GELANGGANG Kurusetra riuh rendah oleh sorak sorai penonton. Mereka melihat latihan perang antara Pandawa dan Kurawa. Ketika lomba memanah, hanya Permadi yang mampu memanah kepala burung dengan tepat. Kartamarma, Durmagati, Puntadewa, bahkan Jaka Pitana, putra sulung raja Hastina pun gagal.
Penonton mengelu-elukan Permadi laksana pahlawan. Hal ini menimbulkan iri hati dan kebencian dalam diri Kurawa. Lebih-lebih Karna Basusena, ia sangat marah semua orang memuja-memuji kehebatan Permadi. Kebencian dan kemarahan itu dilampiaskan dengan menantang kelahi. Tetapi Permadi mengatakan, “Walau pun engkau membenci aku, namun aku justru mengasihimu.”
Mereka berdua tidak tahu kalau darah yang mengalir dalam tubuh mereka adalah darah Kunti, sang ibu. Namun karena Karna ada di pihak Kurawa, ia selalu dibujuk untuk memusuhi adik-adiknya para Pandawa. Kendati dimusuhi, namun Pandawa tidak membalas. Mereka tetap mengasihi Kurawa sebagai saudara-saudaranya.
Hari ini Yesus menekankan lagi pelaksanaan hukum kasih. Kasih bukan hanya ditujukan kepada mereka yang mengasihi kita. tetapi kasih juga tertuju pada mereka yang membenci kita.
“Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuh-musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”
Yesus memperbaharui hukum Taurat. Tuntutan Yesus lebih besar dan berat dari apa yang tertulis di kitab Taurat.
“Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya daripada perbuatan orang lain?”
Yesus mengajak para murid-Nya untuk berbuat yang beda dan lebih dari yang lain. Kalau kita bisa mengusahakan yang optimal, mengapa tidak?
Menjadi murid Yesus jangan hanya standar-standar saja, atau seperti pada umumnya. Kita harus di atas standar atau di atas rata-rata, bahkan yang optimal.
Memang target yang dicita-citakan Yesus tidak biasa-biasa saja. Ia menghendaki kita mencapai kesempurnaan sebagaimana Bapa sempurna adanya.
“Karena itu haruslah kamu sempurna, sebagaimana Bapa yang di surga sempurna adanya.” Apakah itu mungkin? Bagi Allah semua itu mungkin.
Oleh karena itu mari kita terus dan selalu mengusahakan. Jika kita gagal, coba lagi. Gagal, coba lagi. Gagal, kita terus mencoba lagi.
Ulangtahun hadiahnya gelas.
Isinya juice strawberry.
Jangan kita berhenti berbelas.
Mari kita terus mengasihi.
Cawas, menunggu suntikan kedua….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr