IBU-IBU Paroki Tayap yang bertugas memasak di dapur selalu heran dan kagum. Setiap kali mengadakan kegiatan, konsumsi selalu berlimpah dan ada kelebihan.
Mereka yang memasak di dapur selalu ada bahan-bahan makanan yang tersedia. Peristiwa penggandaan roti itu selalu berulang sampai sekarang. Umat sangat murah hati.
Ketika ada Kursus Persiapan Perkawinan, para peserta membawa sayur, labu, ikan asin, beras sejimpit dua jimpit. Ketika ada Forkas (Forum Komunikasi Antar Stasi) para ketua umat yang hadir membawa hasil ladang mereka.
Ibu-ibu Paroki mengolahnya untuk dinikmati bersama. Dan selalu ada kelebihan. Makan bersama seadanya namun kalau dinikmati bareng-bareng makin menambah guyub dan rukun persaudaraan di paroki.
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengajak para murid untuk terlibat atas persoalan hidup bersama. Orang banyak mengikuti Yesus berhari-hari. Mereka lelah dan lapar.
Para murid awalnya ingin lepas tangan. “Suruhlah orang banyak ini pergi supaya dapat membeli makanan di desa-desa.” Mereka mau menghindar.
Tetapi Yesus menantang mereka, “Kalian saja memberi makan mereka.” Murid-murid masih punya alasan untuk lari dari tanggungjawab, “Pada kami hanya ada lima roti dan dua ekor ikan.”
Kita sering menghindar bahkan lari dari tanggungjawab, ketika disuruh menjadi Prodiakon, ketua lingkungan, pengurus dewan pastoral paroki.
Kita mencari alasan, “saya tidak mampu, saya tidak punya waktu, yang lain saja, saya tidak pantas, saya tidak sempurna.” Seribu satu alasan diungkapkan untuk lari dari tugas menggereja. Yesus tetap meminta kita, “Kamu harus memberi mereka makan.”
Para murid mulai terlibat. Mereka ikut mengatur orang banyak duduk di rumput. Mereka ikut membagi-bagikan roti dan ikan kepada orang banyak.
Mereka menjamin orang banyak makan sampai kenyang. Tidak ada yang kekurangan. Mereka masih mengumpulkan potongan roti yang tersisa sampai duabelas bakul penuh.
(Kalau ada ibu-ibu pasti tidak ada sisa karena mereka membawanya pulang dengan tas plastik masing-masing). Semua dimanfaatkan.
Yesus mengajak kita semua terlibat dalam karya penggembalaanNya. Kita tidak perlu menunggu sempurna.
Sampai mati kita tidak akan sempurna. Lalu kita tidak akan berbuat apa-apa bagi gereja. Hilang kesempatan kita kalau menunggu menjadi sempurna.
Walaupun hanya punya lima roti dan dua ikan, tetapi kalau diserahkan kepada Yesus, akan mencukupi semuanya. Mari kita mulai berbagi dan melayani.
Anak kodok namanya precil
Suaranya nyaring ke pelosok desa
Walau hanya memberi sedikit dan kecil
Akan sangat berguna bagi karya Tuhan dan sesama
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr