“Gunawan Wibisana”

RAHWANA atau Dasamuka adalah raja Alengka yang menculik Dewi Sinta dari tangan Rama. Rahwana ingin memperistri Sinta karena dia adalah titisan Betari Widowati, istri Dewa Wisnu.

Rahwana mempunyai tiga adik; Kumbakarna, Sarpakenaka dan Gunawan Wibisana. Semua berwajah raksasa, hanya Gunawan yang berwujud manusia tampan dan bijaksana.

Gunawan sering mengingatkan bahwa tindakan Rahwana adalah salah besar. Ia minta supaya Rahwana mengembalikan Sinta.

Rahwana marah diingatkan oleh adiknya. Ia bersumpah tidak akan mengembalikan Sinta. Gunawan memutuskan untuk pergi. Ia tidak mau berpihak pada Rahwana yang salah.

Gunawan pergi ke Ayodya mengabdi kepada Rama. Ia berpihak pada yang benar. Kendati Rahwana adalah saudara, tetapi karena tindakannya salah, Gunawan tidak mau mendukungnya. Ia memilih pada kebenaran.

Hari ini Gereja merayakan bertobatnya Santo Paulus. Paulus atau Saulus adalah seorang Yahudi yang fanatik. Saking fanatiknya, dia berusaha menangkap dan memenjarakan pengikut Kristus yang dianggap sebagai sekte baru.

Pengikut Kristus ini dianggap duri dalam daging Kaum Yahudi yang harus dimusnahkan.

Saulus mengejar mereka sampai di Damsyik. Dengan surat kuasa dari para tetua dan imam kepala, dia menangkap pengikut Jalan Tuhan.

Tetapi di tengah perjalanan, Yesus menampakkan diri kepada Saulus. Ada suara yang berkata, “Akulah Yesus yang kauaniaya itu.”

Disinilah titik balik kehidupan Saulus. Perlahan dan pasti dia dibimbing kepada kebenaran sejati. Dia akhirnya menemukan bahwa keselamatan hanya ada dalam Yesus.

Paulus berani berkata, “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Seluruh hidupnya dipakai untuk mewartakan Kristus.

Bahkan dia berkata, “Celakalah aku jika aku tidak mewartakan Kristus.” Kini Paulus berada di pihak Kristus. Ia menjadi milik Kristus.

Bagi Bangsa Yahudi, Paulus mungkin seperti Gunawan Wibisana yang membelot ke pihak Ramawijaya. Gunawan tahu mana yang benar dan yang salah. Ia memilih berada di pihak yang benar, kendati harus mengorbankan saudaranya.

Paulus memilih berpihak pada Kristus dan harus mengorbankan kebangsaannya. Ia meninggalkan agama Yahudi dan percaya pada Kristus.

Ia dengan semangat berkobar-kobar mewartakan Kristus yang bangkit. Ia menyatakan bahwa iman kepada Yesus Kristuslah yang menyelamatkan bukan hukum Taurat.

Apakah kita juga mengalami pertobatan seperti Paulus? Apakah kita juga berani bersaksi tentang iman kita kepada Kristus seperti yang diwartakan Paulus?

Jangan sampai iman kita mati dan dipendam sendiri dalam hati, sehingga tidak berbuah.

Paulus mengalami pertobatan.
Ia jadi pewarta unggul sepanjang zaman.
Mari kita jadi pewarta iman.
Menghidupi Kristus di seluruh kehidupan.

Cawas, berani bersaksi…..
Rm.A. Joko Purwanto, Pr