Puncta 29.06.19 HR. St. Petrus & Paulus Matius 16:13-19 / Dwi Tunggal

 

DALAM kisah sejarah kepahlawanan sering kita temui sepasang tokoh yang beriringan saling melengkapi.

Tokoh wayang ada Kresna dan Arjuna, Rama dan Laksmana. Sejarah Romawi punya tokoh Antonius dan Oktavianus.

Dalam kisah fiktif ada Batman dan Robin. Sejarah kemerdekaan Indonesia punya Soekarno dan Bung Hatta.

Mereka disebut dwitunggal. Dua pribadi yang menyatu dalam satu perjuangan mencapai cita-cita bersama.

Kresna adalah pemimpin strategi. Dia merencanakan, mengatur strategi, menentukan kebijakan dalam perang Baratayuda.

Arjuna adalah pemimpin lapangan, maju langsung di medan laga. Kresna adalah kusir kereta dan Arjuna adalah senopatinya.

Hari ini Gereja merayakan dua tokoh besar yakni Petrus dan Paulus. Mereka adalah pilar Gereja perdana.

Petrus adalah pemimpin para rasul di Yerusalem. Paulus menjelajah ke luar daerah sebagai misionaris agung.

Petrus memelihara jemaat dari dalam (internal). Paulus mengembangkan gereja menuju dunia luar (eksternal).

Menurut tradisi, keduanya mati sebagai martir di Roma. Petrus di salib terbalik.

Paulus dipenggal kepalanya pada jaman Kaisar Nero. Kematian mereka mejadi benih subur kekristenan.

Keduanya mempunyai latar belakang yang berbeda. Petrus seorang nelayan tradisional.

Orang kampung, udik, tak berpedidikan, sederhana. Paulus dari Tarsus kota besar, berpendidikan, murid Gamaliel, paham tentang adat dan hukum Taurat.

Petrus pernah menyangkal Yesus sampai 3 kali. Paulus pernah menganiaya murid-murid Yesus. Ia yang berinisiatif menangkap dan memenjarakan orang Kristen awal.

Kisah hidup yang luar biasa itu dipakai oleh Yesus untuk memberitakan Injil Kabar Gembira.

Kedua tokoh ini memang sangat radikal. Radix artinya akar. Beriman sampai ke akar-akarnya atau “ngoyod”.

Paulus bahkan sampai berkata, “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan”.

Karena sikapnya yang radikal itulah mereka berdua dipakai menjadi dasar bangunan jemaat yakni umat Allah.

Sampai sekarang Gereja tetap berdiri tegak atas dasar para rasul. Para uskup menggantikan dan meneruskan kedudukan mereka untuk memelihara iman dan mewartakan Kabar Gembira sampai ke ujung bumi.

Kita semua diutus meneruskan dan mewartakan iman kepada semua orang dengan talenta dan potensi masing-masing.

Wajah cantik karena giginya gingsul
Rambutnya hitam panjang dan pirang
karena ajaran dan teladan para rasul
Gereja berdiri tegak sampai sekarang

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 28.06.19 HR. Hati Yesus Yang Mahakudus Lukas 15:3-7 / Satu Orang Lebih Berharga Daripada Seluruh Dunia

 

KALIMAT itu adalah visi para suster Gembala Baik (RGS) dalam melayani kaum perempuan dan anak yang rentan mengalami kekerasan.

Bagi mereka seorang perempuan atau anak sering menjadi korban ketidakadilan. Perempuan dan anak-anak ini harus dibantu agar bisa menjadi pribadi yang merdeka menentukan masa depannya.

Para suster menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan. Mereka konsisten memilih melayani perempuan dan anak yang tersingkir, dibuang, dikucilkan oleh keluarga.

Para suster menemani, mendampingi, membesarkan hati mereka dan mengurus layaknya seorang ibu yang penuh belas kasih.

Itulah buah rekoleksi para romo-romo UNIO KAS di Muntilan beberapa waktu yang lalu.

Hari ini Gereja merayakan Hati Yesus yang mahakudus. Hati Yesus digambarkan penuh belas kasih.

Ia mencari seekor domba yang tersesat, terlepas dari kawanannya. Ia meninggalkan yang 99 ekor untuk menemukan satu domba yang hilang.

Setelah ditemukan, Ia mengundang sahabat-sahabatnya untuk bersukaria, “Bersukacitalah bersama-sama degan aku, sebab dombaku yang hilang telah kutemukan.”

Seekor domba yang ditemukan sangat berharga melebihi yang lainnya. Hati Yesus mudah berbelas kasihan kepada manusia yang berdosa.

HatiNya tidak akan diam jika manusia belum diselamatkan. Hati Yesus mudah tersentuh oleh penderitaan manusia.

Ia akan segera bertindak demi menyelamatkan manusia. Itulah hati Tuhan kita.

Maka jika kita sedang “tersesat” janganlah kita menjauh dari uluran tangan Tuhan. Selalu ada hati yang terbuka menerima kita.

Jika kita sedang “kesepian”, janganlah kita merasa sendiri. Ada keteduhan dan kehangatan di dalam hati Yesus.

Datanglah dan dekatilah Tuhan. Ia tidak jauh tak tersentuh, tetapi Ia sangat dekat hangat dan teduh.

Itulah hati Tuhan yang mencari kita terus menerus sampai Dia menemukanNya.

Makan bakmi tiga bungkus
Sampai perut terasa berat
Hati Yesus yang mahakudus
Selamatkanlah kami yang tersesat

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 27.06.19 Matius 7:21-29 / Awas Si Mulut Manis

 

ADEGAN pertama dalam pewayangan adalah nyandra janturan. Ki dalang menjelaskan situasi kerajaan dan ciri-ciri raja bijaksana yang sedang memerintah rakyatnya.

Dalang berkata, “Narendra amiguna, ageganjar kawula sudra kang sugih pamrih, dene lelabuhane Sang Nata; paring kudhung wong kepanasan, paring payung wong kudanan, paring boga wong kaluwen, paring toya wong kasatan, maluyakake sesakit miwah karya sukaning para prihatin”.

(Pemimpin yang sangat berjasa, suka mengganjar rakyat biasa yang banyak jasanya. Jasa-jasa sang pemimpin adalah; memberi perlindungan bagi yang kepanasan, memberi payung yang kehujanan, memberi makan yang kelaparan, memberi minum yang kehausan, menyembuhkan yang sakit dan memberi kebahagiaan bagi mereka yang menderita).

Kerajaan yang diperintah dengan bijak seperti itu akan kuat. Kerajaan di sekitarnya akan tunduk bukan karena perang, tetapi karena “pepoyaning kautamen” (bersinarnya keutamaan pemimpin).

Rumah yang dibangun menjadi kuat karena didirikan di atas wadas keutamaan.

Yesus mengingatkan kita, “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu, ‘Tuhan, Tuhan’ akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu di surga.”

Seruan kepada Tuhan atau doa itu penting, tetapi lebih penting lagi adalah pelaksanaannya. Santo Yakobus menegaskan, “iman tanpa perbuatan adalah mati.”

Perayaan iman tidak boleh berhenti hanya pada liturgi, doa dan pesta-pesta meriah. Tetapi iman harus terwujud dalam tindakan-tindakan nyata.

Misalnya mengentaskan orang miskin, menolong orang sakit, membela hak orang terpinggirkan, menghormati kaum difabilitas, membantu orang kecil, lemah dan tersingkir. Melakukan kehedak Bapa itulah perwujudan dari iman.

Bukan hanya pemimpin, tetapi setiap pribadi akan punya dasar yang kuat jika dibangun dengan nilai-nilai keutamaan yang luhur.

Tidak cukup hanya dengan kata-kata, tetapi tindakan nyata. Tindakanlah yang akan menentukan kualitas pribadi seseorang.

Kualitas orang dinilai baik kalau apa yang diucapkan itu diwujudkan dalam tindakan kongkret.

Tidak ada gunanya banyak kata yang membuncah keluar dari mulut yang manis, jika actionnya nol besar.

Orang bilang NATO (Not Action Talk Only). Sudahkah kita lebih banyak bertindak daripada mengumbar kata-kata?

Ke pasar beli manggis
Malah diajak berselfie ria
Hati-hati dengan mulut manis
Sering tidak sesuai dengan realita

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Pucta 26.06.1 Matius 7:15-20 / Pandhita Durna dihajar Ontoseno

 

Ontoseno bertanya kepada Pandhita Durna, “Mbah, kamu itu pandita atau prajurit ta? Kalau Pandita/rohaniwan kok membawa senjata Kyai Cundhamanik? Kalau sudah niat jadi Pandita itu jangan bawa senjata, tapi berani meninggalkan hal-hal duniawi. Senengnya kok bawa gerombolan Kurawa demo di Negara Amarta. Pandita itu tugasnya membawa kebaikan kepada segenap makhluk. Kamu ke sini kok malah ngajak perang. Kalau kamu sungguh pandita, ayo sekarang perang tidak pakai senjata, tapi pinter-pinteran, tantang Ontosena.”

Durna ditantang mengajukan pertanyaan lebih dulu. Ia bertanya kepada Ontoseno, “Padhange ngungkuli srengenge, akehe ngungkuli suket, petenge ngungkuli wengi, kuwi apa?” (Terangnya mengatasi matahari, banyaknya melebihi rumput, gelapnya melebihi malam itu apa?).

Ontoseno berhasil menjawab dengan tepat. Sekarang Ontoseno balik bertanya kepada Durna, “Nur saka ndhuwur, jalma ngerah nyawa, sirna dalaning pati, apa artinya?”

Ternyata Pandita Durna tidak tahu jawabannya. Ia yang katanya pandita linuwih hanya “plonga-plongo” tak tahu apa-apa.

Sekali lagi Ontoseno bertanya kepada Durno sambil menunjukkan kepalan tangannya, “Ini apa?”

Jawab Durna, “Asta cempala.” Itu artinya tangan yang mengepal siap bertinju. “Kalau tangan gini jatuhnya dimana?” Durna menjawab tidak tahu.

Tanpa dinyana-nyana, kepalan tangan Ontoseno langsung menghajar muka pandita yang sok pintar tapi sombong itu.

Yesus memperingatkan kepada murid-muridNya, “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.”

Kita harus waspada terhadap orang-orang yang mengaku sebagai Durna-Durna zaman kini. Omongannya berbuih-buih mengutip Kitab Suci.

Tetapi dari buahnyalah kita akan mengenali mereka. Kalau akhirnya terpeleset kasus Tiga Ta (harta, tahta dan wanita). Itu tandanya nabi palsu.

Agama itu isinya nilai-nilai kebaikan. Tetapi ada oknum-oknum yang menyalahgunakan untuk kepentingan pribadi.

Kalau ada pandita tetapi mengajarkan kekerasan, perang, kebencian dan permusuhan, maka itu pandita yang tidak baik.

Itu seperti kisah Pandita Durna. Dia dihajar habis-habisan dan dipermalukan oleh kaum muda Amarta seperti Ontoseno dan Wisanggeni yang kritis dan berani.

Tidak mungkin pohon baik menghasilkan buah yang tidak baik ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.

Pengajaran Pandita Durna dapat dilihat dari buah-buahnya. Siapa pun kita akan dapat dinilai dari buah tutur kata dan tindakannya.

Naik loteng ke lantai tiga
Salah masuk ke kamar tetangga
Hati-hati dengan tutur kata kita
Akan dinilai dari buah-buahnya

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 25.06.19 Matius 7:6.12-14 / Hukum Kebaikan

 

SEBUAH iklan bercerita tentang anak kecil yang berdoa kepada Tuhan untuk diberi satu cokelat lagi.

Sambil mengatupkan tangannya, ia memohon berkali-kali, “Please, please, berilah aku satu coklat lagi, please….!”

Kakaknya yang duduk di sampingnya secara diam-diam menyodorkan miliknya. Dia memberikan tanpa diketahui oleh adiknya.

Ketika adiknya membuka mata, ia melihat ada sebungkus coklat di depannya. “Nah…. benar kan?” serunya. Ibunya tersenyum bangga atas tindakan anak sulungnya.

Pasti sang ibu akan mengapresiasi anaknya itu dengan memberi yang sama. Bahkan bisa lebih.

Yesus mengingatkan kepada murid-muridNya, “segala sesuatu yang kamu kehendaki diperbuat orang kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi”.

Jika kita ingin orang lain menghormati kita, maka wajiblah kita menghormati mereka lebih dulu.

Jika kita ingin orang lain melayani kita, hendaklah kita juga mau melayani mereka.

Sebaliknya jika kita tidak ingin orang lain menyakiti kita, janganlah kita berbuat demikian kepada mereka.

Orang baik akan selalu memancarkan kemilau kebaikan, walau berada di tengah kegelapan sekali pun.

Mutiara akan tetap sebagai mutiara sekali pun berada di tengah lumpur. Kebaikan bisa muncul di mana saja.

Namun kita diingatkan bahwa berbuat baik itu sulit da berat.

Ibaratnya kita harus masuk melalui pintu yang sempit untuk menuju kepada kehidupan.

Lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan. Jalan menuju dosa itu sangatlah lebar. Namun itu berarti kehacuran.

Jalan untuk memperoleh hidup yang kekal itu sempit. Kejarlah untuk memperolehnya karena banyak orang mencarinya. Don’t miss it !!

Naik gunung tanpa membawa bekal
Akibatnya perut lapar pusing kepala
Tak mugkin kita mencapai hidup kekal
Kalau kita tak mau berusaha sekuat tenaga

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr