Sehat Bersama Umat Gereja Santa Maria Assumpta Paroki Babarsari

Selamat Malam BBC Raguel,

 

Masih dalam rangkaian Perayaan HUT Paroki Babarsari yang ke-10, pada tanggal 14 September 2019 kemarin, Gereja melaksanakan kegiatan Jalan Sehat dan juga Lomba Senam Gemufamire yang diikuti seluruh lingkungan di Paroki Babarsari. Acara di mulai sejak pukul 6.00 WIB, dan Umat dengan semangat memulai berjalan bersama dari gereja menuju SMA N 1 Babarsari, lalu menyebrang jalan ke arah selatan dan menuju Rumah Makan Mbah Dalang, selanjutnya rute berbelok ke arah Barat dan berbelok ke arah Jalan Selokan Mataram, lalu di depan Student Park Hotel ada beberapa OMK yang sudah menunggu untuk membagikan nomor undian Doorprize, dan umat kembali ke Gereja.

Selama perjalanan Romo Iswahyudi yang juga mengikuti kegiatan ini membagikan kuis yang harus diisi dan dikumpulkan kembali saat di Gereja, nantinya kuis ini akan dinilai dan bagi pemenangnya juga telah disiapkan hadiah. Ketika umat sampai di Gereja, telah disiapkan berbagai macam makanan untuk sarapan bersama dan juga bersiap-siap untuk kegiatan selanjutnya yaitu Lomba Senam Gemufamire.

Ada 8 lingkungan yang berpartisipasi dalam Lomba Senam Gemufamire ini. Nantinya dari 8 Lingkungan ini dibagi menjadi 3 kelompok dengan diundi. Untuk Kelompok pertama yang maju dalam lomba ini terdiri dari Lingkungan Santa Maria Immaculatta, Lingkungan Menara Gading, dan Lingkungan Sang Timur Janti. Dilanjutkan oleh penampilan dari Lingkungan Santo Stefanus, Lingkungan Santo Rafael, dan Lingkungan Santo Bartolomeus. Penampilan terakhir berasal dari Lingkungan santo Mikael dan Lingkungan Santo Yusuf Tambak Bayan. Dari 3 kelompok ini akan dipilih 3 Lingkungan lagi yang akan berkompetisi di babak Final. Lomba kali ini dinilai dari segi kekompakan, kostum, dan koreografi. Ada perdebatan seru diantara Juri, dimana ada 2 Lingkungan yang memiliki nilai sama sehingga mereka harus berkompetisi ulang sebelum memasuki babak final. Lingkungan tersebut dari Lingkungan Santa Maria Immaculata dan Lingkungan Santo Bartolomeus. Dari 2 Lingkungan ini yang berhasil masuk ke babak Final adalah Lingkungan Santo Bartolomeus.

Dengan begitu 3 Lingkungan yang berhak masuk ke babak final adalah Lingkungan Santo Yususf Tambak Bayan, Lingkungan Santo Mikael, dan Lingkungan Santo Bartolomeus. Babak finalpun dimulai, masing-masing lingkungan telah menunjukkan penampilan terbaik mereka. Sembari menunggu keputusan juri mengenai pemenang Lomba Senam Gemufamire, Doorprize pun diundi. Doorprize kali ini begitu meriah, karena begitu banyak orang yang dengan senang hati memberikan sumbangan untuk diperebutkan sebagai hadiah hiburan. Hadiah utama dari doorprize kali ini adalah sebuah sepeda.

Tibalah saatnya pengumuman Lomba Senam Gemufamire ini. Dari Juara ke-3 dimenangkan oleh Lingkungan Santo Bartolomeus. Juara ke-2 dimenangkan oleh Lingkungan Santo Mikael. Dan selamat kepada Lingkungan Santo Yusuf Tambak Bayan yang memenangkan Juara Pertama dari Lomba ini.

Keesokan harinya Paroki Babarsari mengadakan Lomba melukis kaos bagi PIA dan PIRA. Lomba ini diikuti oleh 27 anak PIA dan PIRA. Anak-anak ini begitu bersemangat dan antusias. Mereka melukis berbagai macam gambar, ada yang membuat Gereja dan Yesus, ada yang melukis hewan, ada yang melukis abstrak, dan ada juga yang mengucapkan selamat ulang tahun untuk Paroki Babarsari. Lomba ini dimulai dari pukul 09.00 sampa dengan pukil 11.00. Setelah selesai, kaos akan dikumpulkan dan dinilai oleh juri yaitu Romo Iswahyudi dan akan di umumkan pada tanggal 22 September pada saat misa.

Demikianlah rangkaian acara HUT Paroki Babarsari ke-10 di minggu ketiga bulan September ini. Masing-masing acara melibatkan beragam usia baik dari anak-anak sampai para lansia. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat semakin mengakrabkan para Umat di Paroki Babarsari yang dikenal akan keberagamannya.

Puncta 30.09.19 Lukas 9:46-50 / Cheerleader

 

SEORANG anak TK berlari-lari dengan sukacita kepada ibunya. “Mami..mami… aku ikut main drama di sekolah.”

Ibunya dengan sukacita memeluk anaknya. “Ya .. sayang, kamu memang luar biasa. Adek jadi pemeran utamanya?” tanyanya penuh harapan.

“Bukan mami, adik terpilih menjadi tukang tepuk tangan (Cheerleader).” Anak itu menjawabnya dengan bangga.

Ibunya menutupi kekecewaannya sambil mengelus kepala anaknya. “Oh.. ya bagus itu.” Ibunya berharap anaknya menjadi pemeran utama dalam drama di sekolah. Pikiran orang dewasa sangat berbeda dengan pikiran anak kecil.

Hari ini dalam Injil timbul pertengkaran di antara para murid Yesus memperebutkan posisi siapa yang terbesar di antara mereka.

Para murid itu ingin menjadi yang terdepan, paling utama, yang terbesar di antara mereka. Mereka bertengkar untuk itu. Namun Yesus menasehati mereka.

“Barangsiapa menerima anak ini demi namaKu, dia menerima Aku. Dan barangsiapa menerima Aku, menerima Dia yang mengutus Aku. Sebab yang terkecil di antara kalian, dialah yang terbesar.”

Seorang anak kecil berpikir polos, jujur, bahagia. Dia tidak berpikir menjadi pemeran utama atau pemeran pengganti. Ia merasa bahagia dengan posisinya.

Orang dewasa berpikir kedudukan, gengsi, kekuasaan, yang paling hebat. Mereka bahkan berani menggunakan segala cara untuk meraihnya.

Orang dewasa merasa cemburu kalau ada orang lain berhasil, sukses. Seperti para murid tidak suka, ada orang lain di luar kelompok mereka mengusir setan. Mereka sangat tertutup dan tidak ingin orang lain menjadi sukses.

Yesus mengingatkan kita supaya bersikap seperti anak kecil yang jujur, polos dan terbuka. Siapa yang menerima seorang anak kecil, dia menerima Yesus.

Jadi Yesus ada di pihak anak kecil itu. Marilah kita belajar rendah hati dan jujur pada diri kita sediri.

Pemain ronggeng namanya Srintil
Sehari-hari pergi ke pasar jualan bubur
Belajarlah kepada anak-anak kecil
Mereka polos, sukacita, enjoy dan jujur

Cawas, pagi yang sederhana
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 29.09.19 Minggu Biasa XXVI Lukas 16:19-31 / Kelelawar

 

SUATU sore yang cerah saya berada di Tigal. Saya mengunjungi suatu stasi di pedalaman. Stasi ini berada di kawasan hutan.

Sore itu saya melihat di langit ribuan kelelawar terbang melintasi langit yang cerah. Mereka seperti berarak-arak migrasi dari suatu tempat, untuk mencari makan di malam hari.

Saya mengagumi pola hidup binatang ini. Pola hidupnya serba terbalik. Mereka bekejra mencari makan di malam hari.

Berbeda dengan makhluk hidup lainnya yang mencari makan di siang hari. Kelelawar tidur di siang hari. Cara tidurnya juga terbalik, tidak seperti binatang lain.

Mereka menggatungkan diri dengan kaki di atas dan kepala di bawah. Semua serba terbalik. Tapi paniki atau kelelawar ini nyam nyam rasanya.

Dalam bacaan Injil hari ini, Lukas menjelaskan situasi terbalik antara sorga dan dunia. Yesus memberikan perumpamaan tentang orang kaya dan orang miskin.

Ketika mereka hidup di dunia, orang kaya menikmati kebahagiaan, orang miskin menderita sengsara. Ketika di alam baka, situasinya terbalik. orang miskin mengalami kebahagiaan dan orang kaya mengalami kesengsaraan.

Lasarus yang miskin hidup bahagia di pangkuan Abraham. Sedang orang kaya menderita sengsara dalam siksa neraka.

Pederitaa itu bukan karea tidak ada pemberitahua tetapi rag kaya itu tidak mau percaya kepada Mesias. Mereka ada Kitab Taurat Musa, tapi tidak diamalka.

Walaupu ada rag bagkit dari mati, tetapi kalau dasar ima mereka tidak percaya, ya tidak ada guaya.

Perwujudan iman itu harus sampai pada hal yang kongkret. Ketika ada orang miskin yang harus ditolong, ya harus berbagi untuk menolong.

Kalau iman tidak diwujudkan ya keselamatan tidak terjadi. Kesalahan si kaya adalah membiarkan si miskin hidup dalam penderitaannya.

Dia tidak tergerak untuk membantunya. Di alam sana pun orang miskin itu tak mampu membantunya.

Mumpung kita masih bisa membantu, marilah gunakan hidup kita untuk membantu sesama yang menderita. Mereka ada di sekitar kita.

Kelelawar keluar di waktu senja
Buah-buah yang segar adalah makanannya
Apalah artinya bergelimang harta
Jika tidak bisa selamat sampai di surga

Kerep, di suatu pagi yag cerah
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 28.09.19 Lukas 9:43b-45 / Ramalan Raja Kediri

 

JAYABAYA pernah meramalkan tentang Pulau Jawa. Isi ramalannya antara lain:
“Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran. Tanah Jawa kalungan wesi. Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang. Kali ilang kedhunge. Pasar ilang kumandhange. Iku tandha yen tekane zaman Jayabaya wis cedhak. Bumi saya suwe saya mengkeret.”

( Nanti kalau ada kereta tanpa kuda. Tanah Jawa berkalung besi. Perahu berjalan di angkasa. Sungai kehilangan sumbernya. Pasar kehilangan keramaiannya. Bumi makin hari makin mengecil).

Ramalan itu kini sudah menjadi nyata. Kita melihat kereta tanpa kuda yaitu kereta api. Tanah Jawa berkalung besi, itu adalah rel kereta api yang melintasi Jawa dari ujung barat sampai ke ujung timur, dari Serang ke Banyuwangi.

Perahu berjalan di awang-awang, yaitu pesawat terbang. Sungai sudah kehilangan sumber airnya. Sumber air sudah dibeli perusahaan air mineral.

Pasar kehilangan keramaiannya, pasar swalayan serba otomatis tanpa harus tawar menawar.

Semua transaksi memakai kartu bayar. Bumi makin mengecil. Kejadian di belahan bumi sana, dalam waktu yang bersamaan bisa diketahui di tempat lain. Dunia makin kecil seperti kampung saja.

Dalam Injil hari ini Yesus menubuatkan diriNya. “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.” Para murid waktu mendengar itu belum memahami dan mengerti maknanya.

Apa yang dimaksudkan Yesus itu. Mereka tidak tahu tapi segan bertanya kepadaNya.

Baru setelah peristiwa kebangkitan, mereka mengerti dan memahami apa yang dikatakan Yesus itu.

Diserahkan ke dalam tangan manusia berarti menderita di kayu salib. Yesus harus mengalami kematian di salib sebagai jalan keselamatan dunia.

Iman itu sebuah misteri Tuhan. Akal budi kita tak mampu memahami secara keseluruhan. Sedikit demi sedikit harus diungkapkan. Itulah pewahyuan.

Dari pihak Allah, Dia mewahyukan diriNya dalam Yesus. Dari pihak manusia yang menanggapi pewahyuan Allah disebut iman.

Yesus mewahyukan diriNya kepada manusia bahwa Ia berasal dari Allah. Manusia menanggapi itu dengan iman kepercayaannya.

Yesus memberitahukan kepada para muridNya bahwa Dia harus menderita sengsara, disalibkan dan mati. Namun pada hari ketiga dibangkitkan oleh Allah.

Marilah kita belajar memahami pewahyuan Tuhan dalam kehidupan kita. misteri Tuhan itu kadang belum kita mengerti sekarang. Tetapi iman tetap harus berjalan.

Buka kulkas baunya tak sedap
Ternyata kaos kaki masuk di dalamnya
Walaupun iman kadang terasa gelap
Namun Tuhan tak pernah jauh dari kita

Cawas, suatu siang yag cerah
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 27.09.19 PW. St. Vinsensius a Paulo, Imam Lukas 9:19-22 / Iman Yang Kokoh

 

Menurutmu, siapakah Aku ini? Pertanyaan Yesus kepada para murid itu sekarang juga ditujukan kepada kita. kalau kita ditanya siapakah Yesus bagi kita, apa pendapat kita?

Kalau Petrus bisa merumuskan secara pribadi, “Engkaulah Kristus dari Allah? Lalu menurut kita siapakah Yesus itu?

Petrus memberi gelar atau sebutan Yesus sebagai Kristus atau Mesias pasti karena mempunyai pengalaman pribadi dengan Yesus.

Kalau hanya mengikuti orang banyak, dia bisa menyebut, “Yohanes Pembaptis yang bangkit, Elia yang hidup kembali atau salah seorang nabi dari zaman dahulu.”

Petrus tinggal copy paste saja. Tetapi dia menyebut lain dari pendapat orang banyak.

Keyakinan yang kokoh itu didasari oleh hubungan pribadi yang mendalam. Petrus melihat karya dan sabda Yesus sebagai perwujudan Mesias yang sudah hadir di dunia.

Lukas menempatkan pengakuan iman Petrus ini ada di tengah Injilnya. Apa yang sudah disampaikan oleh Malaikat Gabriel di awal, bahwa Maria akan mengandung Sang Mesias, kini sudah diakui kehadiranNya oleh para murid, khususnya Petrus.

Pengakuan Petrus ini nanti akan ditegaskan lagi di akhir Injilnya oleh Yesus sendiri ketika Dia berkata kepada dua orang murid yang pulang ke Emaus,

“Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga.”

Lukas mengajak pembacanya untuk berproses seperti Petrus, berani menyimpulkan secara pribadi siapakah Yesus bagi hidup kita.

Kalau iman kita kuat seperti Petrus, maka kendati menghadapi kesulitan dan tantangan seberat apapun, tidak akan goyah.

Iman Petrus Sang Batu Karang sungguh kuat, maka Yesus mempercayakan jemaatNya dibangun di atasnya.

Sekuat apakah iman kita? apakah kita bisa merumuskan sendiri siapakah Yesus bagi diri kita?

Ke Banyuaeng lewat Pokoh
Untuk melihat bunga yang sedang merekah
Kalau kita mempunyai iman yang kokoh
Badai apapun tak bikin goyah

Cawas, suatu malam yang indah
Rm. A. Joko Purwanto Pr