by gisel | Oct 24, 2020 | Artikel
Sebagai anggota Gereja Katolik, kita mengenal adanya devosi khusus pada bulan-bulan tertentu dalam kalender liturgi Gereja Katolik yang selalu kita rayakan tiap tahunnya. Contohnya, kita mengenal bahwa bulan Mei disebut sebagai bulan Maria, September sebagai bulan Kitab Suci dan Oktober sebagai bulan Rosario. Namun, masih banyak umat yang belum mengetahui, mengapa kita melakukan 2 bulan untuk berdevosi kepada Bunda Maria, yaitu Mei dan Oktober, lalu apa beda dari keduanya ?
Kita mengetahui ada 2 bulan untuk menghormati Bunda Maria, yaitu pada bulan Mei dan bulan Oktober. Sejarah bulan Mei sebagai Tradisi Suci untuk berdevosi kepada Bunda Maria awalnya didedikasikan untuk memperingati pemberian kehidupan yang baru. Di negara-negara yang memiliki 4 musim seperti Eropa dan Amerika, pada bulan Mei, merupakan permulaan musim semi, dimana pada musim ini merupakan musim bunga-bunga bermekaran dan merupakan iklim yang baik bagi pertanian untuk menanam kembali setelah musim salju. Maka pada bulan Mei didedikasikan sebagai ungkapan syukur kepada Yesus melalui Bunda Maria dan ungkapan penghormatan Maria sebagai “Hawa Baru” yang mana ungkapan Hawa adalah “Ibu dari segala yang hidup”. Maka dari itu Devosi pada bulan Mei dinamakan Bulan Maria.
Kapankah Gereja mulai mendedikasikan bulan Mei sebagai Bulan Maria ??
Sejarah tradisi ini mulai dilakukan pada akhir abad ke-13 dan dipopulerkan oleh para Jesuit di Roma pada tahun 1700-an dan kemudian menyebar ke seluruh Gereja. Pengalaman Iman oleh Paus Pius VII menguatkan Tradisi ini ketika pada tahun 1809, Paus Pius VII ditangkap oleh serdadu Napoleon dan dipenjara. Di dalam penjara, Paus berdoa kepada Yesus melalui perantara Bunda Maria agar ia dapat segera dibebaskan dari penjara. Dalam doanya tersebut Paus berjanji jikalau doanya dikabulkan, maka ia mendedikasikan bulan khusus dimana umat berdevosi kepada Bunda Maria. 24 Mei 1814, Paus dibebaskan dari penjara dan kembali ke Roma. Pada tahun berikutnya Paus Pius VII mengumumkan perayaan “Bunda Maria Penolong Umat Kristen”. Pada tahun 1854, Paus Pius IX mengumumkan dogma “Maria Terkandung Tanpa Noda” dan devosi pada Bunda Maria semakin dikenal.
Lantas apakah perbedaan antara devosi pada bulan Mei dan bulan Oktober ? Mengapa harus 2 kali ?
Berbicara mengenai tradisi selanjutnya yaitu pada Bulan Oktober, kita mundur ke 3 abad sebelumnya yaitu pada tahun 1571. Pada saat itu negara-negara Eropa mendapat ancaman dari Turki dan Kesultanan Ottoman yang melakukan invasi pada negara-negara Eropa. Terdapat ancaman bahwa agama Kristen akan punah di Eropa karena semakin meraja-lelanya kekuasaan Ottoman dan kesempatan negara-negara Eropa bertumpu pada pertempuran Lepanto, untuk menghalau invasi Ottoman di daerah negara-negara di sekitar laut Mediterania, namun jumlah pasukan kesultanan Ottoman melampaui jumlah pasukan Kristen.
Menghadapi ancaman ini, Don Juan dari Austria komandan Armada Katolik, berdoa rosario, memohon pertolongan Bunda Maria. Hal ini kemudian diikuti oleh seluruh pasukan untuk berdoa Rosario. Di Eropa daratan seluruh umat menderaskan doa Rosario melalui seruan Paus Pius V dengan berdoa Rosario di Basilika Santa Maria Maggiore. Dari subuh hingga petang doa Rosario didaraskan demi kemenangan pertempuran Lepanto. Dengan jumlah pasukan yang tak seimbang dan nampaknya tidak mungkin memenangkan pertempuran itu, namun pada 7 Oktober 1571 pasukan Katolik memenangkan pertempuran Lepanto.Mendengar kabar itu, Paus Pius V menetapkan peringatan Rosario dalam Misa di Vatikan pada tiap tanggal 7 Oktober. Kemudian penerusnya Paus Gregorius XIII, menetapkan 7 Oktober sebagai Hari Raya Rosario Suci. Pesta ini awalnya hanya dilakukan oleh gereja-gereja yang altarnya didedikasikan bagi Bunda Maria. Namun pada tahun 1716, Paus Klemens XI menyebarluaskan perayaan ini hingga ke seluruh dunia. Peristiwa Lepanto Battle ini membuktikan bahwa Bunda Maria telah menyertai Gereja dan umat beriman melalui doa Sang Bunda kepada Tuhan Yesus, untuk menyertai kita yang masih berziarah di dunia ini.
Selanjutnya Paus Leo XIII menetapkan bulan Oktober sebagai bulan Rosario pada tanggal 1 September 1883. Bapa suci meminta agar seluruh umat berdoa rosario dan Litani Santa Perawan Maria dari Loreto pada setiap hari di bulan Oktober agar Gereja mendapat bantuan Bunda Maria dalam menghadapi aneka bahaya yang mengancam. Pada 22 September 1891, Paus Leo XIII menerbitkan ensiklik October Mense (The Month of October; Bulan Oktober), yang menyatakan bahwa bulan Oktober dikhususkan kepada Santa Perawan Maria, Ratu Rosario.
Jadi, Dimanakah letak perbedaan bulan Mei dan bulan Oktober ?
Setelah menilik dari sejarah masing-masing bulan devosi kepada Bunda Maria ini, kita dapat melihat adanya perbedaan mendasar yang nampak jelas pada 2 bulan devosi ini, dilihat dari tujuan utama dari devosi ini. Bulan Mei memperingati Bunda Maria sebagai “Hawa baru” yang melahirkan kehidupan. Sedangkan bulan Oktober ditujukan sebagai bulan Rosario.
Bunda Maria memang terbukti telah menyertai Gereja dan mendoakan kita semua, para murid Kristus, yang telah diberikan oleh Tuhan Yesus menjadi anak- anaknya (lih. Yoh 19:26-27). Bunda Maria turut mengambil bagian dalam karya keselamatan Kristus Putera-Nya, dan bekerjasama dengan-Nya untuk melindungi Gereja-Nya sampai akhir jaman. Yang perlu kita lakukan sebagai umat beriman adalah untuk meneruskan Tradisi Suci ini sehingga relasi kita sebagai umat yang masih mengembara di bumi dengan para Kudus di surga tidak terputus dan Maria yang dipilih Allah dalam peristiwa inkarnasi, dipilih juga sebagai pendoa bagi anak-anaknya di bumi, menolong serta menyertai anak-anak-Nya. Maka sebaiknya kita sebagai anak-anak-Nya pun tidak ragu untuk meminta pertolongan kepada Allah melalui perantara Bunda Maria kapanpun dan dimanapun, dan dalam keadaan apapun.
Written by : Dimas
Edited by : Gisella
Sumber :
www.katolisitas.org
parokijetis.com
parokiserpong-monika.org
by gisel | Sep 19, 2020 | Artikel
Sehubungan dengan diadakannya Perayaan Ekaristi secara langsung di Paroki St. Maria Assumpta Babarsari, ada beberapa prosedur yang perlu menjadi perhatian bagi seluruh umat Paroki Babarsari, antara lain :
Untuk Umat Lingkungan
- Ketentuan perihal kriteria umat yang diperbolehkan mengikuti Perayaan Ekaristi, mengacu pada Surat Edaran dari KAS 0536/A/X/20-29, yaitu berumur sekurang-kurangnya 10 tahun (atau sudah menerima komuni) dan maksimal 65 tahun dan memiliki kondisi kesehatan yang prima serta tidak memiliki riwayat penyakit yang sangat rentan terhadap penularan virus.
- Ketentuan perihal kriteria umat yang diperbolehkan mengikuti Perayaan Ekaristi, mengacu pada Surat Edaran dari KAS 0536/A/X/20-29, yaitu berumur sekurang-kurangnya 10 tahun (atau sudah menerima komuni) dan maksimal 65 tahun dan memiliki kondisi kesehatan yang prima serta tidak memiliki riwayat penyakit yang sangat rentan terhadap penularan virus.
- Umat diwajibkan membawa KARTU MISA yang telah diedarkan sebelumnya melalui Ketua Lingkungan. Kartu Misa digunakan sebagai akses masuk untuk mengikuti Perayaan Ekaristi sesuai jadwal masing-masing lingkungan.
- Mematuhi dan mengikuti seluruh prosedur yang sudah ditetapkan oleh petugas.
- Bagi umat yang tidak dapat mengikuti Perayaan Ekaristi di gereja, disediakan Misa Live Streaming pada Perayaan Ekaristi hari Minggu, pukul 09.00 melalui akun Youtube KOMPARI dan dilanjutkan dengan penerimaan komuni di masing-masing lingkungan.
Ketentuan penerimaan komuni diatur sbb :
- Yang dilayani untuk menerima komuni di lingkungan adalah umat yang berusia diatas 65 tahun, umat yang sedang sakit, dan umat yang memiliki riwayat penyakit yang rentan terhadap penularan virus. Diluar kategori tersebut disarankan untuk tetap mengikuti perayaan ekaristi sesuai jadwal yang sudah ditentukan.
- Pengaturan tempat/titik kumpul penerimaan komuni dapat diatur oleh masing-masing lingkungan bersama petugas prodiakon lingkungan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
- Selama menunggu petugas prodiakon menuju lokasi penerimaan komuni, umat dipersilahkan melakukan doa pribadi, atau bisa menggunakan doa sebelum komuni yang dapat diambil dari Buku Madah Bakti/Puji Syukur atau referensi buku doa lainnya.
Untuk Kalangan Mahasiswa/i
- Mengacu pada surat edaran dari KAS 0536/A/X/20-29, perihal himbauan agar umat diwajibkan mengikuti perayaan Ekaristi di Paroki masing-masing, maka Mahasiswa/i yang diperbolehkan mengikuti perayaan Ekaristi di gereja, adalah mereka yang berdomisili/kos/kontrak di wilayah Paroki St. Maria Assumpta Babarsari.
- Mahasiswa/i yang berdomisili di wilayah paroki Babarsari, wajib mendapatkan rekomendasi dari Ketua Lingkungan di tempat domisili masing-masing, untuk kemudian mendapatkan nomor urut dan kartu misa yang akan digunakan untuk registrasi di laman web : gmab.web.id/misa/ . Setelah registrasi di web, masing-masing akan menerima QR Code, yang akan digunakan sebagai akses masuk setiap hendak mengikuti perayaan Ekaristi.
- Mahasiswa/i yang berdomisili di wilayah Paroki Babarsari, dapat menghubungi ketua lingkungan masing-masing sbb :
Nomor Handphone Ketua Lingkungan Santa Maria Assumpta, Babarsari, Yogyakarta
- Perayaan Ekaristi khusus untuk kalangan mahasiswa/i pada hari Minggu Sore pukul 17.00 akan dibuka setelah proses registrasi di Ketua Lingkungan selesai dilakukan. Pemberitahuan pembukaan Perayaan Ekaristi ini akan disampaikan secara terpisah.
Demikian surat pemberitahuan ini disampaikan untuk menjadi perhatian bersama. Jika ada hal-hal lain yang ingin ditanyakan, dapat menghubungi kantor sekretariat paroki pada jam kerja atau melalui telephone 0274-487202 atau dapat menghubungi Kabid Liturgi (Lanto) di nomor 085228033982 melalui WA.
Semoga Tuhan selalu menyertai kita semua.
by gisel | Sep 18, 2020 | Artikel, Jadwal Misa
Berkah Dalem,
Berikut ini kami sampaikan untuk jadwal Perayaan Ekaristi Paroki Santa Maria Assumpta Babarsari, Yogyakarta
Misa Harian : Senin – Sabtu
Pukul : 05:30 WIB
*kecuali Jumat Pertama, pukul 18:00 WIB
Misa Mingguan
Sabtu Sore : pukul 17:00 WIB
Minggu Pagi : pukul 07:00 WIB
MInggu Sore : pukul 17:00 WIB
by gisel | Sep 16, 2020 | Renungan
MENURUT Victor Hugo, Pengarang Les Miserables, gadis cantik ini lahir di Montreuil-sur-Mer tahun 1796. Ia berpacaran dengan seorang mahasiswa kaya, Felix Tholomyes. Namun sayang, Fantine ditinggal sendirian ketika dia hamil. Ia menitipkan anaknya, Cossete kepada keluarga Thenardier agar dapat bekerja untuk membesarkannya. Thernardier ini jahat. Ia memeras Fantine untuk selalu mengirim uang. Ia bekerja di pabrik milik Sang Walikota. Tetapi oleh mandornya, dia diketahui punya anak di luar nikah. Maka Fantine dipecat. Kesulitan hidup semakin menjeratnya. Ia menjual rambutnya yang indah dan giginya yang putih kemilau. Namun semua itu tak mampu memenuhi kebutuhannya. Akhirnya ia melacurkan diri di jalan.
Ia ditangkap polisi dan dijatuhi denda. Sang walikota, Jean Valjean tahu tentang kasusnya. Ia membebaskan Fantine dan merawatnya di rumah sakit amal. Ditumpahkannya semua nasib dan penderitaan kepada Jean Valjean. Mulai saat itu sang walikota jatuh belaskasihan kepadanya.
“Aku ingin hidup bersama putriku. Dialah satu-satunya harta milikku. Tolong jagalah dia” kata Fantine kepada Valjean ketika mereka duduk makan bersama di taman rumah sakit. “Aku akan menjemput Cossete dan membawanya kepadamu” kata Valjean. Namun hal itu tidak terjadi karena Fantine meninggal oleh sakit TBC yang parah. Valjean membawa Cossete ke Paris dan membesarkannya di sekolah asrama susteran. Cossete tumbuh menjadi gadis cantik. Ia menyebut Valjean sebagai papanya.
Yesus datang ke pesta di rumah orang Farisi. Seorang wanita yang terkenal sebagai pendosa datang membawa minyak wangi. Ia mencium dan meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya. Di depan Yesus, ia menangis menyesali dosa-dosanya. Yesus berkata, “Dosanya yang banyak itu telah diampuni, karena ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni,sedikit pula ia berbuat kasih.”
Perbuatan kasih akan membawa berkah. Semakin banyak berbuat kasih, semakin berkahnya melimpah. “Dosamu sudah diampuni” kata Yesus. Wanita berdosa itu menunjukkan kasihnya yang tulus kepada Yesus. Ia seperti orang yang berhutang banyak dan dibebaskan oleh Tuhan. Maka balasan kasihnya juga lebih besar.
Kita adalah orang yang berhutang kepada Tuhan. Semakin besar hutang kita semakin besar pula balasan kita kepada-Nya, karena semua hutang dihapuskan Tuhan.
Satu jam menikmati bakso dua.
Masih ditambah telur puyuh tiga.
Kasih Tuhan melebihi dosa kita.
Mari kita membalas belaskasih-Nya.
Cawas, satu jam saja….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr
by gisel | Apr 21, 2020 | Artikel
Semarang (09/04/2020), Pada hari tersebut seluruh umat Khatolik memperingati Perayaan Kamis putih atau biasa disebut dengan Malam Perjamuan Terakhir Tuhan dalam rangkain perayaan Pekan Suci dan dimalam ini juga kita diingatkan kembali bagaimana Yesus membasuh kaki para rasul dan mengundang orang-orang beriman untuk saling mengasihi dan melayani satu sama lain. Misa Kamis Putih ini dipimpin oleh Mgr. Robertus Rubiyatmoko selaku Uskup Keuskupan Agung Semarang dan disiarkan secara langsung melalui Platform Youtube Komsos KAS.
Dalam homilinya, monsinyur sempat menyinggung kenapa kita tekun dan setia mengikuti misa secara Online. Sejak Gereja memutuskan untuk meniadakan seluruh kegiatan liturgis maupun non liturgis pada tanggal 21 Maret yang lalu Bapa Uskup telah mengamati para umat yang sangat rajin mengikuti misa online ini. Tidak hanya misa mingguan saja, namum para umat juga rajin mengikuti misa harian juga. Melihat perilaku umat yang begitu aktif dalam mengikuti misa online ini beliau ingin mengetahui apakah motivasi mendasar, mengapa kita sebagai umatnya begitu tekun mengikuti misa. Setelah mencari tahu melalui berbagai sharing yang ada, Bapa Uskup menemukan jawaban yang menarik. Ternyata alasan mereka bukanlah karena gabut ataupun bosan dengan rutinitas yang saat ini banyak dilakukan dirumah saja, melainkan karena perasaan mendasar yang dirasakan ada jauh didalam lubuk hati kita. Apakah perasaan itu ? Jawabannya adalah kerinduan, kita rindu untuk berjumpa dengan Tuhan, untuk mengalami kehadiran-Nya, dan untuk menerima berkat kasih-Nya.
Salah satu sharing dari umat yang begitu menyentuh adalah bahwa karena adanya misa Online, dia bisa merasakan kehadiran Yesus di sekitar mereka. Maka dari itu Yesus pernah bersabda, “dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Kehadiran Yesus begitu dirasakan di dalam rumah-rumah yang hening di masa pandemi Covid-19 ini.
Pada saat homili ini, beliau juga bertanya mengenai perayaan Ekaristi, “Sejak kapan toh perayaan ekaristi diadakan?” kata Bapa Uskup kepada para umatnya. Pertanyaan ini membuat kita berpikir kembali kapan sebenarnya Ekaristi mulai diadakan. Dan jawabannya adalah sejak Yesus melakukan perjamuan terakhir bersama-sama dengan murid-Nya. Karena pada saat itu pula, Ia memberikan diri-Nya sebagai anak domba yang harus dikorbankan. Dimana pada saat itu Ia menebus dosa-dosa dunia dengan mengurbankan diri-Nya dikayu salib demi kita.
Dari peristiwa itu, Yesus telah memberikan teladan kasih dan pengorbanan demi keselamatan kita. Kita bisa merenungkan bahwa karena pengorbanan diri-Nya kita selaku manusia berdosa mau bertobat dan tetap mau berdoa kepada-Nya. Dan sebagai umat-Nya, kita diundang untuk meneladani kasih Yesus dengan saling melayani dan berani berkorban demi kebahagiaan orang lain.
Pada kesempatan ini, Bapa Uskup juga berpesan agar kita juga harus menjaga diri kita masing-masing dengan cara melakukan segala aktivitas dirumah guna meminimalisir penularan Virus COVID-19, mengingat saat ini pandemi ini telah masuk ke Indonesia. Kalaupun keluar rumah dikarenakan bekerja ataupun membeli bahan makanan, kita harus menjaga diri dengan tetap menggunakan masker selama keluar dan setelah balik ke rumah jangan lupa untuk mencuci tangan. Momen ini juga membuat kita bisa menghabiskan waktu bersama keluarga dikampung halaman. Saat pandemi belum menyerang, kita sangat jarang meluangkan waktu kita untuk balik ke rumah dikarenakan tanggung jawab yang diemban diluar kampung halaman. Oleh sebab itu pada saat sulit seperti ini waktunya kita membuka kembung kemurahan hati lumbung kepedulian dan tabungan cinta kasih kita agar bisa berbagi satu sama lain dan saling memberikan kasih sayang satu sama lain.
Demikianlah pesan-pesan yang disampaikan oleh Bapa Uskup pada saat Misa Perayaan Ekaristi Kamis Putih tahun 2020. Semoga pesan ini dapat kita renungkan dan kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari kita.
Written by Kristo
Edited by Gisella