AWAL-AWAL tugas di Nanga Tayap, saya diajak oleh OMK untuk mendampingi camping. Jangan membayangkan sebuah tempat wisata dengan tenda-tenda yang siap dengan segala peralatan serba enak. Mereka memilih sebuah tempat lapang di pinggir Sungai Tigal, di tengah kawasan hutan.

Pak Lengkeng, Juki dan OMK dewasa mendirikan tenda dari terpal, begitu pun alasnya. Apa pun yang ada di hutan dipakai untuk membuat tempat berteduh.

Ketika mau misa pembukaan, Juki punya ide kreatif. Karena tanah datarnya sempit, mereka duduk di pinggir sungai. Juki dan Lengkeng membuat altar di sungai yang dangkal. Mereka menumpuk batu-batu dan di atasnya diberi papan. Bu Dora dan Asih mengalasi altar dengan kain. Ada yang memotong kayu, dibuat salib dan ditancapkan di samping altar. Sangat eksotik.

Para OMK duduk tanpa alas di tanah yang datar. Saya memimpin misa di pinggir sungai yang dangkal. Airnya jernih mengalir deras setinggi mata kaki.

Setelah misa kami berpesta makan buah nangka, hasil buruan Pak Lengkeng di tengah hutan. Buahnya besar-besar dan sangat manis. Mungkin sisa-sisa para monyet di hutan.

Yesus mengajar di tepi danau Galilea. Datanglah orang yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia. Para murid yang nelayan itu punya ide kreatif. Yesus disuruh duduk di sebuah perahu dan orang-orang ada di pinggir danau. Yesus leluasa mengajar banyak hal tanpa didesak-desak orang banyak.

Yesus berbicara dengan perumpamaan. Kali ini seorang penabur menaburkan benih. Ada yang jatuh di pinggir jalan, ada yang di tanah berbatu, ada yang di semak berduri, dan sebagian di tanah yang subur.

Benih itu adalah sabda Allah. Tanah itu adalah para pendengarnya. Tanah yang baik akan menghasilkan buah berlipat-lipat. Tanah yang tidak baik tidak menghasilkan secara maksimal.

Kalau kita ini diumpamakan sebagai tanah, lalu tanah macam apakah kita ini? Berbatu-batu atau penuh semak duri, atau tanah yang subur? Jika tanah subur, seberapa besarkah hasilnya? Jika belum menghasilkan buah, apa yang harus kita lakukan?

Silahkan direnungkan sendiri.

Kain sutera bersegita ungu.
Menghiasi di atas meja rapat.
Tuhan menaburkan benih baru.
Berharap hasilnya berlipat-lipat.

Cawas, bermain double….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr