“Darimana Kuasa Yesus?”
Kuasa Yesus dipertanyakan oleh para imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua Bangsa Yahudi. “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?”.
Hal ini terjadi karena Yesus mengusir para pedagang yang berjualan di halaman Bait Allah.
Mereka terusik bukan saja karena kewibawaan mereka terganggu, tetapi “pundi-pundi” mereka juga akan menjadi seret.
Para imam dan ahli kitab itu adalah pemegang otoritas Bait Suci. Tidak hanya soal peribadatan, tetapi juga soal pajak penghasilan atas kegiatan ekonomi Bait Suci.
Kita bisa bayangkan preman-preman pasar itu bisa berkelahi rebutan lahan kalau wilayah mereka diambil orang atau kelompok lain.
Jangan dikira yang ada preman atau mafia itu hanya di pasar, di bait suci bisa jadi juga ada mafia.
Yang menentukan halal atau cacat binatang persembahan itu mafia bait suci. Yang menentukan kurs mata uang bisnis di bait suci itu para mafia ini; imam kepala, ahli Taurat dan tua-tua.
Kalau Yesus mengusir para pedagang, pasti mengusik otoritas mafia kudus di bait suci itu. Mereka protes dan mempertanyakan darimana otoritas itu.
Yesus balik bertanya kepada mereka. “Pembaptisan Yohanes itu dari surga atau dari manusia?”
Jangan hanya ngurusin soal halal atau najis tidaknya orang beribadat di bait suci, tapi nabi-nabi yang berkotbah dimana-mana, membaptis orang di sungai-sungai, itu sertifikasinya dari mana? Mereka itu betul-betul imam dan ahli kitab atau hanya ngaku-ngaku saja. Kira-kira idenya begitu.
Mereka bingung sendiri. Kalau dijawab dari Allah, Yesus akan berkata, “Kenapa kamu tidak percaya?” Kalau dijawab dari manusia, orang banyak percaya dia adalah nabi utusan Tuhan.
Orang munafik lebih takut kepada suara orang banyak daripada percaya kebenaran. Mereka tidak berani mengatakan kebenaran.
Yesus membiarkan mereka menyimpulkan sendiri. Kalau orang mampu melihat kebenaran, dia akan tahu bahwa sabda dan tindakan Yesus itu dari Allah, sama seperti yang dilakukan Yohanes Pembaptis.
Tetapi karena mereka itu munafik, maka lebih takut kepada orang banyak daripada percaya pada kebenaran Allah. Apakah kita juga akan meniru sikap munafik mereka?
Corona masih suka berseliweran.
Kita hadapi dengan jaga jarak.
Bertindaklah berdasar kebenaran.
Jangan karena takut pada orang banyak.
Cawas, tetap jaga prokes…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr