DALAM pesannya kepada keluarga-keluarga kristiani, Paus Fransiskus pernah menasehati para orangtua untuk mengajarkan tiga hal mendasar bagi anak-anaknya.
Tiga kata ajaib itu adalah tolong, terimakasih dan maaf. Jika anak minta sesuatu kepada orang lain, tidak boleh mengucapkan dengan kalimat perintah – apalagi dengan teriak-teriak – tetapi diawali dengan kata, “minta tolong…”
Kalau anak diberi sesuatu harus diajari untuk mengucapkan terimakasih. Jika anak melakukan kesalahan, dia harus berani mengatakan, “maaf…”
Tiga kata ajaib itu mengajarkan banyak hal tentang hormat, kejujuran, kerendahan hati, solidaritas dan tahu diri.
Dalam Injil hari ini ada seorang kusta yang datang kepada Yesus. ia sujud menyembah dan berkata, “Tuan, jika tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.”
Orang lain yang sakit buta sejak lahir berteriak-teriak, ”Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku.” Ada banyak cara orang minta disembuhkan.
Yang menarik dari orang kusta ini adalah sikap dan kata-katanya. Ia sujud menyembah. Sikap ini sudah menunjukkan ia merendahkan diri di hadapan Tuhan.
Kata-katanya pun mengungkapkan penyerahan diri di hadapan Tuhan, “Jika Tuan mau.” Ia tidak memaksa dengan kata-kata perintah. Tetapi ia menyerahkan diri pada kehendak yang memberi. Ia pasrah tidak menuntut. Ia merendahkan diri tidak memerintah.
Kalau kita berdoa, kita seringkali memaksa Tuhan untuk mengabulkan permohonan kita. Banyak sekali permintaan yang kita sampaikan. Mulut kita “ndremimil” dengan banyak tuntutan.
Seolah-olah Tuhan itu bawahan atau pembantu kita yang dengan semau-maunya kita perintah. Bahkan tidak jarang kita mengancam Tuhan. Akibatnya kalau doa-doa kita tidak terkabul, kita kecewa dan meninggalkan Tuhan.
Kepada sesama saja, kita tidak boleh memaksa atau main perintah, tetapi meminta dengan kata-kata sopan, “minta tolong…”, apalagi dengan Tuhan yang lebih tinggi derajat-Nya.
Sikap orang kusta itu menyadarkan kita untuk merendahkan diri dan percaya kepada kebaikan Tuhan. Ia percaya seratus persen bahwa Tuhan itu baik. Kehendak atau kemauan Tuhan pasti yang terbaik untuk kita.
Sungguh nikmat naik moge.
Dresscodenya celana hitam.
Kalau iman kita sungguh gede.
Kita percaya kebaikan Tuhan.
Cawas, jadahku hilang…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr