Berbagi; Berkat Tiada Henti.
PERAYAAN Paskah di stasi-stasi pedalaman sungguh terasa menyenangkan. Suasana kegembiraan sangat terasa.
Hal itu terlihat dari persembahan yang dibawa oleh umat. Ada beras, sayur mayur seperti sawi, kacang panjang, timun, labu, petai, jengkol, terung pipit.
Kalau musim buah juga sangat berlimpah, ada durian, langsat, kembayau, rambutan, mangga asam.
Setelah ekaristi selesai dilanjutkan dengan makan bersama. Umat membawa makanan dari rumah masing-masing.
Apa saja yang ada ditaruh di depan altar, didoakan dan diperciki dengan air kudus oleh pastor. Siapa pun boleh mengambil apa yang ada.
Semangat berbagi dalam kebersamaan dan kegembiraan sangat terasa. Suasana seperti itu amat jarang dijumpai.
Persembahan hasil bumi akan diberikan kepada pastor. Pulang ke pastoran, motor penuh dengan beras, sayuran, buah-buahan, kue-kue.
Pernah juga diberi “genjik” (anak babi) dan ayam. Yang paling saya suka adalah tuak manisnya dan tempoyak.
Umat di pedalaman hidupnya sederhana, tetapi sangat murah hati.
Pergandaan lima roti dan dua ikan itu terus terjadi. Yesus mengajar orang banyak.
Mereka mengikuti-Nya sepanjang hari. Pasti mereka kelaparan dan kehausan. Ia meminta para murid untuk mencari makan.
Murid-murid tidak mampu mengatasi masalah. Mereka angkat tangan dengan berbagai argumentasi.
Namun Andreas melihat peluang. Ada anak kecil membawa lima roti dan dua ikan. Tapi apalah artinya itu untuk sedemikian banyak orang.
Yesus mengajak mereka untuk mempersembahkan apa yang ada. Ia mengambil roti, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada orang banyak. Begitu pula dengan ikannya.
Semua makan sampai kenyang, bahkan ada sisanya duabelas bakul.
Jika kita mau berbagi, kita tidak akan kekurangan. Ketika kita ikhlas memberi, kita justru akan mendapatkan kelimpahan.
Seperti yang dilakukan anak kecil itu, ia memberikan apa yang dia punya. Karena didoakan dan disyukuri, apa yang ada menjadi berkat tiada habis, bahkan ada kelebihannya.
Anak kecil itu tidak ada namanya, No Name. Ia bisa siapa saja. Barangkali anda adalah si anak kecil itu.
Anda pasti pernah punya pengalaman seperti itu. Ketika mau berbagi, ternyata berkat Tuhan tak pernah berhenti. Ketika anda mau memberi, ternyata tidak pernah kekurangan.
Bahkan Tuhan memberi balasan yang berkelimpahan.
Pertanyaan reflektif: Apakah kita sering mensyukuri anugerah yang Tuhan berikan? Apakah kita juga dengan rela hati berbagi dengan orang-orang di sekitar?
Jangan pernah kawatir, Tuhan siap memelihara hidup kita.
Jalan-jalan di pagi hari,
Ada gadis kecil penjual glali.
Hidup ini pantas disyukuri,
Asal kita mau terus berbagi.
Cawas, mari berbagi….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr