“Masuk Ke Lamin”
SUATU kali saya terkejut saat selesai misa dalam rangka turne ke stasi di kampung pedalaman, seorang ibu cantik berkata, “Pastor, ayo masuk ke lamin saya. Silahkan pastor, jangan sungkan-sungkan”. Kata ke lamin diucapkan dengan cepat sehingga menimbulkan salah persepsi. Ke lamin dan kelamin itu artinya sangat berbeda. Lamin itu berarti pondok, rumah. Masuk ke lamin artinya masuk ke rumah atau berkunjung.
Budaya kunjung berkunjung biasa terjadi di tengah masyarakat. Apalagi kalau musim lebaran. Saat itu adalah waktu khusus untuk saling berkunjung antar saudara dan keluarga. Begitu pun pada hari-hari besar seperti perayaan Natal, Imlek, Idul Fitri, orang saling berkunjung.
Saya dulu pengin menjadi pastor juga karena dikunjungi oleh romo paroki. Pastor suka berkunjung ke rumah umat. Walau hanya sebentar, tetapi sapaan itu mengena, mengesan mendalam.
Kunjungan dan sapaan itu menguatkan, menggembirakan dan menumbuhkan suatu harapan dan cita-cita.
Hari ini kita merayakan St. Perawan Maria mengunjungi Elisabet saudarinya. Dua wanita ini berjumpa dalam sukacita. Maria memberi salam kepada Elisabet.
Bukan hanya Elisabet, tetapi bayi yang ada di kandungannya juga melonjak kegembiraan.
Kata, sapaan atau ungkapan yang baik, sopan, hormat, sejuk penuh kelembutan akan menimbulkan efek yang luar biasa.
Orang Jawa bilang, “Ajining diri gumantung ana ing kedhaling lathi.” Harga diri seseorang tergantung dari apa yang diucapkan oleh lidahnya.
Walaupun berbaju agama serba suci, tetapi kalau omongannya kasar, teriak-teriak, caci maki, ajarannya membenci, orang banyak bisa menilai sejauh mana harga diri dan kualitas pribadinya.
Istilah “mulutmu harimaumu” mau memperingatkan kita untuk berhati-hati dengan ucapan kita. Kalau tidak bisa mengontrol ucapan mulut kita, bisa-bisa malah akan menerkam diri kita sendiri.
Sering kan kita melihat orang yang dimakan atau jatuh oleh kata-katanya sendiri?
Mari kita meneladan Maria. Sebagai orang muda, ia hormat kepada orang tua. Ia berkunjung ke rumah Elisabet. Ia memberi salam dengan hormat. Kata-kata dan salam mengalir memberi kegembiraan.
Doa Magnificatnya memberi harapan, dukungan kepada mereka yang rendah hati, miskin, sederhana.
Tutur kata yang baik akan menghasilkan buah yang baik. Tutur kata yang buruk akan menghancurkan relasi dan persaudaraan. Mari kita kembangkan silaturahmi yang baik di antara kita.
Di warung membeli juice tomat,
Menghilangkan dahaga dan kehausan.
Dengan sapaan yang sopan dan hormat,
Kita bangun relasi dan persaudaraan.
Cawas, salam persahabatan…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr