by editor | Mar 31, 2022 | Renungan
Men of Honor
FILM bergenre drama ini berkisah dari pengalaman nyata. Anggota Marinir dari AL Amerika bernama Carl Brashear adalah seorang negro.
Ia sering mengalami diskriminasi karena warna kulit. Carl sering dibully dan dihina secara rasial. Dia hanya mendapat tugas yang rendah seperti koki atau juru parkir di kapal.
Namun Carl tetap gigih ingin menjadi penyelam. Dalam suatu ujian, nyawanya hampir hilang ketika dengan sengaja ada sabotase peralatan selamnya dirusak.
Ia seharusnya mendapat penghargaan karena menyelamatkan temannya. Namun karena kulitnya hitam, penghargaan justru diberikan pada temannya yang lari menyelamatkan diri sendiri.
Ia kehilangan satu kakinya karena bertugas mencari bom atom. Salah satu kakinya harus diamputasi.
Ia hampir putus asa karena harus pensiun dini. Ia punya niat akan terus mengabdi sampai akhir. Ia terinspirasi oleh salah satu penerbang militer AS yang cacat kakinya.
Tantangan dan hambatan datang dari berbagai pihak, terutama pimpinan yang diskriminatif dan rasis.
Keputusan harus dibuat dalam sidang militer AL. Dalam persidangan, Carl harus bisa memakai baju selam yang beratnya 290 pon atau 131 kg lebih. Dia juga harus mampu berjalan 12 langkah dengan baju itu.
Dengan kaki palsunya dia harus bisa membuktikan kemampuannya. Leslie menjadi saksi bahwa Carl tetap mampu bertugas di kesatuan AL kendati cacat kakinya.
Orang Yahudi berusaha menyingkirkan Yesus, namun mereka bingung karena orang banyak percaya bahwa Dia itu nabi.
Mereka makin benci karena Yesus menyebut Diri-Nya Putra Allah. Orang-orang meminta tanda atau bukti atau kesaksian.
Sebenarnya Yohanes sudah memberi kesaksian bahwa Dialah Anak Domba yang diutus Allah. Namun mereka tidak percaya.
Kedegilan hati membuat mereka menutup diri. Mereka tidak percaya pada kesaksian Yohanes.
Mereka mencari jawaban di Kitab Suci. Musa sudah menuliskan tentang Mesias, tetapi mereka tidak mempercayainya. Lalu kesaksian apa lagi?
Yesus menegaskan bukan kesaksian Yohanes atau Musa, tetapi pekerjaan-Nya sendiri adalah bukti nyata bahwa Dia benar Utusan Allah.
“Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting daripada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu jualah yang sekarang Kukerjakan, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku.”
Karena angkuh, merasa paling dominan dan berkuasa, para pimpinan militer Amerika meragukan seorang kulit hitam mampu menjadi penyelam AL.
Mereka tidak percaya pada kesaksian Leslie Sunday.
Mereka baru terbuka matanya ketika Carl Brashear dengan kaki palsu bisa melakukan pekerjaan besar melangkah dengan baju selam yang berat.
Orang-orang Yahudi itu juga merasa paling benar dan sok kuasa sehingga meremehkan pekerjaan-pekerjaan Yesus.
Mereka tetap sombong membusungkan dada dan menggertakkan gigi tanda kebencian pada Yesus. Sulit bagi orang yang tertutup hati untuk percaya.
Apakah kita juga menutup diri dan tidak mau percaya?
Beli sabun penghalus pori kulit,
Biar putih seperti Nikita Mirzani.
Percaya pada yang ilahi itu sulit,
Kalau tidak percaya yang insani.
Cawas, berani membuka hati…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
by editor | Mar 31, 2022 | Renungan
Buah Jatuh Tidak Jauh dari Pohonnya.
BANYAK bakat dan kemampuan anak diwariskan dari orangtuanya. Anak-anak mengikuti karakter dan talenta orangtuanya.
