by editor | Jul 21, 2019 | Renungan
DRAMA Cinta Romeo dan Juliet sungguh terkenal. Ada banyak kalimat yang bagus di dalam dialog kisah cinta itu.
Tetapi yang paling terkenal adalah kata-kata Juliet, “Hanya namamu yang menjadi musuhku. Tetapi kau tetap dirimu sendiri dimataku, bukan Montague. Apa itu Montague? Ia bukan tangan, bukan kaki, bukan lengan, bukan wajah atau apapun dari tubuh seseorang. Jadilah nama yang lain. Apalah arti sebuah nama? Harum mawar tetaplah harum mawar, kalaupun mawar berganti dengan nama yang lain. Ia tetap bernilai sendiri, sempurna, dan harum tanpa harus bernama mawar. Romeo, tanggalkanlah namamu. Untuk mengganti nama yang bukan bagian dari dirimumu. Ambilah diriku seluruhnya.”
Nama Romeo menjadi penghambat cinta yang tumbuh diantara mereka. Keluarga Juliet tidak mau menerima Romeo yang berasal dari Suku Montague.
Sedang Juliet berasal dari keluarga Capulet. Kedua suku ini bermusuhan. Nama bukan hanya sekedar nama. Nama adalah identitas. Nama mempunyai makna yang dalam.
Seseorang dipanggil Slamet atau Bejo tentulah ada makna yang terkandung di dalamnya. Sekali lagi nama adalah karakter, ciri, identitas bagi seseorang.
Hari ini kita merayakan Pesta St. Maria Magdalena. Nama ini sangat dekat dengan Yesus. Ada relasi kuat diantara keduanya.
Maka ketika Yesus mati, Maria sangat sedih. Ia kehilangan seseorang yang sangat dicintainya. Lirik lagu Maria Magdalena ini menggambarkan bagaimana cintanya kepada Yesus.
I don’t know how to love him. What to do, how to move him. I’ve been changed, yes really changed. In these past few days. When I’ve seen myself. I seem like someone else.
Maka ketika dia dalam keadaan bingung, galau, frustrasi, putus asa, Yesus memanggil namanya, “Maria.” Dia langsung hapal dengan suara khas itu. Dia langsung mengenali siapa yang menyebut namanya. Dia langsung menjawab, “Rabuni.”
Orang yang tahu nama panggilan kita pastilah orang itu sangat dekat dan kenal dengan kita. kita sangat bersukacita kalau orang memanggil nama kita.
Itu menunjukkan relasi kuat diantara keduanya. Apakah kita juga punya relasi yang akrab dengan Yesus seperti Maria Magdalena?
Rujak mangga pakai merica
Dijual di pasar Mangga Dua
Betapa sukacita hati kita
Kalau dicintai seseorang yang merindukan kita
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Jul 20, 2019 | Renungan
Menikmati kopi Toraja di Mentirotiku Batutumonga sungguh luar biasa. Sambil duduk di teras menikmati hamparan luas sawah yang lagi menguning, udara sejuk dan langit sedikit berawan menambah indah panorama.
Ada pisang goreng panas menjadi teman minum kopi siang itu. Dan lebih sensasional lagi makan pisang sambil dicocol di atas cobek sambal. Ini yang agak beda. Tapi yang mau saya renungkan adalah kopinya.
Minum kopi terasa nikmat setelah bubuk-bubuknya mengendap tenang di dasar. Ketika diaduk dengan sendok, kopi “pating sliwer” membuat keruh seluruhnya.
Namun ketika didiamkan sebentar dan tenang, ia akan mengendap barulah kopi diseruput terasa nikmat. Mata terbelalak, gairah hidup mengalir ke sekujur tubuh.
Bacaan Injil hari ini berbicara tentang Marta dan Maria. Marta sibuk melayani Yesus dan rombongan. Ia lari ke sana kemari menyiapkan dan menghidangkan segala yang diperlukan agar tamu-tamu puas.
Maria duduk tenang di dekat kaki Yesus dan mendengarkan sabdaNya. Marta seperti kopi yang diaduk-aduk, berlari kesana kemari “pating sliwer.”
Maria seperti kopi yang sudah mengendap. Ia duduk tenang di bawah kaki Yesus. Tidak ada yang salah pada tahap ini, karena semua itu adalah proses agar bisa menjadi kopi yang enak.
