Puncta 27.05.22 || Jumat Paskah VI || Yohanes 16: 20-23a

 

Penderitaan Ibu yang Melahirkan.

PERJUANGAN melahirkan seorang anak bagi semua ibu adalah perjuangan hidup dan mati. Seorang ibu mengalami penderitaan yang sangat berat ketika dia melahirkan anak.

Sakit yang luar biasa harus ditanggung oleh ibu yang melahirkan. Bahkan saat mengandung pun seorang ibu sudah harus menderita.

Jadi jangan tanya bagaimana menderitanya seorang ibu, apalagi masih menambah pilu hatinya dengan kenakalan perilaku kita.

Namun penderitaan itu hilang saat dia mendengar tangisan pertama bayinya.

Ia sangat bersukacita ketika anaknya lahir dengan selamat dan sehat. Tangisan kuat sekarang dialami oleh anak yang baru lahir.

Tangisan anak adalah kegembiraan ibu yang baru saja menderita.

Perpisahan selalu ada unsur kesedihan dan kegembiraan. Anak yang baru lahir sedih, menangis sekuat-kuatnya karena terpisah dari rahim ibu yang memberi rasa aman dan damai.

Di lain pihak, ada rasa bahagia bagi seorang ibu karena ia berhasil membawa kehidupan baru.

Perpisahan dengan Yesus membuat dukacita bagi para murid. Namun Yesus menghibur mereka. “Kamu akan berdukacita, namun dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.”

Lalu Yesus memberi gambaran bagaimana seorang ibu berubah dari dukacita menjadi sukacita setelah melahirkan anaknya.

Ibu itu sangat bahagia. Kebahagiaannya tak bisa digambarkan saat ia melahirkan bayinya.

Yesus naik ke surga meninggalkan murid-murid-Nya. Namun Ia akan datang kembali.

Kita akan bersatu lagi dengan Yesus dalam kemuliaan bersama Bapa di surga. Itulah tujuan hidup semua manusia.

Kebahagiaan yang tak bisa dilukiskan manusia bersatu dengan Allah.

Yesus juga mengingatkan kepada kita untuk selalu berdoa kepada Bapa melalui Dia. “Aku berkata kepadamu: sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku.”

Kita diminta untuk selalu berdoa. Doa akan dikabulkan jika melalui Putera-Nya.

Kita meminta dalam nama-Nya. Oleh karena itu kita mesti percaya kepada Yesus Putera-Nya.

Doa menjadi tempat untuk percaya. Doa menjadi sarana membangun relasi yang intens dengan Tuhan.

Mari kita mohon kurnia Roh Kudus agar iman kita semakin dikuatkan.

Dengan percaya kepada Nama Yesus, doa-doa kita akan membawa keselamatan kekal.

Berjalan ke timur menuju Tuban,
Berlayar lagi mengarah ke Maluku.
Kuatkanlah iman kami ya Tuhan,
Agar mampu berserah pada-Mu.

Situbondo, tambahkan iman kami…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

Puncta 26.05.22 || Kamis Kenaikan Tuhan || Lukas 24: 46-53

 

Sukacita di Kapel Kenaikan Tuhan.

Dalam kunjungan ziarah ke Bukit Zaitun (Mount Olive), salah satu destinasinya adalah Kapel Kenaikan Tuhan.

Kapel kecil berbentuk kubah itu merupakan bangunan bersegi delapan. Di dalam kapel itu ada sebuah batu terpatri telapak kaki.

Umat Kristen percaya batu itu adalah tempat Yesus terangkat ke surga.

Ketika kami masuk ke dalam kapel, ada dua suster yang sudah lanjut usia, sambil berlutut mereka menyanyikan lagu. Suara mereka sangat bagus dan merdu sekali memenuhi seluruh ruangan.

Kendati tidak tahu bahasanya, tetapi kami hanyut dalam sukacita lewat suara dua orang suster itu.

Mereka bercerita bahwa lagu itu merupakan pujian kepada Kristus yang naik ke surga, dan mengutus kita mewartakan kabar sukacita ke seluruh dunia.

Salah satu suster berkata, “Kita tidak sedih ditinggal Yesus, karena Dia mulia bersama Bapa di surga. Pesan-Nya jadi tugas kita; mewartakan pertobatan dan pengampunan dosa. Mari kita selalu mewartakan damai dan sukacita.”

“God bless you, Father.” Suster yang paling “sepuh” memberkati saya. Sungguh rasanya damai dan tentram di hati.

Hari ini Yesus naik ke surga. Dia meninggalkan pesan bagi kita para murid-Nya, “Dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semua ini.”

Dia masih akan mengutus Roh Kudus untuk membimbing dan menemani tugas kita. Roh kudus itu dicurahkan kepada kita saat kita menerima sakramen baptis dan krisma.

Maka tugas menjadi saksi kebangkitan Kristus dan mewartakan Injil melekat pada kita semua yang sudah dibaptis.

Suster yang sudah lanjut usia tadi adalah contoh kecil bagaimana dengan teladan dan hidupnya mewartakan sukacita Injil.

Dimana pun selalu bersyukur dan bergembira karena ditebus oleh darah Kristus.

Dengan kesaksian hidupnya yang penuh gairah dan semangat, mereka mengajak orang di sekitarnya untuk selalu mensyukuri hidup.

Tuhan tidak membiarkan kita sendirian, tetapi Tuhan membimbing dan menghibur dengan Roh Kudus-Nya.
Seperti para murid yang pulang ke Yerusalem dengan sangat sukacita dan selalu memuliakan Allah, kita juga diajak hidup penuh sukacita dan senantiasa memuji Allah dimana pun kita berada.

Pertanyaan reflektif; apakah hidup kita menampakkan wajah sukacita sehingga orang-orang di sekitar kita juga mengalami damai dan bahagia?

Jalan-jalan ke Pulau Dewata,
Menikmati debur ombak samudra.
Kasih Tuhan sungguh luar biasa,
Ia mengutus Roh Kudus bagi kita.

Cawas, cinta yang melayani…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

Puncta 25.05.22 || Rabu Paskah VI || Yohanes 16: 12-15

 

Dipandu oleh Kicauan Burung

BEBERAPA waktu lalu kami naik Bukit Mongkrang di Tawangmangu, Karanganyar. Bagi pendaki pemula bukit ini memberi pemandangan yang eksotik.

Pendakian pertama menuju ke puncak Bukit Cinta 1 dan 2. Dari sini sudah bisa melihat Gunung Lawu yang menjulang dan ufuk timur memerah.

Perjalanan dilanjutkan ke Bukit Mongkrang yang tingginya 2.194 mdpl. Turun dari Bukit Cinta melewati ilalang yang cukup tinggi, serta jalan setapak yang ditutupi oleh pepohonan liar.

Ada tanjakan-tanjakan terjal yang perlu hati-hati.

Mencapai puncak Mongkrang pemandangan sangat bagus. Kita bisa menikmati padang rumput hijau, lembah luas dan Gunung Lawu yang sangat dekat.

Matahari terbit menghiasi langit keemasan sungguh mentakjubkan.

Waktu turun adalah perjalanan yang cukup berat. Lutut rasanya mau copot menahan beban berat agar tidak terpeleset.

Waktu naik suasana masih gelap, ketika turun kita melihat banyak kelokan-kelokan jalan.

Ada pemandangan aneh; seekor burung selalu terbang di depan sambil bercicit cuit.

Ia seperti mendahului rombongan kami dan memberi petunjuk jalan. Ia seperti memandu menunjukkan jalan.

Kami merasa Tuhan mengutus Roh Kudus untuk menunjukkan jalan lewat burung kecil itu, sehingga kami sampai di bawah tidak tersesat.

Menghadapi kesulitan hidup sering kita bingung. Ada banyak hal di dunia ini yang tidak bisa kita selami. Kita seperti pendaki yang harus menghadapi banyak tikungan jalan.

Harus ada penunjuk jalan yang benar-benar bisa membimbing sampai tujuan.

Yesus tahu kita membutuhkan pembimbing kehidupan. Ia berjanji akan mengutus Roh Kudus-Nya yang akan mengarahkan kita kepada kebenaran.

Ia berkata, “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran.”

Roh Kebenaran itu akan memberitahukan hal-hal yang belum kita ketahui. Roh itu berasal dari Yesus sendiri.

Makanya Ia akan memberitahukan kepada kita apa saja yang diterimanya dari ajaran Yesus.

Roh Yesus itulah yang akan diutus-Nya membimbing langkah kita agar kita memahami kehendak Bapa.

Maka kita perlu memiliki hubungan yang dekat dengan Yesus. Relasi yang dekat dengan Yesus memudahkan kita mendengarkan bimbingan Roh Kudus.

Ia tidak berkata-kata dari diri-Nya sendiri tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya dari Yesus.

Seperti para pendaki yang peka mendengarkan suara alam dan dibimbing pada jalan yang benar, demikian pun kita diajak peka mendengar bisikan Roh Kudus, agar kita memperoleh keselamatan dalam Kristus.

Pertanyaan reflektif; Apakah hati nurani kita peka akan tanda-tanda Roh Kudus yang membimbing langkah kehidupan kita?

Apakah kita merasakan bimbingan-Nya melalui bisikan Roh Kudus?

Sungguh nikmat makan pisang rebus,
Duduk di pantai sambil klepas-klepus.
Peka terhadap bimbingan Roh Kudus,
Aman tentram menapaki jalan yang lurus.

Cawas, peka dengan doa….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

Puncta 24.05.22 || Selasa Paskah VI || Yohanes 16: 5-11

 

Mutasi Imam.

PERPINDAHAN tugas itu adalah hal yang biasa dijalani para imam. Pastor yang lama pergi dan pastor baru datang mengganti.

Sekarang perpindahan tugas sudah diatur dengan sistem yang tertata baik. Pastor yang berpindah harus membuat refleksi karya dan laporan pertanggungjawaban.

Ada serah terima jabatan dan berita acara yang disaksikan oleh Romo Vikep dan semua diaudit kebenarannya.

Ada pastor yang sangat rapi menyiapkan catatan-catatan laporan, keuangan, saldo rekening di bank, buku-buku tabungan beserta aset-asetnya.

Refleksi karya dibuat untuk membantu penggantinya bisa memulai karya dengan mudah di tempat yang baru.

Namun ada juga yang membuat catatan asal-asalan saja. Tidak mau meninggalkan jejak yang bisa membantu penggantinya. Semua diputihkan tanpa modal sepeser pun.

Ada anggapan kesuksesan ini adalah hasil kerja keras diri pribadi. Tidak sadar bahwa semua hasil pelayanan itu terjadi karena fungsi imamatnya.

Ada egoisme pribadi yang kuat melekat. Mental individual lebih kental daripada jiwa komunio seorang imam.

Tidak rela untuk melapangkan jalan bagi penggantinya. Tidak mudah untuk menyiapkan karpet merah bagi pastor yang baru.

Pastor pengganti harus mulai dari nol lagi. Ada perasaan “owel” atau tidak rela menyerahkan hasil kerjanya kepada rekan yang baru.

Yesus akan pergi. Ia berkata dengan legawa, “Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jika Aku pergi, Aku akan mengutus dia kepadamu.”

Yesus akan pindah dari dunia ini. Tetapi Dia telah menyiapkan pengganti-Nya yakni Roh Penghibur.

Roh itu akan mengajarkan segala sesuatu dan akan mengingatkan semua yang telah diajarkan Yesus kepada murid-Nya.

Ia telah menyiapkan segala sesuatu bagi pengganti-Nya untuk menjalankan tugasnya.

Yesus menunjukkan tugas bagi pengganti-Nya. Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman.

Akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Nya; akan kebenaran, karena Yesus akan pergi kepada Bapa; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.

Perpindahan tugas dari Yesus kepada pengganti-Nya, yaitu Roh Kudus telah disiapkan dengan seksama.

Yesus tidak berpikir untuk Diri-Nya sendiri. Yesus memikirkan keselamatan para murid-Nya. Maka Dia menyiapkan Penghibur yang akan menolong murid-murid-Nya.

“Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi.” Ungkapan ini menggambarkan semangat kerelaan, ketulusan, sukacita bahwa ada pengganti yang lebih baik.

Yang dipikirkan bukan diri pribadi, tetapi murid-murid atau umat yang dilayani.

Kadang rasa manusiawi kita tidak rela jika kesuksesan atau keberhasilan yang kita raih harus digantikan orang lain.

Marilah kita belajar rela legawa seperti Yesus yang pergi dengan sukacita agar Roh Kudus menggantikan-Nya untuk membimbing kita.

Pergi ke gunung memetik kapas,
Kapas dipintal jadi kain mori.
Ajarilah kami ikhlas lepas bebas,
Biar pengganti nyaman melayani.

Cawas, belajar melepaskan segalanya…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

Puncta 23.05.22 || Senin Paskah VI || Yohanes 15:26- 16:4a

 

Rama Sandjaya.

BELIAU adalah imam diosesan Keuskupan Agung Semarang. Beliau ditahbiskan pada 13 Januari 1943 di Yogyakarta, kemudian ditugaskan menjadi rektor di Seminari kecil Muntilan.

Selama penjajahan Jepang situasi sangat sulit. Banyak gereja dibakar dan dirampas oleh tentara Jepang. Situasi genting terjadi saat agresi Belanda tahun 1948.

Pada 20 Desember 1948 Rm. Sandjaya dan Fr. Bouwens diculik oleh pemuda ekstrimis.

Malam-malam mereka dibawa dari seminari dengan alasan rapat. Tetapi di tengah jalan mereka disiksa dan dibunuh. Jenasahnya ditinggal begitu saja di persawahan antara desa Kembaran dan Patosan.

Bapak Willem Kromosendjoyo dan Bruder Kismadi mengisahkan betapa kejinya mereka disiksa. Hal itu terlihat dari bekas-bekas luka di tubuh mereka.

Dengan cepat mereka dimakamkan di daerah itu.

Baru pada 5 Agustus 1950 jenasah mereka dipindahkan ke makam Kerkhof Muntilan secara meriah.

Sekarang Makam Kerkhof Muntilan menjadi tempat ziarah yang sering dikunjungi umat dari berbagai daerah.

Mereka memohon doa melalui kesucian hidup Romo Sandjaya. Keteguhan dalam membela iman ditunjukkan oleh Romo Sandjaya. Ia adalah martir pertama di Tanah Jawa.

Yesus sudah memperingatkan kepada para pengikut-Nya, “Semuanya ini Kukatakan kepadamu supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. Mereka berbuat demikian karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku.”

Tantangan dan kesulitan menjadi murid Kristus itu nyata. Menjadi saksi tentang kebenaran dan cintakasih tidak selalu diterima dengan baik.

Bahkan kadang ditolak, dibenci, dikucilkan, dianiaya dan dibunuh.

Juga ada yang menganggap tindakan seperti itu sebuah bakti kepada Allah.

Seperti itu juga dahulu yang dibuat Saulus saat mengejar dan menganiaya jemaat.

Namun ketika dia mengenal Kristus, tindakan seperti itu adalah sebuah kebodohan.

Maka Yesus berkata, “Mereka berbuat demikian karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku.”

Ketika Paulus sudah kenal dengan Kristus, ia bertobat dan bersaksi tentang kasih Kritus kepada semua orang.

Kita diingatkan bahwa tugas menjadi saksi penuh dengan resiko. Harus siap menderita dan ditolak banyak orang.

Beranikah kita melakukan perutusan menjadi saksi Kristus?

Piknik ke Bali bersama rombongan,
Nunggu kapal di dermaga Ketapang.
Menjadi saksi membela kebenaran,
Siap dibenci dan dikucilkan orang.

Cawas, jadilah saksi Kristus….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr