DALAM perjalanan pulang dari Ketapang ke Tayap. Aku lewat jalan Pelang Indotani. Setelah melewati warung orang Jawa yang sering kami panggil “Pakde”, motorku selip karena pasir.
Aku jatuh dan tangki motor bocor sehingga bensin membanjir terbuang. Jalanan itu sepi. Hanya satu dua orang lewat. Seorang bapak dengan motor butut lewat dan menolong aku. Ia meminjamkan dirigen di warung Pakde untuk menampung bensin yang sisa.
Aku didorong dengan kakinya di pedal belakang motorku. Kami kembali ke Ketapang. Di tengah jalan kami ngobrol memperkenalkan diri. Ketika aku menyebut identitasku sebagai pastor, dia langsung cerita nyerocos tentang Gusdur.
“Saya ini Gusdurian. Saya sering dengar cerita Gusdur punya hubungan dekat dengan seorang romo di Yogya. Beliau pernah singgah dan sholat di pastoran romo itu. Bahkan ada kamar khusus dengan alat sholat lengkap di sana.”
Aku langsung ingat pasti itu Romo Mangunwijaya waktu di Pastoran Jetis. Ketika kusebut nama Romo Mangun, bapak itu dengan cepat mengiyakan. Dia lalu bercerita tentang ajaran Gusdur.
Dia cerita tentang ukhuwah atau persaudaraan. “Kita ini satu ukhuwah yakni ukhuwah insaniyah, sesama umat manusia yang tinggal di bumi sehingga kita bisa saling tolong menolong, hidup rukun dan bersatu padu.” Aku mengalami dan berjumpa dengan “orang Samaria yang baik hati.”
Dalam doa-Nya Yesus tidak hanya berdoa untuk para murid-Nya, tetapi juga bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya oleh karena pemberitaan Kabar Gembira. Orang-orang yang menerima Yesus karena pewartaan murid-murid-Nya.
Contoh hidup Romo Mangun dan Gusdur itu berhasil membangun sebuah persaudaraan yang akrab dan mesra. Relasi itu diceritakan kepada banyak orang. Saya mendapat imbas dari persaudaraan indah itu.
Yesus mendoakan agar para murid-Nya bersatu, hidup rukun dan damai dengan siapa pun. Sama seperti Dia bersatu dengan Bapa, demikian juga murid-Nya dipanggil untuk bersatu dengan semua orang.
Kasih persaudaraan itu tidak mengenal batas-batas. Ukhuwah insaniyah mengundang kita semua sebagai makhluk sesama ciptaan Tuhan hidup rukun bersaudara.
Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar, Ahmed Al-Thayyeb membangun persaudaraan sebagai sesama insan dengan membuat kesepatakan dalam The Document on Human Fraternity for World Peace and Living Together di Abu Dhabi 4 Februari 2019 yang lalu.
Berdasar doa Yesus agar kita semua bersatu sama seperti Dia bersatu dengan Bapa, kita pun diundang membangun persaudaraan dan persatuan dengan siapa pun juga.
Siang-siang minum jus jambu.
Jangan lupa makan buah pepaya.
Marilah kita semua bersatu padu.
Membangun dunia penuh cinta.
Cawas, menanti hari selasa….
Rm. A.Joko Purwanto, Pr