Misalnya, Timothy Weah mewarisi bakat bapaknya, George Weah sebagai pemain sepak bola handal di Paris Saint Germain.
Ada bayak pemain sepak bola yang mengikuti jejak ayahnya, seperti; Kasper Schmeichel, Inzo Zidane, Daniel Maldini.
Begitu juga di dunia hiburan, ada banyak artis yang mengikuti jejak orangtuanya, seperti Marcella Zalianty, Gading Marten, Naysilla Mirdad dan masih banyak lagi.
Di dunia politik ada sangat banyak nama-nama yang mengikuti jejak karier orangtuanya.
Kehidupan anak tidak akan jauh dari kehidupan orangtuanya. Ada pepatah “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.”
Kedekatan relasi antara anak dan orangtua menjadi salah satu faktor mengapa anak mengikuti jejak orangtuanya.
Selain kedekatan relasi, hal yang menentukan juga “pasion,” tekad dan kemampuan dalam diri anak.
Contoh yang gampang kita lihat misalnya dalam Film “Mulan.”
Mulan adalah seorang gadis cantik anak seorang panglima perang. Dia sangat dekat dengan ayahnya.
Ketika ayahnya sudah tidak mampu lagi bertugas, Mulan berniat menjaga nama baik keluarga dengan meneruskan perjuangan ayahnya.
Passion (gairah hidup) mengarahkan Mulan mengembangkan diri menjadi penglima perang kerajaan seperti ayahnya.
Dengan kemampuan dan kegigihannya, ia mengubah dirinya menjadi “laki-laki” yang tangguh di medan perang.
Yesus menjelaskan kepada orang-orang Yahudi bahwa karya-Nya itu berasal dari Bapa-Nya.
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari Diri-Nya sendiri, jikalau Ia tidak melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.”
Sebagai Anak, Yesus mengikuti dan melakukan kehendak Bapa-Nya. “Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan siapa saja yang dikehendaki-Nya.”
Karena Yesus menyamakan diri-Nya dengan Allah yang disebut Bapa-Nya itulah yang membuat orang-orang Yahudi marah. Yesus menyebut Allah adalah Bapa-Nya.
Dia dituduh menghujat Allah. Orang-orang Yahudi sangat membenci dan berusaha untuk membunuh Dia.
Kita ini melihat pawang hujan melakukan kebaikan demi kelancaran dan kesuksesan suatu kegiatan besar saja sudah mencak-mencak menghujat, apalagi orang-orang Yahudi itu melihat Yesus membangkitkan orang mati dan menyebut Diri-nya sebagai Anak Allah.
Orang hanya melihat ritual yang nampak, peristiwa lahiriahnya saja. Tetapi tidak mampu melihat inti terdalam motif perutusaanya.
Mereka itu menebarkan kebaikan, keselamatan, kegembiraan dan manfaat kehidupan bagi banyak orang.
Yesus datang ke dunia bukan untuk Diri-Nya sendiri. Ia diutus oleh Allah. Kalau kita menerima Dia berarti kita menerima Allah. Kalau kita percaya kepada-Nya, kita juga percaya kepada Yang Mengutus-Nya.
Buah jambu muda berwarna merah,
Jatuh tertiup angin di depan rumah.
Orang yang diutus Allah membawa amanah,
Buah karyanya juga akan menghasilkan berkah.
Cawas, membuka hati untuk percaya….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
by editor | Mar 31, 2022 | Renungan
Putus Asa yang Melumpuhkan.
SUATU waktu orang pasti menghadapi suatu masalah dalam hidup. Ada masalah yang berat, ada masalah yang ringan.
Masalah berat dan berkepanjangan sering membuat keputusasaan. Putus asa yang berlarut-larut akan menjadi gangguan mental yang berat.
Bahkan ada orang yang ingin bunuh diri karena putus asa yang tak kunjung henti.
Putus asa adalah sebuah penyakit emosional yang ditandai dengan tidak adanya harapan, optimisme, dan gairah.
Dalam kondisi seperti ini orang tidak punya harapan hidup. Mereka mudah menyerah dan tidak yakin bisa merubah keadaan menjadi lebih baik. Masa depan terasa suram dan gelap. Madesu….
Misalnya, ketika orang merasa putus asa dan berpikir tidak punya masa depan, ia enggan untuk melakukan apapun agar bisa keluar dari kondisinya tersebut dan percaya bahwa tidak ada orang lain yang bisa membantunya.
Ia mudah menyalahkan orang atau situasi di sekitarnya.
Ada beberapa gejala yang menunjukkan orang sedang mengalami putus asa misalnya; merasa tidak berharga, kurangnya motivasi, merasa kurang dicintai dan diperhatikan, kepercayaan diri yang rendah, kurangnya minat dan kepedulian, malas beraktivitas atau merasa kelelahan.
Dalam Injil hari ini, kita melihat gejala-gejala itu ada dalam diri orang yang sakit lumpuh di Kolam Betesda.
Ia sudah sakit selama tigapuluh delapan tahun. Ia sudah putus asa.
Hal itu nampak dalam kata-katanya, “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu, apabila airnya mulai goncang; dan sementara aku sendiri menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.”
Yesus menawarkan sebuah harapan dengan berkata, “Maukah engkau sembuh?”
Yesus tidak ingin orang itu hanya mengeluh dan menyalahkan keadaan. Ia ingin orang lumpuh itu berusaha dan bangkit.
Ia berkata, “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.”
Orang tidak boleh diperbudak oleh rasa putus asa. Orang harus mau berusaha dan bangkit dari keterpurukan.
Jika ia mau pasti ada jalan. Tuhan selalu memberi tawaran yang baik. Ketika tawaran itu disambut, maka sembuhlah orang itu.
Masalah tidak selesai. Karena peristiwa itu terjadi pada hari Sabat.
Orang-orang Yahudi menyalahkan si lumpuh karena mengangkat tilam pada hari Sabat.
Sekali lagi si lumpuh itu berusaha menyalahkan orang lain, “Orang yang telah menyembuhkan aku, dialah yang menyuruh aku mengangkat tilam.”
Gejala ketidak-pedulian nampak ketika dia ditanya siapa yang menyuruh mengangkat tilam. Orang lumpuh yang sudah sembuh itu berkata tidak tahu.
Kalau di Sukorejo, orang bilang, “Mberuh.” Orang Tayap bilang, “Pusam.” Orang Jawa bilang, “Embuh.”
Jawaban seperti itu langsung menutup dialog. Tak mau tahu.
Ketika si lumpuh tahu bahwa Yesuslah yang menyembuhkan, ia malah menceritakan kepada orang-orang Yahudi. Tambah marahlah mereka kepada Yesus karena melakukan penyembuhan pada hari Sabat.
Yesus membawa harapan baru, masa depan yang cerah. Ia berpesan, “Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.”
Pesan itu juga relevan bagi kita yang sering putus asa. Maukah kita bangkit dari keputusasaan?
Pergi piknik ke Surabaya,
Melewati jalur Pacitan.
Jangan mudah putus asa,
Pada Tuhan selalu ada jalan.
Cawas, jangan mudah putus asa….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
by editor | Mar 31, 2022 | Renungan
Pawang Hujan Beraksi.
PADA waktu lomba MotoGP, ada seorang pawang hujang yang menjadi viral di medsos, namanya Rara Istiati Wulandari.
Kendati di negerinya sendiri, dia dihujat beberapa kelompok yang menganggap itu musrik, namun di Spanyol dia dihormati sebagai pahlawan dalam penyelenggaraan ajang motoGP.
Dia melakukan ritual doa memohon agar hujan tidak turun saat ajang balapan sedang berlangsung.
Terserah orang mau percaya atau tidak, bukan urusan dia. Yang penting dia berdoa dengan penuh keyakinan pada Tuhan.
Doa dan niat yang sungguh-sungguh pasti didengar oleh Tuhan.
Lain lagi ritual yang dibuat oleh Rm. Wignyamartaya almarhum. Beliau pandai mencari sumber mata air. Beliau bisa disebut pawang air.
Beberapa waktu lalu saat selesai memberi pengakuan dosa di Lingkungan Kerten, Paroki Dalem, beberapa umat mengenang jasa Rm. Wignya.
Para petani di wilayah itu yang kalau musim kemarau selalu kekeringan, sangat berterimakasih kepada Rm. Wignya.
Mereka dibantu dicarikan mata air untuk membuat sumur-sumur di sawah, sehingga sampai sekarang mereka tidak kesulitan air.
Romo Wignya juga bisa mencari mata air dari jarak jauh. Dialah pawang airnya.
Ada umat di Papua yang minta dicarikan sumber air. Romo Wignya dikirimi denah pekarangan dan rumah. Beliau membuat coretan-coretan di kertas denah itu, dan ditunjukkan dimana mata air yang harus digali.
Bapak itu berdoa dan percaya. Ia menggali dan menemukan sumber air yang tidak pernah kering sampai sekarang.
Dalam Injil, Yesus didatangi seorang pegawai istana dari Kapernaum yang anaknya sedang sakit keras. Yesus sedang berada di Kana, tempat Dia mengubah air menjadi anggur.
Pegawai itu minta dengan sangat agar Ia menyembuhkan anaknya. Yesus berkata, “Jika kamu tidak melihat tanda dan mukjijat, kamu tidak percaya.”
Orang itu mendesak Yesus untuk datang ke Kapernaum. Tetapi Yesus hanya berkata, “Pergilah, anakmu hidup.”
Orang itu percaya akan sabda Yesus kepadanya. Ia lalu pulang. Di tengah jalan, hamba-hambanya mengabarkan bahwa anaknya hidup.
“Kemarin siang pukul satu demamnya hilang.” Pada saat itulah Yesus bersabda, “Anakmu hidup.”
Kendati jarak memisahkan Yesus dari anak itu, namun sabda-Nya punya daya kekuatan. Yesus bersabda dan saat itu terjadi.
Pegawai istana itu percaya akan sabda Yesus, maka terjadilah anaknya hidup.
Dengan sabda-Nya, Yesus menunjukkan kuasa ilahi-Nya. kita dituntut untuk percaya atau beriman kepada-Nya.
Iman itu terwujud dalam tindakan dan doa. Janganlah meremehkan doa. Jagan melupakan doa.
Yesus akan bertindak agar kita percaya. Tuhan punya cara-cara untuk menyentuh hati kita sehingga kita percaya kepada-Nya.
Marilah kita membuka hati supaya karya Tuhan itu menjadi nyata dalam hidup kita.
Pawang hujan bekerja di Mandalika.
Balapan bisa berjalan dengan sempurna.
Tuhan menunjukkan daya kuasa-Nya.
Kita dituntut percaya penuh kepada-Nya.
Cawas, jangan lupa selalu berdoa….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
by editor | Mar 31, 2022 | Renungan
Unconditional Love
SEORANG ayah yang cacat kakinya berkelana berbulan-bulan mencari anaknya yang hilang. Chen Shengkuan, dengan tertatih-tatih merangkak berkeliling dari desa ke desa. Ia menembus kota-kota yang hiruk pikuk.
Sejak anaknya hilang ia telah merangkak sejauh 111 km. Anaknya hilang sejak usianya 20 bulan. Kemungkinan besar anaknya diculik dan dijual kepada orang.
Ia terus mencari dan mencari. Ia telah menembus kota Zhanjiang yang berpenduduk 7 juta jiwa. Kini ia mencari di kota Guangzhou, salah satu kota terbesar di China dengan penduduk yang padat.
Dengan berjalan “ngesot” dia terus mencari anaknya yang hilang.
Waktu itu, Chen Zhouyuan bermain dengan tiga sepupunya yang masih kecil. Mereka ditunggui kakeknya, sambil bermain kartu dengan tetangga.
Kakeknya baru tersadar ketika Zhouyuan tidak ada bersama mereka. Ia melaporkan ke polisi namun belum ditemukan. Sampai sekarang anak itu belum bisa dilacak keberadaannya.
Dengan kondisi miskin, cacat, Shengkuan tidak pernah lelah terus mencari anaknya. Ia berharap bisa menemukan buah hatinya. Ia sangat merindukannya.
Yesus menceritakan perumpamaan tentang anak yang hilang. Kisah itu juga bisa diberi judul Bapa yang penuh kasih.
Yesus mau menggambarkan bahwa Allah itu selalu setia dan penuh belaskasihan. Ia mengasihi tanpa syarat.
Si bungsu meminta hak warisan bapanya. Ia mengejar kenikmatan duniawi dengan pergi ke kota untuk foya-foya. Ia pergi meninggalkan bapanya.
Ketika jatuh melarat, ia terpuruk sedalam-dalamnya. Bahkan ia harus makan ampas makanan babi, sesuatu yang sangat hina, rendah, jorok dan menjijikan. Lebih rendah daripada pegawai di rumah ayahnya.
Dalam situasi itu dia menyadari kesalahannya.
Ia ingin bertobat dan kembali kepada ayahnya.
Dari kejauhan ayah sudah melihatnya. Ia lari meninggalkan tempat duduknya dan menjemput anaknya. Ia merangkul dan menciumnya.
Kata-kata penyesalan anaknya tidak dihiraukannya. Ia langsung ambil inisiatif untuk ambil jubah terbaik, cincin emas dan sepatu. Semua diajak pesta dengan menyembelih lembu-lembu tambun.
Anak sulung pulang ke rumah, mendengar ada nyanyian dan tari-tarian orang berpesta pora. Ia tidak mau masuk ke rumah, ketika diberitahu bahwa ayahnya membuat pesta untuk adiknya yang pulang.
Ia irihati dan cemburu kepada adiknya. Ia merasa telah berjasa, melayani dengan baik tetapi tidak diperhatikan ayahnya.
Ayahnya dianggapnya pilih kasih.Ia “ngambeg”atau merajuk.
Anak sulung ini bekerja demi upah, penghargaan. Ia bertindak seolah-olah seperti orang upahan. Ia tidak merasa di rumah bapanya, tetapi seperti pegawai kontrakan.
Ia lupa bahwa milik ayahnya sebenarnya juga miliknya. Ia bebas menggunakannya.
Sekali lagi ayahnyalah yang keluar menemuinya. Ia menjelaskan kepada si sulung. Ia mengasihi dengan memberi kebebasan; segala milik adalah miliknya juga.
Dengan perumpamaan itu Yesus mau menegaskan bahwa Allah mengasihi manusia tanpa batas. Kasih Allah yang tak terhingga, tidak membeda-bedakan.
Ia mengasihi si bungsu yang menyalahgunakan kemurahan hati-Nya dan si sulung yang tidak merasa dicintai-Nya.
Kasih Allah tidak tergantung pada perbuatan kita; dosa-dosa kita tidak mengurangi kasih-Nya dan perbuatan-perbuatan baik kita tidak mempengaruhi kasih-Nya untuk kita.
Allah juga tidak memaksa kita untuk mencintai-Nya. Siapa saja diundang tinggal di rumah-Nya. jika kita mau bersatu dan tinggal dalam kasih-Nya, maka kita akan bahagia.
Dalam pentas panggung kehidupan ini, peran manakah yang sedang kita jalani; sebagai anak bungsu atau anak sulung?
Pulau Bali ya Pulau Dewata,
Pantainya indah mempesona.
Cinta Tuhan selalu terbuka,
Kasih-Nya tidak ada batasnya.
Cawas, kasih-Mu luar biasa….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr