SEORANG Bapak mengalami pencerahan hidup setelah mengikuti retret di Camp Kaum Pria.
Dia disadarkan bahwa selama ini hanya mencari kesenangan pribadi tanpa mengerti tanggungjawabnya sebagai laki-laki.
Keluarga, anak dan istri sering ditinggal pergi hanya memburu kesenangan sendiri. Ia sadar sudah begitu lama membuang waktu percuma hanya untuk diri sendiri.
Keluarga menjadi korban. Anak dan istrinya kehilangan cinta dan kasih sayang. Ia menangis sejadi-jadinya ketika istri dan anak-anak datang bersimpuh di kakinya.
Mereka menyatakan kasih sayang dengan memeluknya sebagai seorang ayah yang dirindukannya. Muncullah niatnya yang dia tulis di secarik kertas dengan meterai.
“Aku akan berhenti berjudi. Aku akan menjauhi segala minuman keras dan mabuk-mabukan. Aku akan memberikan waktu lebih banyak di rumah untuk istri dan anak-anakku”
Demikianlah janji yang tertulis sebagai pembaharuan hidup selama retret di Camp itu.
Beberapa waktu setelah retret, Sang istri mengucapkan banyak terimakasih kepada teman-teman Camp. Suaminya berubah perilakunya.
Dia sangat perhatian dan peduli pada keluarga. Punya waktu yang banyak untuk bercengkerama dengan istri dan anak-anaknya.
Dia suka menunggui anak-anaknya yang sedang belajar. Juga mau membantu istrinya memasak di dapur .
Benih yang baik akan hidup subur bila jatuh di tanah yang baik. Kalau tanahnya tidak subur, maka benih itu akan mati.
Perumpamaan Yesus tentang seorang penabur menggambarkan bagaimana benih atau firman Tuhan itu hidup dan berkembang.
Tanah yang tandus, berbatu, penuh dengan onak duri akan menyulitkan tumbuhnya benih. Tetapi jika tanah itu subur maka benihnya akan tumbuh dengan lebatnya.
Keluarga yang dibangun dalam suasana kasih, penerimaan, penghargaan, sukacita, akan menjadi tempat subur bagi benih-benih firman Allah.
Bapak itu disadarkan oleh Firman Tuhan dalam retret betapa ia telah menyia-nyiakan kesempatan emas untuk tumbuh bersama dalam kasih keluarga. Ia menyadari betapa istri dan anak-anaknya sungguh amat mengasihinya.
Firman Tuhan akan berkembang tergantng sikap hati manusia. Jika kita mau terbuka hati, maka firman itu akan berbuah banyak. Sudahkah kita membuka hati kepada Tuhan?
Ke optik membeli kacamata
Untuk bergaya di Pantai Kuta
Siapa menabur benih cinta
Akan menuai damai dan sukacita
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr