by editor | Jul 17, 2019 | Renungan
Petruk diutus Semar ke Amarta untuk mengundang para Pandawa ke Karang Kadhempel, padepokan Semar.
Para punggawa diminta merestui niat Semar membangun Kahyangan. Namun Kresna marah karena Semar hanyalah seorang abdi berani-beraninya membangun kahyangan.
Petruk diusir oleh para Pandawa. Hanya Ontoseno yang mendukung Petruk. Ontoseno tahu maksud Semar baik.
Para bijak, ksatria dan raja menuduh Semar mau “ngraman” atau memberontak para dewa di Kahyangan. Semar dituduh mau menyaingi para dewa.
Mereka justru ingin melawan Semar dan memusnahkannya. Mereka tidak mengerti arti kahyangan yang dimaksud Semar. Kahyangan adalah tempat yang membahagiakan.
Untuk sampai ke situ harus disiapkan dengan hati yang bersih dan suci. Begitulah orang bijak tidak tahu kebijaksanan hidup.
Justru orang sederhana seperti Semar, rakyat jelata dan abdi yang paling rendah punya kebijaksanaan hidup. Ia ingin menyiapkan surga bagi para Pandawa.
Yesus berdoa, “Aku bersyukur kepadaMu, ya Bapa, Tuhan langit dan bumi! Sebab semuanya itu Kausembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Kaunyatakan kepada orang kecil.”
Banyak aneka peristiwa yang menunjukkan betapa orang-orang kecil, sederhana, miskin justru memiliki kebijaksanaan hidup yang lebih tinggi daripada mereka yang menyebut dirinya kaum intelektual, kaum rohaniwan, kaum pandai yang bergelar profesor doktor.
Orang-orang sederhana itu hanya memburu kebijakan surgawi. Mereka tidak punya kepentingan atau maksud memburu hal-hal duniawi.
Kebijaksanaan orang-orang sederhana itulah yang berkenan kepada Bapa. Kesombongan seringkali menghalangi kita untuk mencari Kerajaan Allah.
Orang sering hanya mengejar hal-hal yang lahiriah, sehingga nilai-nilai luhur malah tersembunyi tidak kelihatan.
Marilah mohon kepada Tuhan, agar kita diberi hati yang tulus sederhana agar dapat melihat kebijaksanaan Allah yang tersembunyi.
Makan rujak dengan buah mangga
Sambalnya pedas bikin sakit semua
Kebijaksanaan Allah tersembunyi di alam semesta
Kita membutuhkan hati yang suci dan terbuka
Berkah Dalem.
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Jul 15, 2019 | Renungan
Ketika Kresna bertapa tidur, para Kurawa dan Pandawa berusaha membangunkannya. Duryudana berebut untuk bisa membangunkan yang pertama.
Dengan kata-kata yang sopan Duryudana membujuk Kresna supaya bangun dari tidurnya. Tetapi karena tidak digubrisnya, duryudana marah besar.
Dia merasa terhina, seorang maharaja datang hanya untuk membangunkan orang tidur. Duryudana menghunus keris dan diarahkan ke betis Kresna.
Seketika seperti ada daya keluar dari tubuh Kresna yang terbujur membuat Duryudana terjengkang ke tanah. Kresna berbicara,
“Duryudana raja yang jahat, kelak dalam perang baratayuda, engkau akan dipukul oleh gada di tulang betismu. Itulah tempat kelemahanmu.”
Yesus mengecam dan mengutuk tiga kota; Korazim, Betsaida dan Kapernaum. Di tempat itu Yesus mengajar dan banyak membuat mukjijat. Tetapi mereka tidak mau bertobat.
Mereka tidak mau mendengar pengajaran Yesus. Mereka menolak untuk percaya bahwa Yesus datang membawa keselamatan.
“Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika Tirus dan Sidon terjadi mukjijat-mukjijat yang telah Kulakukan di tengah-tengahmu, pasti sudah lama mereka bertobat dan berkabung.”
Seperti Duryudana dikutuk oleh Kresna karena dia tidak mau mendegarkan kata-katanya. Kelak Duryudana akan mati dipukul betisnya oleh gada rujak polo milik Bima.
Kalau kita menanam kebaikan, pastilah hasilnya baik. Tetapi kalau kita menanam kejahatan, maka kelak kehancuran dan kematianlah yang jadi akibatnya. Marilah kita bertobat, agar boleh mendapat keselamatan.
Besi dipanaskan akan memuai
Akan dicetak menjadi alat peraga
Barangsiapa menabur dia akan menuai
Berbuatlah baik pasti banyak sahabatnya
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Jul 15, 2019 | Renungan
Ketika Arjuna didatangi seorang resi untuk mengabulkan permintaannya, Arjuna memohon supaya Pandawa lima menang dalam perang Baratayuda.
Resi itu mengabulkan permohonannya. Namun saat Kresna bertanya kepada Arjuna, apa yang dimintanya? Arjuna menjawab;
Pandawa lima tetap utuh hidup selamanya. Kresna kecewa karena yang diminta hanya lima bersaudara.
Kresna lalu bertanya, “Lalu anak-anak para Pandawa bagaimana? Mereka tidak kau mintakan tetap hidup?”
Arjuna kaget setengah mati. Ia menyesal mengapa yang dimintanya hanya lima bersaudara. Apalah artinya hidup bahagia kalau anak dan keturunanya tidak bisa ikut menikmatinya.
Yesus memberikan syarat-syarat bagaimana mengikutiNya. “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripadaKu, ia tidak layak bagiKu. Dan barangsiapa mengasihi putranya atau putrinya lebih daripadaKu, ia tidak layak bagiKu.”
Arjuna dan Para Pandawa lainnya harus merelakan anak-anak mereka mati gugur di awal perang Baratayuda.
Gatotkaca, Abimanyu, Ontoseno dan Wisanggeni, Irawan mendahaului mereka mati sebelum Baratayuda selesai.
Kemenangan hanya bisa dinikmati berlima saudara saja. Mereka harus mengorbankan harta yang paling berharga yakni anak-anak mereka.
Untuk bisa mengikuti Yesus kita mesti berani berkorban meninggalkan segalanya. “Barangsiapa kehilangan nyawanya demi Aku, ia akan memperoleh kembali.”
Bahkan jika kita bisa memberi secangkir air saja kepada orang yang menderita, Yesus akan memberiya ganjaran yang besar. Mau memberi dan berbagi demi sesama itulah cara kita mengikutiNya.
Mau berkorban sebagaimana Yesus yang merelakan hidupNya untuk kita itulah pola hidup seorang kristiani.
Marilah pengorbanan Yesus itu kita jadikan habitus dalam hidup kita setiap hari.
Naik kereta ke Surabaya
Bawa oleh-oleh dari Majalengka
Kasih Yesus luar biasa
Kita selamat karena pengorbananNya
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Jul 14, 2019 | Renungan
Yudistira atau Puntadewa terlahir dengan darah putihnya. Itu hanya mau menunjukkan hidupnya yang suci dan saleh.
Kebaikannya diberikan kepada siapa saja. Kresna pernah berkata kepadanya, “Paduka bersikap baik kepada orang yang baik, bersikap welas asih dengan orang yang tidak baik.” Siapa pun dikasihinya tanpa pandang bulu.
Dalam Film “Les Miserables”, tokoh Jean Valjean digambarkan sebagai tokoh yang penuh belas kasih. Ia suka menolong kepada sesamanya, lebih-lebih mereka yang lemah dan menderita.
Fontaine yang punya anak di luar nikah dan terpaksa menjadi pelacur demi menghidupi anaknya, ditolong oleh Valjean. Ia pelihara anak itu dengan penuh cinta.
Kemurahan hati Valjean dipicu oleh kebaikan seorang pastor ketika dia dibebaskan dari penjara. Ia menjadi manusia baru karena dikasihi Allah.
Hari ini Yesus memberi perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati. Orag Samaria itu dibandigkan dengan seorang imam dan orang Lewi.
Mereka itu mempunyai status tinggi dalam masyarakat. Ia sangat dihormati dan dihargai oleh orang banyak. Tetapi mereka tidak berbuat apa-apa untuk orang yang dirampok itu.
Status orang tidak mempengaruhi perbuatannya. Tetapi orang Samaria – yang dipandang oleh kebayakan orang sebagai “kafir”, justru menolong korban perampokan itu dengan tulus ikhlas.
Kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari luarnya saja. Status seserag tidak menjadi jaminan bahwa orang itu baik. Perbuatanlah yang akan menentukan.
Orang Samaria itu, kendati dicap “kafir” namun ia menolong sesamanya. Kita pantas meneladan si Samaria ini. Walaupun para imam dan kaum Lewi adalah kaum terhrmat.
Tetapi perilaku mereka tidak pantas untuk diteladani. Marilah berbuat baik, kendati orang menilai kita buruk. Teruslah berbuat baik dengan tulus hati.
Ke Gunung Merapi kita akan naik
Dari Plawangan kita akan mulai
Marilah terus berbuat baik
Dari kebaikanlah kita akan dinilai
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Jul 13, 2019 | Renungan
Para Kurawa kawatir kalau-kalau Pandawa meminta Negara Indraprasta kembali menjadi milik mereka.
Durna membuat tipu muslihat agar bisa menghancurkan Bima dan saudara-saudaranya. Mereka membuat balai-balai yang mudah terbakar.
Lalu mereka mengundang Pandawa untuk berpesta ria. Ketika mereka mabuk oleh minuman yang sudah diramu, dan para Pandawa terpedaya, maka Kurawa membakar balai-balai itu sampai ludes.
Kekawatiran mampu membutakan seseorang sampai ia rela membinasakan saudaranya.
Yesus menasehatkan kepada para muridnya untuk tidak takut dan kawatir. “Janganlah kalian takut kepada mereka yang memusuhimu. Jadi janganlah kalian takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak dapat membunuh jiwa. Tetapi takutilah Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.”
Rasa kawatir memang dapat membunuh semangat hidup. Kekawatiran membinasakan gairah dan keberanian.
Yang pada awalnya kita bersemangat dan berani, tetapi ketika kekawatiran mulai muncul, maka ia tak mampu berbuat apa-apa.
Bahkan karena kekawatiran yang berlebihan, muncul sifat destruktif ingin membinasakan.
Seperti para Kurawa itu yang sangat kawatir negaranya direbut, maka mereka membuat tipu daya supaya orang lain binasa.
Tuhan meneguhkan supaya kita tidak kawatir. Segalanya sudah diatur oleh Tuhan sendiri. Tuhan tidak akan merelakan kita menanggung beban berat tanpa kita mampu mengatasinya.
Bahkan sehelai rambut pun sudah diperhitungkan oleh Allah. Jadi tak perlu ada kekawatiran yang berlebihan.
Seperti syair lagu ini: “Tiap langkahku diatur oleh Tuhan dan tangan kasihNya membimbingku.” Karena itu tak perlulah kekawatiran membelenggu kita sampai kita tak mampu melangkah atau membuat keputusan.
Tuhan telah mengatur sesuai dengan rencanaNya. Dia akan datang menolong kita tepat pada waktunya.
Di atas puncak desa Kumitir
Ada pemandangan alam yang mempesona
Jangan takut dan kawatir
Tuhan selalu mendampingi kita
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr