SAYA mempunyai guru agama di sekolah, namanya Sr. Ludgardis OSU. Saya pernah mendapat hadiah sebuah gambar foto pemandangan dengan tulisan “life is beautiful.”
Gambar itu saya jadikan sekat buku dan menjadi penyemangat belajar saya. Hidup itu indah. Hadiah itu saya terima karena ulangan agama saya baik.
Suster itu memberi tugas kepada kami untuk membuat karangan yang judulnya cita-citaku. Entah kenapa, saya menuliskan di kertas tugas itu dan bercerita bahwa saya ingin menjadi imam.
Suster itu memberi komentar di bawah karangan saya, “Joko, kamu pasti bisa. Doaku selalu.” Suster itu sekarang sudah di surga.
Ketika saya masih di Seminari, saya mendengar berita bahwa Sr. Ludgardis mengalami kecelakaan dengan anak-anak asramanya di Flores. Saya yakin dia masih tetap mendoakan saya di surga sampai saat ini.
Dalam bacaan Injil hari ini, Simon menjawab pertanyaan Yesus dengan tepat. Yesus bertanya, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”
Maka jawab Simon Petrus, “Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup.” Karena jawaban itu, Simon mendapatkan reward dari Yesus,
“Engkaulah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan jemaatKu, dan alam maut tak akan menguasainya.”
Iman itu bertumbuh. Begitu juga panggilan. Ketika para murid ditanya Yesus tentang kata orang, mereka mudah menjawabnya. Maka nyerocos mereka menjawab pertanyaan itu.
Ada yang menyebut ini kek, itu kek, siapalah, yang begitulah, yang inilah. Pokoknya mereka fasih mengulang jawaban orang.
Tetapi ketika ditanya menurutmu sendiri, siapakah Aku ini? Pertanyaan ini membutuhkan jawaban yang berisi pengalaman pribadi.
“Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup” adalah pengalaman iman yang personal antara Petrus dengan Yesus.
Saya alami panggilan menjadi imam muncul karena dorongan eksternal. Tetapi panggilan itu berkembang menjadi pengalaman personal karena merasa dicintai Allah dan ketika mengalaminya adalah sesuatu yang indah.
Life is beautiful memang benar-benar indah. Seperti menikmati langit berwarna keemasan di waktu senja.
Petrus bertumbuh imannya karena berjumpa dengan Yesus. Ia yang seorang nelayan kampung menjadi batu karang kuat dimana Gereja hidup sampai sekarang. Apakah iman anda juga bertumbuh ketika berjumpa dengan Yesus?
Menikmati senja di ufuk barat
Dari sore sampai pukul enam seperempat
Iman akan tumbuh menjadi kuat
Kalau kita berpegang pada Yesus Sang Juru Selamat
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr