KERAJAAN Allah itu hadir di tengah-tengah kita tanpa kita sadari. Seperti seorang petani yang menanam benih padi di sawah, ia menyiapkan lahan, dibersihkan, diairi dan benih akan tumbuh dengan sendirinya.
Pada musimnya ia akan memanen padi yang sudah menguning. Yang kita sebut Kerajaan Allah adalah tindakan Allah atau karya Allah di tengah-tengah kita.
Sering kita mendengar ungkapan orangtua, “Bu, anak-anak kita sekarang sudah menginjak dewasa ya, rasanya seperti baru kemarin saja kita menggendong mereka.”
Anak-anak yang sejak kecil kita timang-timang, sekarang sudah dewasa. Lalu mereka akan berkeluarga dan meninggalkan orangtuanya untuk meneruskan mata rantai keluarga.
Semua itu adalah karya Allah yang tidak pernah kita sadari. Semua mengalir sesuai dengan rencanaNya.
Yesus menggambarkan karya Allah itu dengan memberi perumpamaan, “Beginilah hal Kerajaan Allah itu; seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu”.
Hidup itu seperti roda yang berputar. Kadang kita berada di atas. Kadang kita bisa berada di bawah. Namun semua tetap dalam kendali Allah yang menyelenggarakan.
Yang penting kita tetap menyatu dengan poros roda itu. Kita diajak menyesuaikan dengan penyelenggaraan Allah itu.
Yang pasti Allah menghendaki baik adanya. Bersediakah kita menyesuaikan dengan rencanaNya? (Lihat Mutiara Iman 2020)
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus memberi perumpamaan tentang Kerajaan Allah. Kerajaan Allah adalah istilah yang dipakai untuk menyebut pribadi Allah sendiri.
Seperti orang Jawa tidak berani menyebut nama atau gelar sultan sebagai raja. Rakyat jelata hanya menyebut “Sampeyan Dalem”.
Orang Bali menyebut raja dengan gelarnya “Cokorde”. Sampeyan itu arti harafiahnya adalah kaki. Begitu juga orang Yahudi tidak berani menyebut pribadi Allah yang agung.
Mereka menyebutnya dengan Kerajaan Allah. Allah yang meraja itu berkarya namun tidak kasat mata. Karya Allah itu seperti benih yang ditabur, tumbuh dan berkembang.
Begitu pula seperti biji sesawi yang ditanam, tumbuh menjadi lebat. Kita semua tidak menyadarinya.
Butuh kepekaan, kebeningan dan ketulusan hati agar kita mampu melihat Allah yang hidup dan berkarya bagi kita.
Ke Deles mencari pasir
Pasir berlimpah di pinggir kali
Seperti air yang mengalir
Karya Allah itu mengalir tiada henti
Cawas, berlatih tendangan gunting
Rm. A. Joko Purwanto Pr