Menjadi salah ketika Marta tidak fokus melayani tetapi ia mengeluh dan iri melihat saudarinya duduk tenang saja. “Tuhan, tidakkah Tuhan peduli bahwa saudariku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.”
Bahkan ia mempertanyakan Tuhan yang tidak peduli atas segala usaha dan jerih payahnya. Kita juga sering berlaku seperti Marta.
Sudah berjuang mati-matian, berdoa sepanjang tahun, membanting tulang ibaratnya kaki jadi kepala, kepala jadi kaki. Tuhan diam saja. Dengan mudah kita menyalahkan Tuhan. Inilah yang keliru.
Ketika kita fokus melayani dengan tulus ikhlas dan tidak menuntut pujian, penghargaan, sanjungan orang, maka disitulah nilai luhur pelayanan kita, seperti Maria yang telah memilih bagian yang terbaik.
Fokus saja pada pelayanan dan pada saatnya semua akan mengendap tenang dalam kehidupan kita. Pada saat itulah kita duduk tenang menikmati kopi dan bersatu dengan keindahan alam. Rasanya makin dekat dengan Tuhan Sang Pencipta. Duduk bersimpuh dekat pada kakiNya.
Minum kopi di teras Ge’ tengan
Sambil menunggu pisang panas dari wajan
Karya pelayanan terasa membahagiakan
Jika didasari hati tulus dan ikhlas tanpa tuntutan
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Jul 20, 2019 | Renungan
“Dulu kalau saya melihat diktat-diktat kuliah, rasanya pengin muntah” kata Romo Agus Kallepe mengawali sharingnya.
“Saya ini kurang pintar dibanding teman-teman lain. Nilai-nilai kuliah hanya pas-pasan saja, tidak terlalu menonjol. Namun saat saya menjalani masa diakonat di paroki, saya mendapat telpon langsung dari Uskup, “Agus, kamu siap-siap, bulan Juli boleh ditahbiskan menjadi imam. ”Para pembimbing dan Bapak Uskup selalu memberi semangat, itulah yang menguatkan sampai saya bisa menjalani imamat saya selama 25 tahun ini” katanya disambut tepuk meriah umat.
Pesta perak imamat di Kapel Seminari St. Petrus Claver Makasar itu sungguh luar biasa. Banyak imam dan umat yang hadir bersama romo-romo yang merayakan 25 tahun imamat. Kendati lemah namun dipilih. Kendati rapuh namun dipanggil.
Dalam bacaan hari ini Yesus ditolak orang Farisi, bahkan mereka bersekongkol untuk membunuhNya. Yesus tidak melawan.
Ia tetap taat mewartakan Injil. Ia menggenapi nubuat Nabi Yesaya, “Lihatlah, itu hambaKu yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepadaNya jiwaKu berkenan….. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskanNya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkanNya.”
Itulah salah satu sifat seorang pemimpin. Memberi harapan dan semangat. Kendati secara pribadi tidak pantas, bodoh, tidak menonjol, namun pemimpin bisa menguatkan dan memberi harapan.
Yesus digambarkan oleh nubuat Yesaya sebagai pemimpin yang tidak memangkas buluh yang patah terkulai. Dia juga tidak memadamkan sumbu yang pudar nyalanya. Dia memberi semangat dan kekuatan. Sekecil apa pun potensi yang ada tetap dihargai dan dikuatkan.
Pemimpin yang baik tidak bisa maju sendirian. Ia membutuhkan yang lain. Kendati kecil peran seseorang namun jika diberi kesempatan hidup, pasti akan tumbuh berkembang.
Tuhan sering menggunakan orang-orang “tak terduga atau tak diperhitungkan”. Misalnya Daud, Petrus, Saulus, Maria Magdalena, dan banyak tokoh lain. Tuhan menggunakan kita walaupun lemah dan rapuh.
Di mata Tuhan kita sangat berharga dan dipakaiNya. Jangan takut dan cemas. Bersama Tuhan selalu ada harapan untuk hidup dan bertumbuh.
Pergi ke pasar membeli pisang
Pisang dijual di pinggir jalan
Janganlah ragu dan bimbang
Tuhan selalu memberi harapan
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Jul 19, 2019 | Renungan
Di jalan tol selalu ada peringatan, “mendahului lewat jalur kanan”. Kendaraan tidak boleh mendahului lewat jalur kiri.
Sangat dilarang “mencuri” bahu jalan paling kiri untuk mendahului kendaraan di depannya.
