Menikmati kopi Toraja di Mentirotiku Batutumonga sungguh luar biasa. Sambil duduk di teras menikmati hamparan luas sawah yang lagi menguning, udara sejuk dan langit sedikit berawan menambah indah panorama.

Ada pisang goreng panas menjadi teman minum kopi siang itu. Dan lebih sensasional lagi makan pisang sambil dicocol di atas cobek sambal. Ini yang agak beda. Tapi yang mau saya renungkan adalah kopinya.

Minum kopi terasa nikmat setelah bubuk-bubuknya mengendap tenang di dasar. Ketika diaduk dengan sendok, kopi “pating sliwer” membuat keruh seluruhnya.

Namun ketika didiamkan sebentar dan tenang, ia akan mengendap barulah kopi diseruput terasa nikmat. Mata terbelalak, gairah hidup mengalir ke sekujur tubuh.

Bacaan Injil hari ini berbicara tentang Marta dan Maria. Marta sibuk melayani Yesus dan rombongan. Ia lari ke sana kemari menyiapkan dan menghidangkan segala yang diperlukan agar tamu-tamu puas.

Maria duduk tenang di dekat kaki Yesus dan mendengarkan sabdaNya. Marta seperti kopi yang diaduk-aduk, berlari kesana kemari “pating sliwer.”

Maria seperti kopi yang sudah mengendap. Ia duduk tenang di bawah kaki Yesus. Tidak ada yang salah pada tahap ini, karena semua itu adalah proses agar bisa menjadi kopi yang enak.

Menjadi salah ketika Marta tidak fokus melayani tetapi ia mengeluh dan iri melihat saudarinya duduk tenang saja. “Tuhan, tidakkah Tuhan peduli bahwa saudariku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.”

Bahkan ia mempertanyakan Tuhan yang tidak peduli atas segala usaha dan jerih payahnya. Kita juga sering berlaku seperti Marta.

Sudah berjuang mati-matian, berdoa sepanjang tahun, membanting tulang ibaratnya kaki jadi kepala, kepala jadi kaki. Tuhan diam saja. Dengan mudah kita menyalahkan Tuhan. Inilah yang keliru.

Ketika kita fokus melayani dengan tulus ikhlas dan tidak menuntut pujian, penghargaan, sanjungan orang, maka disitulah nilai luhur pelayanan kita, seperti Maria yang telah memilih bagian yang terbaik.

Fokus saja pada pelayanan dan pada saatnya semua akan mengendap tenang dalam kehidupan kita. Pada saat itulah kita duduk tenang menikmati kopi dan bersatu dengan keindahan alam. Rasanya makin dekat dengan Tuhan Sang Pencipta. Duduk bersimpuh dekat pada kakiNya.

Minum kopi di teras Ge’ tengan
Sambil menunggu pisang panas dari wajan
Karya pelayanan terasa membahagiakan
Jika didasari hati tulus dan ikhlas tanpa tuntutan

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr