KETIKA masih sekolah SD saya diajak berlatih menari. Mbak Sri Daruti membujuk saya supaya mau menari. Ia adalah putra seorang dalang ,yang pandai menari. Saya tidak mau.
Rasa malu tampil menari lebih kuat daripada bujukan dan rayuan. Lalu Mbak Sri meminta teman saya, ikut latihan menari. Ia mengikuti setiap gerakan tari itu dengan mudah dan lancar.
Bakatnya menari terasah disana. Sejak saat itu dia selalu diberi kesempatan tampil dalam pagelaran pentas Tujuhbelasan, lomba di kecamatan, atau pentas wayang orang tiap Ruwahan.
Saya hanya menjadi penonton, tak mampu mengembangkan bakat. Ketika masuk di Seminari, saya menyesal kenapa dulu tidak mau diajak pentas.
Andai saja waktu itu saya menerima kesempatan berlatih menari, bakat itu akan semakin terbina di Seminari. Karena ada banyak peluang dan kesempatan mengembangkan diri.
Menyesal kemudian tiada arti. Yang mau menerima kesempatan,dia akan diberi peluang yang lebih banyak.
Dalam bacaan hari ini, Yesus berkata,”Camkanlah apa yang kamu dengar. Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan dikenakan pula padamu; dan malah akan ditambah lagi. Karena siapa yang mempunyai, akan diberi lagi, tetapi siapa yang tidak mempunyai , apa pun juga yang ada padanya akan diambil.”
Ketika seseorang diberi peluang – seberapa pun besarnya – dan dia ambil kesempatan itu, maka akan diberi kepercayaan lagi.
Semakin dia mampu mengembangkan tanggungjawab, semakin banyak tawaran dan kesempatan diberikan pula.
Sebaliknya ketika orang tidak mau mengambil peluang, maka dia menyia-nyiakan kesempatan itu. Maka hilanglah kesempatan itu. Maka benar bahwa kesempatan itu tidak datang untuk kedua kali.
Siapa yang punya kualitas dan tanggungjawab, kepadanya akan selalu diberi lebih dan lebih lagi. Tetapi dia yang tidak punya kualitas, tak akan diberi peluang dan tawaran.
Kesempatan itu hilang atau menjauh daripadanya. Yang ada hanyalah penyesalan dan kehilangan. Benar yang dikatakan Yesus,
“Siapa yang mempunyai, akan diberi lagi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun yang ada padanya akan diambil.”
Marilah kita tanggapi setiap kesempatan dan tawaran. Jangan sampai peluang itu lenyap begitu saja. Menyesal kemudian tiada artinya.
Tuhan selalu menawarkan kepada kita kesempatan mencapai yang lebih baik. Mari kita ambil kesempatan itu.
Menanam padi yang tumbuh jawan
Menanti waktu yang baik untuk memetiknya
Tuhan memberi kita banyak kesempatan
Beranikah kita dengan cepat mengambilnya
Cawas, menanti hujan di sore hari
Rm. A. Joko Purwanto Pr