Mengapa bahu jalan sebelah kiri harus dikosongkan dari kendaraan? Bahu jalan sebelah kiri itu diutamakan bagi kendaraan “darurat” seperti ambulan, mobil derek, petugas kebakaran, Dishub, petugas jalan raya, dll.
Mereka boleh mengambil jalan demi kelancaran dan kepentingan mendesak. Begitu juga kendaraan petugas kemanusiaan seperti ambulan, palang merah diperbolehkan tetap jalan kendati lampu traffic menyala merah.
Mereka tidak mengikuti aturan demi kemanusiaan dan kepentingan yang lebih urgen dan mendesak.
Orang-orang Farisi memprotes murid-murid Yesus karena mereka melanggar aturan hari sabat. Mereka mempertanyakan, “Lihatlah, murid-muridMu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari sabat?”
Yesus meluruskan pandangan orang-orang Farisi yang suka menyalahkan orang lain. Mereka menilai aturan adalah segala-galanya.
Orang tidak boleh melanggar sedikit pun aturan yang sudah dibuat. Melanggar berarti berdosa.
Melanggar aturan berarti harus dihukum. Cara pandang mereka bersifat hitam putih. Tidak ada cara pandang lain.
Memang aturan dan hukum perlu untuk mengatur kehidupan bersama, agar keselarasan dapat terjamin. Namun di atas segala aturan ada hukum cintakasih.
Semangat kasih membuat orang tidak terkungkung pada aturan yang kaku. Yesus mengajak orang untuk tidak berpikir sempit.
Melaksanakan kasih tidak perlu diperlawankan dengan aturan. Kisah tentang Daud dan para prajuritnya yang masuk ke Bait Allah dan makan roti sajian yang hanya diperuntukkan bagi para imam, tidak melanggar aturan.
Yang lebih diutamakan adalah belaskasihan bukan persembahan.
Nilai-nilai kemanusiaan dan belaskasih berada di atas segala aturan. Mengapa ambulan “boleh” menerobos lampu merah? Karena kemanusiaan harus lebih diutamakan.
Marilah kita bijaksana agar bisa menempatkan aturan demi pemuliaan manusia. Kepentingan manusia harus diutamakan, di atas segalanya.
Naik dokar menuju ke kota
Membeli baju seribu tiga
Hidup manusia di atas segalanya
Kita bela demi kehidupan bersama
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Jul 18, 2019 | Renungan
Membajak sawah dengan menggunakan dua ekor sapi atau kerbau memerlukan “kayu pasangan” yang ditaruh di pundak sapi-sapi itu.
Binatang itu akan menarik bajak dengan kuat. Sambil berjalan mereka menarik bajak dan memikul beban.
Yesus memberi sabda yang melegakan kita, “Datanglah kepadaKu, kalian semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah daripadaKu, sebab Aku ini lemah lembut dan rendah hati. Maka hatimu aka medapat ketenangan.”
Agar beban kuk itu tidak berat, kita harus belajar kepada Yesus. Dia memanggul salib penderitaan. Tetapi Ia dengan sabar menanggungNya.
Kesabaran dan kesetiaan itulah yang pantas kita teladani. Dengan belajar bersama Yesus, kita bisa mengarungi jalan hidup seberat apapun. Yesus telah mengalahkan dunia dengan memikul salib kita.
Hati Yesus yang lemah lembut dan rendah hati menjadi kunci memanggul salib. Ia lemah lembut dan mudah jatuh berbelaskasihan.
CintakasihNya kepada kita yang membuat Dia siap sedia memanggul penderitaanNya.
Yesus yang rendah hati kepada kehendak Bapa adalah sumber kekuatan untuk tetap setia. Tidak ada Bapa yang akan menjerumuskan anaknya.
Allah adalah Bapa yang baik hati dan suka mengampuni. Bapa yang demikian mengasihi itulah sandaran bagi kita untuk setia.
Bapa yang murah hati itulah tujuan kesetiaan kita. Maka kita belajar dari kerendahan hati Yesus yang taat pada BapaNya. Dengan mengikuti Yesus, kita akan memperoleh kelegaan dan keringanan.
Tuhan Yesus, terimakasih atas kelemahlembutan dan kerendahan hatiMu. Semoga kami bisa belajar daripadaMu,
Bercocok tanam di lahan gambut
Menanam padi dan palawija
Belajarlah dari hati Yesus yang lembut
Pasti cintaNya menguatkan kita
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr