Yerusalem berasal dari dua kata, yakni Shalem, Shalom yang berarti damai dan Yarah yang berarti mengajar, mengabarkan.
Yerusalem berarti mengabarkan damai atau Warta damai. Namun melihat sejarah, dari zaman dahulu kala, kota ini selalu tidak damai.
Sepanjang sejarahnya yang panjang, Yerusalem pernah dihancurkan setidaknya dua kali, dikepung 23 kali, diserang 52 kali, dan direbut serta direbut-kembali 44 kali.
Bagian tertua kota ini menjadi tempat permukiman pada milenium ke-4 SM. Pada tahun 1538 dibangun tembok di sekitar Yerusalem dalam pemerintahan Raja Salomo.
Saat ini tembok tersebut mengelilingi Kota Lama, yang mana secara tradisi terbagi menjadi empat bagian—sejak awal abad ke-19 dikenal sebagai Kawasan Armenia, Kristen, Yahudi, dan Muslim.
Ntrik dan perang selalu mewarnai kota itu. Kota Damai yang tidak pernah merasakan damai.
Dalam Injil hari ini, Yesus sedikit meramalkan masa depan Yerusalem. Yesus berkata,
“Yerusalem, Yerusalem, engkau membunuh nabi-nabi dan merajam orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali aku rindu mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayap, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayap, tetapi kalian tidak mau. Sungguh rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi.”
Nampaknya perjalanan Yesus ke Yerusalem sudah ditengarai orang menuju kepada bahaya. Beberapa orang Farisi memberitahuNya bahwa Herodes hendak membunuhNya.
Yesus sangat paham bahwa kehadiranNya di Yerusalem berarti menantang maut. Karena banyak nabi-nabi yang dibunuh di Yerusalem,
Bagi kaum politisi kehadiran Yesus bisa menimbulkan intrik kekuasaan. Mereka merasa terganggu dengan pengajaran-pengajaran Yesus yang berpihak kepada orang kecil.
Rakyat kecil percaya pada Yesus dan mereka mendengarkan perkataanNya. Hal ini pasti mengganggu hegemoni Herodes di Yerusalem.
Kendati ada ancaman akan dibunuh, Yesus tidak takut, ia tetap menuju ke Yerusalem.”Tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh di luar Yerusalem”.
Kebenaran harus diwartakan kendati menghadapi ancaman dan teror. Warta kebenaran itu dihayati oleh Yesus sebagai panggilan hidupNya.
Kendati harus mati di Yerusalem, Ia tetap menjalaniNya demi menegakkan kebenaran sejati. Beranikah kita tetap setia pada kebenaran kendati menghadapi bahaya?
Menanti taxi di pinggir jalan
Penumpang banyak sampai berebutan
Berani menjadi saksi kebenaran
Harus berani menghadapi aneka ancaman
Cawas, menghadapi tantangan
Rm. A. Joko Purwanto Pr