Sukacita di Kapel Kenaikan Tuhan.
Dalam kunjungan ziarah ke Bukit Zaitun (Mount Olive), salah satu destinasinya adalah Kapel Kenaikan Tuhan.
Kapel kecil berbentuk kubah itu merupakan bangunan bersegi delapan. Di dalam kapel itu ada sebuah batu terpatri telapak kaki.
Umat Kristen percaya batu itu adalah tempat Yesus terangkat ke surga.
Ketika kami masuk ke dalam kapel, ada dua suster yang sudah lanjut usia, sambil berlutut mereka menyanyikan lagu. Suara mereka sangat bagus dan merdu sekali memenuhi seluruh ruangan.
Kendati tidak tahu bahasanya, tetapi kami hanyut dalam sukacita lewat suara dua orang suster itu.
Mereka bercerita bahwa lagu itu merupakan pujian kepada Kristus yang naik ke surga, dan mengutus kita mewartakan kabar sukacita ke seluruh dunia.
Salah satu suster berkata, “Kita tidak sedih ditinggal Yesus, karena Dia mulia bersama Bapa di surga. Pesan-Nya jadi tugas kita; mewartakan pertobatan dan pengampunan dosa. Mari kita selalu mewartakan damai dan sukacita.”
“God bless you, Father.” Suster yang paling “sepuh” memberkati saya. Sungguh rasanya damai dan tentram di hati.
Hari ini Yesus naik ke surga. Dia meninggalkan pesan bagi kita para murid-Nya, “Dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semua ini.”
Dia masih akan mengutus Roh Kudus untuk membimbing dan menemani tugas kita. Roh kudus itu dicurahkan kepada kita saat kita menerima sakramen baptis dan krisma.
Maka tugas menjadi saksi kebangkitan Kristus dan mewartakan Injil melekat pada kita semua yang sudah dibaptis.
Suster yang sudah lanjut usia tadi adalah contoh kecil bagaimana dengan teladan dan hidupnya mewartakan sukacita Injil.
Dimana pun selalu bersyukur dan bergembira karena ditebus oleh darah Kristus.
Dengan kesaksian hidupnya yang penuh gairah dan semangat, mereka mengajak orang di sekitarnya untuk selalu mensyukuri hidup.
Tuhan tidak membiarkan kita sendirian, tetapi Tuhan membimbing dan menghibur dengan Roh Kudus-Nya.
Seperti para murid yang pulang ke Yerusalem dengan sangat sukacita dan selalu memuliakan Allah, kita juga diajak hidup penuh sukacita dan senantiasa memuji Allah dimana pun kita berada.
Pertanyaan reflektif; apakah hidup kita menampakkan wajah sukacita sehingga orang-orang di sekitar kita juga mengalami damai dan bahagia?
Jalan-jalan ke Pulau Dewata,
Menikmati debur ombak samudra.
Kasih Tuhan sungguh luar biasa,
Ia mengutus Roh Kudus bagi kita.
Cawas, cinta yang melayani…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr