Buah Jatuh Tidak Jauh dari Pohonnya.
BANYAK bakat dan kemampuan anak diwariskan dari orangtuanya. Anak-anak mengikuti karakter dan talenta orangtuanya.
Misalnya, Timothy Weah mewarisi bakat bapaknya, George Weah sebagai pemain sepak bola handal di Paris Saint Germain.
Ada bayak pemain sepak bola yang mengikuti jejak ayahnya, seperti; Kasper Schmeichel, Inzo Zidane, Daniel Maldini.
Begitu juga di dunia hiburan, ada banyak artis yang mengikuti jejak orangtuanya, seperti Marcella Zalianty, Gading Marten, Naysilla Mirdad dan masih banyak lagi.
Di dunia politik ada sangat banyak nama-nama yang mengikuti jejak karier orangtuanya.
Kehidupan anak tidak akan jauh dari kehidupan orangtuanya. Ada pepatah “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.”
Kedekatan relasi antara anak dan orangtua menjadi salah satu faktor mengapa anak mengikuti jejak orangtuanya.
Selain kedekatan relasi, hal yang menentukan juga “pasion,” tekad dan kemampuan dalam diri anak.
Contoh yang gampang kita lihat misalnya dalam Film “Mulan.”
Mulan adalah seorang gadis cantik anak seorang panglima perang. Dia sangat dekat dengan ayahnya.
Ketika ayahnya sudah tidak mampu lagi bertugas, Mulan berniat menjaga nama baik keluarga dengan meneruskan perjuangan ayahnya.
Passion (gairah hidup) mengarahkan Mulan mengembangkan diri menjadi penglima perang kerajaan seperti ayahnya.
Dengan kemampuan dan kegigihannya, ia mengubah dirinya menjadi “laki-laki” yang tangguh di medan perang.
Yesus menjelaskan kepada orang-orang Yahudi bahwa karya-Nya itu berasal dari Bapa-Nya.
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari Diri-Nya sendiri, jikalau Ia tidak melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.”
Sebagai Anak, Yesus mengikuti dan melakukan kehendak Bapa-Nya. “Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan siapa saja yang dikehendaki-Nya.”
Karena Yesus menyamakan diri-Nya dengan Allah yang disebut Bapa-Nya itulah yang membuat orang-orang Yahudi marah. Yesus menyebut Allah adalah Bapa-Nya.
Dia dituduh menghujat Allah. Orang-orang Yahudi sangat membenci dan berusaha untuk membunuh Dia.
Kita ini melihat pawang hujan melakukan kebaikan demi kelancaran dan kesuksesan suatu kegiatan besar saja sudah mencak-mencak menghujat, apalagi orang-orang Yahudi itu melihat Yesus membangkitkan orang mati dan menyebut Diri-nya sebagai Anak Allah.
Orang hanya melihat ritual yang nampak, peristiwa lahiriahnya saja. Tetapi tidak mampu melihat inti terdalam motif perutusaanya.
Mereka itu menebarkan kebaikan, keselamatan, kegembiraan dan manfaat kehidupan bagi banyak orang.
Yesus datang ke dunia bukan untuk Diri-Nya sendiri. Ia diutus oleh Allah. Kalau kita menerima Dia berarti kita menerima Allah. Kalau kita percaya kepada-Nya, kita juga percaya kepada Yang Mengutus-Nya.
Buah jambu muda berwarna merah,
Jatuh tertiup angin di depan rumah.
Orang yang diutus Allah membawa amanah,
Buah karyanya juga akan menghasilkan berkah.
Cawas, membuka hati untuk percaya….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr