Pelajaran dari Anak Kecil
SEORANG anak kecil di Nanjing bernama Zhang Da (10 thn) harus memikul beban hidup yang berat.
Ibunya lari dari rumah karena tak tahan hidup miskin. Ia tak sanggup mengurus suaminya yang lumpuh dan tak ada uang.
Zhang Da tinggal berdua dengan ayahnya di rumah reot. Ia mengurus ayahnya yang tidak bisa bekerja, mulai dari menyiapkan makan, memandikan, mencuci pakaian dan mengobatinya.
Hebatnya Zhang Da tidak mau putus sekolah. Setelah sekolah dia menjadi pemecah batu. Upahnya dipakai untuk makan dan beli obat.
Karena tak bisa membawa dokter ke rumah, ia belajar cara menyuntik dari buku-buku. Ia anak yang cerdas. Ia lakukan ini selama lima tahun.
Kegigihannya merawat ayahnya, sambil terus belajar dan mencari nafkah menarik perhatian pemerintah lokal.
Tahun 2006 Pemerintah menyelenggarakan penghargaan Nasional bagi tokoh-tokoh inspiratif. Dari 10 nama terselip nama Zhang Da. Ia adalah pemenang termuda.
Acara penghargaan disiarkan TV Nasional. Pemandu bertanya kenapa ia mau berkorban padahal masih kanak-kanak.
Jawabnya, “Hidup harus dijalani, tidak boleh menyerah, tidak boleh berbuat jahat. Harus menjalani hidup penuh tanggungjawab.”
Pembawa acara melanjutkan, “Zhang Da, sebut saja apa yang kamu mau, sekolah dimana, apa yang kamu inginkan. Berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah, dan mau kuliah dimana.
Pokoknya apa yang kamu cita-citakan, sebutkan saja. Di sini ada banyak pejabat, pengusaha kaya dan orang terkenal hadir. Banyak orang yang menonton televisi, mereka bisa membantumu….katakan saja.”
Semua mata memandang anak miskin, lugu dan polos itu, menanti dengan hening apa keinginannya.
Anak itu memecah kesunyian dengan mengucap, “Saya mau mama kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu papa, aku bisa cari makan sendiri. Mama kembalilah….!!!
Semua yang hadir mengusap air mata yang menetes tak terbendung.
Tidak ada harta yang paling diharapkan. Hanya kasih seorang Mama yang dia butuhkan. Seorang anak yang polos dan suci hatinya.
Hidup itu tidak melulu soal harta melimpah, kesuksesan, masa depan cerah, popularitas dan kesenangan, itu semua bisa dicari.
Yang diperlukan adalah terpenuhinya kasih sayang.
Yesus memarahi murid-murid yang menghalang-halangi anak-anak kecil datang kepada-Nya.
Anak-anak itu membutuhkan kasih sayang, pelukan, perhatian dan perlindungan. Mereka tidak membutuhkan yang lebih dari itu.
Yesus membuka tangan bagi anak-anak. Ia memeluk dengan hangat, meletakkan tangan dan memberkati mereka.
Kita seringkali seperti para murid, menghalangi anak-anak datang kepada Tuhan. Mereka dipandang hanya merepotkan saja, ribut dan mengganggu orang dewasa.
Orangtua kadang menganggap anak hanya sebagai beban. Jangan salahkan jika mereka mencari kasih sayang di luar rumah.
Namun Yesus justru mengatakan, “Orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.”
Mari kita lebih memperhatikan, mengasihi dan membuka dunia anak-anak agar mereka menemukan kebahagiaannya.
Ke sekolah rapi berpakaian,
Suka lirak lirik teman perempuan.
Anak-anak adalah masa depan,
Berikan kepada mereka kesempatan.
Cawas, biarkan anak-anak datang…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr