Puncta 12.07.19 / Sun Tzu Ahli Strategi yang Cerdik

 

Kresna dikenal sebagai perancang strategi yang cerdik ketika mengatur para Pandawa maju dalam peperangan melawan Kurawa.

Semua langkah dipikir secara masak-masak. Ketika Bisma maju berperang di pihak Kurawa, Kresna justru menyuruh Srikandi, senopati perempuan untuk menandinginya.

Ketika Pandita Durna jadi senopati, Kresna menyebarkan berita bohong bahwa anaknya, Aswatama mati, untuk melumpuhkan semangatnya.

Sun Tzu adalah ahli strategi perang. Ada banyak strategi yang cerdik yang dia buat. Perdaya langit untuk melewati samudera. Serang Wei untuk menyelamatkan Zhao.

“nabok nyilih tangan” artinya memukul lawan dengan pinjam kekuatan lain. “Hit and Run” buat musuh terlena hingga bisa pukul kelemahannya.

Buatlah kebakaran untuk merampok harta bendanya. Kagetkan ular dengan memukul rumput sekitarnya. Pinjam mayat orang lain untuk menghidupkan jiwanya.

Giring macan untuk meninggalkan sarangnya. Pada saat menangkap, lepaskan satu orang. Lemparkan batu bata untuk mendapatkan giok. Kalahkan musuh dengan tangkap pimpinannya.

Memancing di air keruh. Buatlah keonaran dan padamkan seolah anda pahlawannya. Dan masih banyak lagi.

Yesus hari ini memaparkan perumpamaan agar kita “cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.”

Mengapa ular dipandang sebagai binatang yang cerdik? Bisa jadi karena badannya yang lentur merayap kemana saja sehingga bisa menjelajah segala medan.

Ular juga bisa “nglungsungi” atau berganti kulit untuk meremajakan dirinya. Dalam menangkap mangsa, ia sabar menanti lawannya terlena.

Tulus seperti merpati. Ada ungkpan mengatakan merpati tak pernah ingkar janji. Merpati adalah binatang yang setia. Mereka berpasangan secara monogam.

Sekali memilih jodoh, mereka setia selamanya. Mereka tidak seperti ayam atau bebek. Satu jantan untuk sekian banyak betina.

Ketika mengerami telurnya, merpati saling bergantian menolong satu sama lain.

Mereka mampu bekerjasama dengan pasangannya. Ketulusan cinta yang mau memberi diri itulah yang patut diteladani.

Yesus meminta murid-muridNya mencontoh karakter kedua binatang itu. Dalam menghadapi serigala yang buas, mereka harus cerdik dan tulus.

Cerdik berarti “menang tanpa ngasorake” atau menang tanpa merendahkan. Tulus berarti berani tetap mencintai dan menghormati kendati dibenci dan disakiti.

Tulus berarti juga mau berkorban dan siap mengampuni kendati ditentang, dilawan, dicaci dan dicurigai.

Menjadi pewarta kebaikan di jaman sekarang tidak mudah. Maka kita mesti memakai strategi yang dibuat Yesus.

Cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Tuhan yang mengutus. Tuhan pula yang akan mengurus. Marilah kita tetap fokus.

Ke Parangtritis pergi piknik
Pengin nonton parade layang-layang
Kita mesti tulus dan cerdik
Menghadapi badai dan gelombang

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 11.07.19 Matius 10:7-15 / Menangkap Kelinci

 

KALAU berpiknik dengan para suster, bekal makanan dan minuman itu penuh sesak saking banyaknya.

Apalagi kalau masing-masing punya kesukaan makanan yang berbeda-beda. Ibaratnya seperti swalayan berjalan.

Saya yang pegang stir ditawari aneka cemilan dan minuman. “Biar romo gak ngantuk” katanya. Karena banyak minum, saya kebelet pipis.

Cari pom bensin jauh. Warung makan tidak ada. Kami melewati kebun sawit yang berbukit-bukit. Akhirnya karena tidak tahan, saya “mblusuk” ke kebun sawit.

“Kenapa berhenti di sini romo?” tanya seorang suster. “Maaf suster, mau nangkap kelinci dulu” kata saya sambil berlari keluar mobil.

“Saya mau lihat kelincinya romo.” Suster itu berlari mengejar di belakang saya. Waduh muka saya merah padam. “Suster, maaf ya saya mau kencing.”

Saya bilang terus terang pada suster itu karena sudah tidak tahan lagi. “Waaaaaaahhhh… romoo…” Dia langsung balik kanan lari sekencang-kencangnya kembali ke mobil.

Itulah gara-gara kebanyakan bawa bekal. Bahkan seringkali bekal itu dibawa pulang kembali karena tidak habis dimakan. Pemborosan dan tidak berani percaya pada kemurahan Tuhan.

Hari ini Yesus mengutus keduabelas muridNya untuk pergi dan mewartakan Kerajaan Allah.

PesanNya jelas, “Janganlah kalian membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kalian membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kalian membawa baju dua helai, kasut atau tongkat.”

Mengapa Yesus melarang mereka membawa bekal dalam perjalanan? Para murid diajak percaya pada penyelenggaraan Tuhan.

Tuhan yang mengutus, Tuhan yang mengurus. Tidak usah kawatir, semua akan diselenggarakan oleh Tuhan. Fokus saja pada tugas yang diberikan Tuhan.

“Sembuhkanlah orang sakit, bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kalian telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berilah pula dengan cuma-cuma.”

Kalau kita terus berbuat baik, maka kebaikan Tuhan juga akan mengikuti kita. Orang-orang baik, kemudahan, kelancaran, pertolongan, semua itu akan diurus Tuhan.

Tuhan sudah mengurus segalanya, maka tak perlu kuatir untuk itu. Bahkan jika kebaikan kita ditolak pun, Tuhan menasehatkan untuk terus berbuat baik, sebab kebaikan itu akan kembali kepada kita tetap sebagai kebaikan, tidak berkurang sedikit pun.

Oleh karena itu, sekali lagi janganlah kuatir kalau kita bermisi untuk kebaikan Tuhan.

Menangkap kelinci di kebun sawit
Gagal dipegang kelincinya lari-lari
Janganlah kita terlalu pelit-pelit
Berbuatlah baik dengan murah hati

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 10.07.19 Matius 10:1-7 / Sang Padmanaba merayu Karna

 

KETIKA Sri Kresna menjadi duta Pandawa meminta kembalinya Kerajaan Indrapastha dan seluruh jajahannya gagal, ia memastikan perang Baratayuda antara Kurawa dan Pandawa tidak lama lagi akan pecah.

Ia akan pulang ke Wirata untuk melaporkan kegagalan misinya kepada para Pandawa. Tetapi ia berinisiatif singgah di Awangga menemui Adipati Karna.

Ia ingin mengajak Karna bergabung dengan Pandawa karena Karna sesungguhnya “satu kawah, satu rahim, satu kandang” dengan para Pandawa.

Karna adalah Putra Kunti yang tertua. Karna adalah domba yang tersesat masuk di kandang Kurawa. Namun bujukan Kresna juga gagal karena Karna “keukeh” berada di pihak Kurawa.

Kendati Karna lahir dari Kunti, tetapi ia tidak merasa Kunti menjadi ibunya karena sejak kecil Karna “dibuang” dan dipelihara oleh Adirata, kusir kerajaan. Menurut Kresna dan kebanyakan orang, Karna adalah domba yang tersesat. Ia berada di pihak lawan dan harus dikembalikan ke saudara-saudaranya yakni Pandawa.

Yesus memilih keduabelas rasul untuk membantu Dia mewartakan Kerajaan Allah. Kabar Gembira ini harus disampaikan kepada semua orang.

Duabelas muridNya diutus untuk membantu karya pewartaan Injil Kerajaan Allah. Pesan Yesus kepada mereka,

“Janganlah kalian menyimpang ke jalan bangsa lain, atau masuk ke dalam kota Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Pergilah dan wartakanlah, ‘Kerajaan Surga sudah dekat’.”

Para murid diutus untuk tidak terlalu jauh menyimpang ke bangsa lain. Tetapi mereka diutus untuk mencari domba-domba yang hilang di antara umat Israel sendiri.

Kresna itu masuk terlalu jauh ke bangsa Kurawa dan dia gagal mengingatkan mereka untuk mengembalikan Kerajaan Indraprasta.

Maka ia menyasar dan mendekati kalangan sendiri yakni saudara Para Pandawa. Ia pergi kepada Karna, domba yang hilang itu. Jika Karna bisa diajak kembali pastilah perang Baratayuda tidak akan terjadi.

Namun Karna punya keyakinan lain. Menumpas kejahatan tidak mungkin terjadi kalau yang membuat kejahatan tidak dimusnahkan.

Karna mau menjadi tumbal supaya Kurawa bisa dikalahkan. Kalau dia tidak di pihak Kurawa, orang-orang Astina itu tidak berani perang.

Domba yang hilang itu bisa ada di tengah keluarga kita sendiri. Mereka itu dulu yang harus kita selamatkan.

Anak-anak yang malas berdoa, pergi ke gereja, orangtua yang merasa paling benar sendiri, cuek terhadap sesama, merekalah yang harus lebih dahulu disapa dan diselamatkan.

Lingkungan keluarga kita sendiri dahululah yang harus kita perbaiki. Jangan kita terburu ingin memperbaiki keluarga orang lain.

Asam-asam rasanya mangga
Lebih enak makan daun pepaya
Perbaiki lebih dulu keluarga kita
Sebelum mau memperbaiki keluarga tetangga

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 09.07.19 Matius 9:18-26 / Mari Terlibat Menjadi Pekerja

 

TAHUN ini kami kehilangan dua imam yang dipanggil Tuhan. Mereka adalah Romo Wiyono dan Rm. Jonowasono.

Hari ini Rm. Ant. Suparyono dipanggil Tuhan. Semoga Tuhan menyambutmu di surga. Romo Wiyono mempunyai keahlian menjadi dalang wayang.

Selain itu juga ahli dalam karawitan. Beliau mendampingi anak-anak agar melestarikan budaya Jawa khususnya karawitan.

Romo Jono adalah formator di Tahun Rohani. Ia tekun mendampingi para calon imam. Kehilangan dua orang imam sangat terasa bagi karya pastoral gereja.

Banyak karya pelayanan yang membutuhkan kehadiran para gembala. Aneka bidang kehidupan memerlukan pelayan atau gembala yang “mumpuni” atau kompeten.

Walaupun Bulan Juni ada tahbisan imam, namun kebutuhan tenaga gereja tetap saja masih kurang.

Setelah Yesus menyembuhkan orang yang kerasukan setan, Ia berkeliling ke semua desa dan kota. Ia mengajar dan mewartakan Injil Kerajaan Allah dan menyembuhkan berbagai penyakit.

Karena begitu banyak orang yang harus dilayani, maka Yesus berkata kepada murid-muridNya,

“Tuaian memang banyak, tetapi sedikitlah pekerjanya. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”

Yesus membuka kemungkinan bagi setiap orang untuk terlibat dalam mewartakan Injil Kerajaan Allah. Tuaian adalah dunia dan seluruh ciptaan di dalamnya.

Pemilik tuaian adalah Allah sendiri. Pekerja-pekerja adalah kita yang dipanggil untuk membantuNya. Sang pemilik ingin menyelamatkan dunia. Ia memanggil kita untuk terlibat di dalamnya.

Allah ingin bekerjasama dengan manusia. Maka undangan itu terbuka untuk siapa saja. “Mintalah supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”

Panggilan menjadi pekerja tidak terbatas menjadi imam, bruder atau suster. Apa pun posisi dan statusnya, kita dapat menyumbangkan talenta bagi karya keselamatan Allah.

Melalui karya-karya kita dimana pun, kita boleh terlibat menggarami dan menyejahterakan dunia.

Marilah membuat dunia sekitar kita menjadi lebih baik dan bermartabat mulia sebagaimana Allah menghendakiNya.

Membeli kain di Pasar Lama
Harganya mahal melambung naik
Talenta sekecil apapun akan berguna
Untuk menciptakan dunia menjadi lebih baik

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 08.07.19 Matius 9: 18-26 / Lama Menanti

 

SETIAP KALI berkeliling membawa Sakramen Mahakudus dalam perarakan adorasi, banyak umat, tua muda, besar kecil, kaya miskin menyembah dan berusaha mendekat untuk menjamah jubah romo atau velum yang dipakai.

Mereka ada yang sujud sampai menyentuh tanah. Ada pula yang berusaha mencium jumbai velum yang dipakai romo.

Pernah seorang ibu bercerita bahwa dia sudah lama menikah tetapi belum diberi anak.

Dia dengan keyakinan penuh ikut misa tiap Jum’at pertama. Dia selalu mendekat dan berusaha dapat menyentuh romo yang berkeliling mengarak Sakramen Mahakudus.

Pada putaran ke tujuh misa Jum’at pertama itu, dia datang dengan suka cita dan penuh syukur mengatakan bahwa dia sudah hamil. Dia makin bersemangat mengikuti perayaan ekaristi.

Dalam bacaan Injil hari ini, ada seorang wanita yang sakit pendarahan sudah duabelas tahun lamanya. Perjalanan waktu yang tidak sebentar.

Dia tak pernah berhenti berharap akan belas kasih Allah. Segala daya upaya dilakukan agar sembuh dari penyakitnya. Dia berkeyakinan, “Asal kujamah saja jubahNya, aku akan sembuh.”

Jubah adalah salah satu sarana rohani untuk memuliakan Tuhan. Ada banyak sarana-sarana rohani yang disediakan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

Ekaristi dan Devosi kepada Sakramen Mahakudus adalah sarana rohani agar kita dapat menyentuh Tuhan dan memohon belas kasihNya.

Ibu itu yakin dan percaya, dengan menggunakan sarana rohani yang disediakan oleh Gereja, ia dapat memohon belaskasih Tuhan.

Marilah kita gunakan kesempatan dan sarana rohani yang disediakan Tuhan dalam perayaan-perayaan liturgis Gereja.

Misalnya, Ekaristi, devosi Sakramen Mahakudus, Adorasi, rosario, doa-doa khusus yang ada akan sangat membantu kita. seperti wanita yang sudah lama berharap pertolongan Tuhan itu, kita pun bisa mengandalkan kebaikanNya.

Tuhan selalu menolong tepat pada waktunya. Ia tidak akan terburu-buru, juga tidak akan terlambat bertindak untuk kebaikan kita.

Gegap gempita lihat lomba lari cepat
Hampir finis banyak yang jatuh terjerembab
Tuhan mempunyai waktu yang tepat
Untuk menolong kita yang selalu berharap

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr