ZAMAN dulu ada seorang cerdik pandai naik dokar/delman. Di tengah jalan kudanya kentut. Bbrruuuttttt….. suaranya keras. Penumpang itu berkata kepada kusir delman,
“Pak itu kudanya masuk angin.” Tetapi si kusir menjawab, “Kuda saya tidak masuk angin pak, tetapi keluar angin.” Penumpangnya tidak mau kalah, “Itu namanya masuk angin.” “Kuda itu keluarkan angin Pak.”
Sepanjang jalan mereka berdebat tentang masuk angin dan keluar angin. Tidak ada yang mau kalah. Itulah sampai sekarang debat yang tidak ada ujung pangkalnya itu disebut debat kusir.
Kehadiran Yesus dan pengajaranNya di Yerusalem menimbulkan perdebatan. Orang banyak berpendapat Dia ini benar-benar nabi yang akan datang.
Yang lain berkata, “Dia ini Mesias.” Tetapi yang lain lagi berkata, “Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea.karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari Kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal.” Maka timbulah pertentangan di antara orang banyak karena Yesus.
Orang-orang Farisi dan imam-imam kepala juga berdebat dengan penjaga-penjaga yang mengagumi ajaran dan perkataan Yesus. “Belum pernah seorang manusia berkata seperti itu.”
Kaum Farisi dan imam kepala malah mencurigai bahwa ada diantara mereka yang telah disesatkan, menjadi pengkhianat.
Lalu mereka mengutuki orang-orang yang berseberangan dengan pandangan mereka. “Orang banyak itu tidak mengenal Hukum Taurat. Terkutuklah mereka.”
Salah seorang ahli Taurat, yaitu Nikodemus mengusulkan supaya Yesus diundang dan didengarkan kesaksianNya. Namun Nikodemus justru dicurigai sebagai penganut dan pengikut Yesus.
“Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi datang dari Galilea.”
Seorang Nikodemus, ahli kitab yang bijaksana saja dilawan, apalagi orang awam. Kaum Farisi dan Imam Kepala adalah kelompok tertutup. Mereka membaca kitab suci secara kaku.
Kalau orang sudah bilang, “Pokoknya titik.” Maka dialog buntu. Orang-orang yang berdebat itu lalu pulang, masing-masing ke rumahnya. Tidak ada titik temu. Itulah debat kusir.
Marilah dalam masa prapaskah ini kita belajar rendah hati dan bijaksana. “beja-bejaning wong luwih beja sing eling lan waspada.”
Artinya lebih beruntunglah kita kalau masih sadar dan waspada. Dari sana kita belajar bijaksana.
Di samping sedang memotong kamboja.
Antre di bank selesai tepat waktunya.
Tuhan itu maha bijaksana.
Dia mengatur semua baik adanya.
Cawas, masker bermotif bunga-bunga…
Rm. A. Joko Purwanto Pr