“Et Tu, Brute?”
JULIUS CAESAR tidak menduga bahwa di antara sahabat-sahabatnya di Senat ada seorang pengkhianat. Pengkhianatan itu berakar dari ketidak-sukaan seorang Jendral Romawi, Gaius Cassius Longinus yang merasa gentar dan iri atas kemenangan Julius Caesar mengalahkan musuh-musuhnya.
Kata-katanya yang menjadi jimat terkenal adalah VENI, VIDI, VICI (Saya datang, saya lihat, saya menang). Julius Caesar lalu mengangkat dirinya sebagai Dictator Perpetuo alias raja seumur hidup.
Cassius yang tidak senang kemudian menghasut Senat, termasuk Markus Brutus yang sekaligus sahabat Caesar. Mereka mengundang Caesar merayakan pelantikannya di Teater Pompei.
Istri Caesar sudah mengingatkan agar tidak usah datang di pesta itu. Tetapi Brutus membujuknya agar tidak mengecewakan Senat dan rakyat. Akhirnya Caesar menghadiri pesta.
Setelah Caesar tiba di Teater Pompei, para Senat langsung mengerumuni dia. Mereka langsung menyerangnya dan dari belakang, Brutus menusukkan pisau ke tubuh Caesar. Caesar jatuh dan melihat Brutus masih memegang pisau.
Caesar berkata, “Et tu, Brute?” (Kau juga Brutus?). Sekitar 60 anggota Senat mengerumuni Caesar dan ada 23 bekas tusukan di tubuhnya yang membuat ia kehabisan darah dan mati.
Kalau Caesar tidak tahu bahwa di Senat ada pengkhianat, Yesus mengetahui di antara murid-Nya ada seorang yang akan menyerahkan Dia. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.”
Para murid mulai kasak-kusuk bertanya siapakah dia. Yesus memberi isyarat, “Dia adalah orang, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya.” Dialah Yudas Iskariot.
Betapa sedih hati Yesus karena tahu ada pengkhianat di antara murid-murid-Nya. Namun Dia melihat ini adalah jalan Allah mempermuliakan Dia. Yesus lebih memilih taat pada kehendak Allah daripada meratapi pengkhianatan oleh murid-Nya sendiri.
Pengkhianatan tidak membuat tentram bagi si pelakunya. Yudas dikejar-kejar rasa bersalah tak berkesudahan dan akhirnya bunuh diri. Begitu pula Cassius dan Brutus tidak tenang hidupnya. Mereka akhirnya memilih bunuh diri.
Jangan pernah menjadi pengkhianat yang sudi menusuk teman sendiri dari belakang. Apakah kita pernah mengalami peristiwa pengkhianatan seperti itu? Bagaimana rasanya?
Setelah Kamis harinya Jum’at.
Seruput secangkir kopi sangat nikmat.
Sungguh laknat seorang pengkhianat.
Tak akan tenang sampai di akherat.
Cawas, jurang indah Merapi….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr