MAHATMA GANDHI adalah bapak perjuangan tanpa kekerasan. Dia kuliah ilmu hukum di Universitas College, London. Setelah lulus pada 1893, dia pulang ke India untuk menjadi pengacara.

Karena sifat penakutnya, Gandhi gagal total dalam berdebat kasus pertamanya di pengadilan. “Saya berdiri, namun hati saya tenggelam hingga ke sepatu bot saya,” kenang Gandhi dalam Mahatma Gandhi: Sebuah Otobiografi.

Semenjak itu, dia tidak pernah lagi pergi ke pengadilan sampai akhirnya merantau ke Durban, wilayah koloni Inggris di Afrika Selatan pada 1893. Di Afrika Selatan Gandhi ditempa oleh pengalaman diskriminatif atas perbedaan warna kulit.

Dia pernah dilempar keluar gerbong kereta api bukan karena tidak punya tiket tetapi karena semua penumpang kelas 1 itu bule. Dia ditolak menginap di hotel ekslusif karena kulit berwarna. Ia pernah dicambuk karena tidak mau turun dari kuda yang akan diberikan kepada orang kulit putih.

Pengalaman buruk itu membuatnya teguh berjuang tanpa kekerasan. Ia memimpin perlawanan boikot garam dengan berjalan kaki bersama puluhan ribu orang. Ia melawan kolonial dengan satyagraha, ahimsa,swadesi. Pengaruhnya yang begitu besar membuat Inggris melemah.

Ia diundang untuk pidato di parlemen Inggris. Ketika ia akan maju ke mimbar, pembantunya mengingatkan, “Mohandas, anda lupa menyiapkan teks pidato”. Jawab Gandhi singkat, “My speech is my whole life”, yang kusampaikan ialah seluruh kisah hidupku sendiri.

Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi yang tidak mau menerimaNya, “Pekerjaan itu jualah yang sekarang Kukerjakan, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa mengutus Aku. Dialah yang bersaksi tentang Aku”.

Apa yang dikerjakan Yesus membuktikan bahwa Ia berasal dari Allah. Yesus dan Bapa adalah satu. Tetapi orang-orang Yahudi justru makin membenciNya karena Ia dituduh menyamakan diri dengan Allah.

Apa yang dilakukan Yesus; menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, mengampuni orang berdosa adalah karya Allah sendiri. Tindakan Yesus merupakan tindakan Allah sendiri. Tetapi orang-orang Yahudi tidak memahaminya.

Kadang kita pun juga mengalami tidak dipahami. Dijelaskan bagaimanapun tetap tidak bisa diterima. Semua menjadi buntu. Akhirnya orang mengambil cara “diam itu emas”. Diam bukan tidak berbuat, tetapi diam tak bicara. Lebih baik diam tak bicara tetapi tetap berbuat melakukan keutamaan dan kebajikan.

Akhirnya tindakan keutamaanlah yang akan menjadi kesaksian tak terbantahkan. Seperti Yesus sendiri, walaupun Dia ditolak, namun Dia tetap melakukan kehendak Allah.

“Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake
Melawan tanpa tentara, menang tanpa merendahkan
Sugih tanpa bandha, digdaya tanpa aji”
Kaya tanpa harta, perkasa tanpa senjata

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr