PENJAHAT sekaliber apapun di Indonesia pasti kenal yang namanya Kusni Kasdut. Dia juga mendapat julukan “Robih Hood” dari Indonesia. Pada perang revolusi, ia merampok untuk menghidupi tentara yang bergerilya. Setelah perang usai, ia kembali merampok demi hidupnya yang miskin.

Prestasi kriminal yang paling menghebohkan adalah ketika ia berhasil mencuri 11 berlian paling berharga koleksi Museum Gajah yang tidak jauh dari istana merdeka. Seperti adegan film, ia dan gerombolan masuk menyamar sebagai polisi dan menyandera pengunjung.

Ia menembak seorang polisi dan berhasil lari dengan 11 berlian mahal. Sejak saat itu ia menjadi buron kelas kakap di Indonesia. Kepiawiannya meloloskan diri membuatnya disebut sebagai The Untouchable Man.

Ia tertangkap, tetapi sering bisa lari dari penjara. Tercatat 8 kali ia berhasil lari dari penjara. Sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh ke pelimbahan juga.

Bagi orang-orang Yahudi, Yesus juga menjadi The Untouchable Man. Yesus bukan seorang kriminal. Istilah itu sering dipakai bagi mereka yang sering lolos dari jerat hukum. Tetapi bagi kaum Farisi, tindakan dan pengajaran Yesuslah yang menimbulkan dilema. Kalau tidak distop, banyak orang akan menjadi pengikutNya. Kalau distop, orang banyak menganggap dia ini seorang nabi.

Ia tak tersentuh oleh siapapun. Orang Jawa bilang, “Suduk gunting tatu kalih” atau seperti makan buah simalakama.

Ketika Yesus di Yerusalem untuk merayakan hari raya Pondok Daun, masyarakat mulai menduga-duga, “Bukankan Dia ini yang mereka mau bunuh? Lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa, dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepadaNya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus?”

Konfrontasi antara para pemimpin Yahudi dengan Yesus sudah bukan rahasia umum lagi. Masyarakat bawah sudah terprovokasi juga. Mereka berusaha menangkap Yesus, tetapi tidak ada seorangpun yang menyentuh Dia, sebab saatNya belum tiba.

Bagi pengarang Injil, Yesus yang menjadi The Untouchable Man dihubungkan dengan saatNya. Saat menurut Yesus adalah ketika Dia dimuliakan di atas kayu salib. Waktu Maria meminta Yesus membuat mukjijat di Kana, Yesus berkata, “Mau apa engkau ibu, saatKu belum tiba”.

Pemuliaan Yesus di kayu salib itulah yang dimaksud dengan “saatKu”. Para pemimpin Yahudi mencari saat yang tepat untuk mendakwa dan menangkap Yesus. “Salah lidah” sedikit saja bisa menjeratNya. Seperti Ahok yang tergelincir di Pulau Seribu. Masing-masing kita juga mempunyai “saat”.

Mari kita gunakan saat kita untuk perbuatan baik demi memuliakan Tuhan.

Benang merah untuk tali temali
Mengikat roda menarik pedati
Mengikut Yesus harus berani bersaksi
Walaupun salib di depan menanti

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr