia curiga dan tidak percaya, seorang perempuan bisa membawa cahaya yang begitu terang. Ia menoleh ingin melihat apa sebenarnya cahaya itu. Dia terperangah, karena cahaya itu berasal dari matahari kembar dari dada Bethari Wilutama.
Sang Bethari terkejut ketika Aswatama menoleh ke belakang, seketika itu juga dia hilang dan kegelapan melingkupi Aswatama.
Terdengar suara Wilutama, “Heh.. Aswatama, anak tak tahu diuntung. Karena kamu mengingkari janjimu, kamu nanti akan mati oleh bayi yang sedang menyusui.” Benarlah, Aswatama mati di tangan Parikesit. Karena tidak percaya dan melanggar janjinya, ia dihukum.
Hari ini Gereja merayakan pertobatan St. Paulus. Ia percaya seyakin-yakinnya bahwa Yesuslah Putera Allah. Paulus kemudian mewartakan Injil Yesus ke segala penjuru dunia. Ia rasul bagi segala bangsa.
Yesus memberi perintah agung bagi murid-murid-Nya, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.”
Aswatama tidak percaya dan melanggar perintah ibunya, Bethari Wilutama. Ia dihukum. Niatnya untuk membalas dendam tidak tercapai. Bahkan dia sendiri dibunuh oleh seorang bayi yang masih menyusui, yakni Parikesit.
Mari kita percaya kepada Injil, dan memberitakannya kepada semua orang. Teladan hidup baik itulah cara kita membawa Injil kepada semua orang.
Kalau kita terserang virus corona.
Salah satu gejalanya adalah batuk-batuk.
Perintah agung diberikan kepada kita.
Wartakan Injil kepada segala makhluk.
Cawas, baju batik Bali…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr