Renungan Harian

Puncta 28.03.22 ~ Senin Prapaskah IV ~ Yohanes 4: 43-54

 

Pawang Hujan Beraksi.

PADA waktu lomba MotoGP, ada seorang pawang hujang yang menjadi viral di medsos, namanya Rara Istiati Wulandari.

Kendati di negerinya sendiri, dia dihujat beberapa kelompok yang menganggap itu musrik, namun di Spanyol dia dihormati sebagai pahlawan dalam penyelenggaraan ajang motoGP.

Dia melakukan ritual doa memohon agar hujan tidak turun saat ajang balapan sedang berlangsung.

Terserah orang mau percaya atau tidak, bukan urusan dia. Yang penting dia berdoa dengan penuh keyakinan pada Tuhan.

Doa dan niat yang sungguh-sungguh pasti didengar oleh Tuhan.

Lain lagi ritual yang dibuat oleh Rm. Wignyamartaya almarhum. Beliau pandai mencari sumber mata air. Beliau bisa disebut pawang air.

Beberapa waktu lalu saat selesai memberi pengakuan dosa di Lingkungan Kerten, Paroki Dalem, beberapa umat mengenang jasa Rm. Wignya.

Para petani di wilayah itu yang kalau musim kemarau selalu kekeringan, sangat berterimakasih kepada Rm. Wignya.

Mereka dibantu dicarikan mata air untuk membuat sumur-sumur di sawah, sehingga sampai sekarang mereka tidak kesulitan air.

Romo Wignya juga bisa mencari mata air dari jarak jauh. Dialah pawang airnya.

Ada umat di Papua yang minta dicarikan sumber air. Romo Wignya dikirimi denah pekarangan dan rumah. Beliau membuat coretan-coretan di kertas denah itu, dan ditunjukkan dimana mata air yang harus digali.

Bapak itu berdoa dan percaya. Ia menggali dan menemukan sumber air yang tidak pernah kering sampai sekarang.

Dalam Injil, Yesus didatangi seorang pegawai istana dari Kapernaum yang anaknya sedang sakit keras. Yesus sedang berada di Kana, tempat Dia mengubah air menjadi anggur.

Pegawai itu minta dengan sangat agar Ia menyembuhkan anaknya. Yesus berkata, “Jika kamu tidak melihat tanda dan mukjijat, kamu tidak percaya.”

Orang itu mendesak Yesus untuk datang ke Kapernaum. Tetapi Yesus hanya berkata, “Pergilah, anakmu hidup.”

Orang itu percaya akan sabda Yesus kepadanya. Ia lalu pulang. Di tengah jalan, hamba-hambanya mengabarkan bahwa anaknya hidup.

“Kemarin siang pukul satu demamnya hilang.” Pada saat itulah Yesus bersabda, “Anakmu hidup.”

Kendati jarak memisahkan Yesus dari anak itu, namun sabda-Nya punya daya kekuatan. Yesus bersabda dan saat itu terjadi.

Pegawai istana itu percaya akan sabda Yesus, maka terjadilah anaknya hidup.

Dengan sabda-Nya, Yesus menunjukkan kuasa ilahi-Nya. kita dituntut untuk percaya atau beriman kepada-Nya.

Iman itu terwujud dalam tindakan dan doa. Janganlah meremehkan doa. Jagan melupakan doa.

Yesus akan bertindak agar kita percaya. Tuhan punya cara-cara untuk menyentuh hati kita sehingga kita percaya kepada-Nya.

Marilah kita membuka hati supaya karya Tuhan itu menjadi nyata dalam hidup kita.

Pawang hujan bekerja di Mandalika.
Balapan bisa berjalan dengan sempurna.
Tuhan menunjukkan daya kuasa-Nya.
Kita dituntut percaya penuh kepada-Nya.

Cawas, jangan lupa selalu berdoa….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

Puncta 27.03.22 ~ Minggu Prapaskah IV ~ Lukas 15: 1-3.11-32

 

Unconditional Love

SEORANG ayah yang cacat kakinya berkelana berbulan-bulan mencari anaknya yang hilang. Chen Shengkuan, dengan tertatih-tatih merangkak berkeliling dari desa ke desa. Ia menembus kota-kota yang hiruk pikuk.

Sejak anaknya hilang ia telah merangkak sejauh 111 km. Anaknya hilang sejak usianya 20 bulan. Kemungkinan besar anaknya diculik dan dijual kepada orang.

Ia terus mencari dan mencari. Ia telah menembus kota Zhanjiang yang berpenduduk 7 juta jiwa. Kini ia mencari di kota Guangzhou, salah satu kota terbesar di China dengan penduduk yang padat.

Dengan berjalan “ngesot” dia terus mencari anaknya yang hilang.

Waktu itu, Chen Zhouyuan bermain dengan tiga sepupunya yang masih kecil. Mereka ditunggui kakeknya, sambil bermain kartu dengan tetangga.

Kakeknya baru tersadar ketika Zhouyuan tidak ada bersama mereka. Ia melaporkan ke polisi namun belum ditemukan. Sampai sekarang anak itu belum bisa dilacak keberadaannya.

Dengan kondisi miskin, cacat, Shengkuan tidak pernah lelah terus mencari anaknya. Ia berharap bisa menemukan buah hatinya. Ia sangat merindukannya.

Yesus menceritakan perumpamaan tentang anak yang hilang. Kisah itu juga bisa diberi judul Bapa yang penuh kasih.

Yesus mau menggambarkan bahwa Allah itu selalu setia dan penuh belaskasihan. Ia mengasihi tanpa syarat.

Si bungsu meminta hak warisan bapanya. Ia mengejar kenikmatan duniawi dengan pergi ke kota untuk foya-foya. Ia pergi meninggalkan bapanya.

Ketika jatuh melarat, ia terpuruk sedalam-dalamnya. Bahkan ia harus makan ampas makanan babi, sesuatu yang sangat hina, rendah, jorok dan menjijikan. Lebih rendah daripada pegawai di rumah ayahnya.

Dalam situasi itu dia menyadari kesalahannya.
Ia ingin bertobat dan kembali kepada ayahnya.

Dari kejauhan ayah sudah melihatnya. Ia lari meninggalkan tempat duduknya dan menjemput anaknya. Ia merangkul dan menciumnya.

Kata-kata penyesalan anaknya tidak dihiraukannya. Ia langsung ambil inisiatif untuk ambil jubah terbaik, cincin emas dan sepatu. Semua diajak pesta dengan menyembelih lembu-lembu tambun.

Anak sulung pulang ke rumah, mendengar ada nyanyian dan tari-tarian orang berpesta pora. Ia tidak mau masuk ke rumah, ketika diberitahu bahwa ayahnya membuat pesta untuk adiknya yang pulang.

Ia irihati dan cemburu kepada adiknya. Ia merasa telah berjasa, melayani dengan baik tetapi tidak diperhatikan ayahnya.

Ayahnya dianggapnya pilih kasih.Ia “ngambeg”atau merajuk.

Anak sulung ini bekerja demi upah, penghargaan. Ia bertindak seolah-olah seperti orang upahan. Ia tidak merasa di rumah bapanya, tetapi seperti pegawai kontrakan.

Ia lupa bahwa milik ayahnya sebenarnya juga miliknya. Ia bebas menggunakannya.

Sekali lagi ayahnyalah yang keluar menemuinya. Ia menjelaskan kepada si sulung. Ia mengasihi dengan memberi kebebasan; segala milik adalah miliknya juga.

Dengan perumpamaan itu Yesus mau menegaskan bahwa Allah mengasihi manusia tanpa batas. Kasih Allah yang tak terhingga, tidak membeda-bedakan.

Ia mengasihi si bungsu yang menyalahgunakan kemurahan hati-Nya dan si sulung yang tidak merasa dicintai-Nya.

Kasih Allah tidak tergantung pada perbuatan kita; dosa-dosa kita tidak mengurangi kasih-Nya dan perbuatan-perbuatan baik kita tidak mempengaruhi kasih-Nya untuk kita.

Allah juga tidak memaksa kita untuk mencintai-Nya. Siapa saja diundang tinggal di rumah-Nya. jika kita mau bersatu dan tinggal dalam kasih-Nya, maka kita akan bahagia.

Dalam pentas panggung kehidupan ini, peran manakah yang sedang kita jalani; sebagai anak bungsu atau anak sulung?

Pulau Bali ya Pulau Dewata,
Pantainya indah mempesona.
Cinta Tuhan selalu terbuka,
Kasih-Nya tidak ada batasnya.

Cawas, kasih-Mu luar biasa….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

Puncta 26.03.22 ~ Sabtu Prapaskah III ~ Lukas 18: 9-14

 

Arjuna Kena Batunya.

SELURUH dunia mengakui Arjuna piawai dalam memanah. Ketampanannya bisa meruntuhkan semua wanita, bahkan bidadari di Kahyangan banyak yang mendamba menjadi istrinya.

Hal ini yang membuat Arjuna jumawa tak ada yang bisa mengalahkannya.

Suatu kali ada seorang bernama Palgunadi menantang Arjuna bermain panah. Arjuna merasa disepelekan, ada orang berani menantang dirinya. Langsung disanggupi untuk berolah ketrampilan memanah.

Selama ini tak ada yang bisa mengalahkannya. Arjuna pernah mempermalukan Karna di dalam suatu pertandingan.

Ketika itu Karna secara kurang ajar ingin mempermalukan Arjuna. Dia membidik buah dada Srikandi, sehingga kutangnya sobek oleh panah Karna.

Tidak terima istrinya diperlakukan demikian, Arjuna memandu Srikandi melepaskan anak panahnya. Ia membidik wajah Karna.

Anak panah yang melesat itu bisa mencukur kumis Karna, tetapi hanya separohnya. Karna lari tersipu-sipu karena kumisnya hilang separoh.

Palgunadi dan Arjuna menarik anak panah dari busur masing-masing. Segala benda baik yang diam maupun yang bergerak, yang besar maupun yang kecil, yang berjalan hingga yang terbang terkena anak panah mereka.

Panah Palgunadi selalu tepat sasaran. Semua orang bertepuk tangan mengagumi kemampuan Palgunadi. Arjuna tertunduk malu karena kalah.

“Siapakah gurumu ki sanak sehingga engkau terampil memanah?” tanya Arjuna.

Palgunadi menipu dengan menjawab, “Guruku tiada lain adalah Resi Durna.”

Dulu Palgunadi pernah mendaftar sebagai murid Durna, tetapi ditolak karena Palgunadi bukan dari kelompok bangsawan.

Ia lalu membuat patung Durna untuk dapat belajar keahlian memanah dan berhasil.

Arjuna memprotes Durna karena memberi ilmu memanah lebih baik kepada Palgunadi. Ia iri kepada Palgunadi dan minta kepada Durna agar membuat tipu daya bagaimana mengalahkan Palgunadi.

Karena bisa mengalahkan Arjuna, Palgunadi diterima sebagai murid Durna.

Suatu kali untuk menguji kesetiaannya sebagai murid kepada guru, Durna minta supaya jempol kanan Palgunadi dipotong. Palgunadi menuruti perintah gurunya.

Tanpa jempol kanan, keahlian Palgunadi memanah jadi berkurang. Ketika Arjuna menantang untuk bertanding lagi, Palgunadi kalah dan terbunuh oleh panah Arjuna.

Anggraini, istri Palgunadi menangisi kematian suaminya. Anggraini adalah putri yang sangat cantik. Arjuna ingin menjadikannya sebagai istri.

Namun Anggraini dengan marah menolak. Baru kali ini ada seorang wanita yang berani menolak cinta Arjuna. Semua perempuan bertekuk lutut di bawah kakinya.

“Tidak sudi aku menjadi istri seorang ksatria yang sombong dan licik seperti engkau. Aku tidak silau pada ketampananmu. Tak ada artinya sama sekali bagiku. Aku akan tetap setia pada suamiku sampai mati.”

Anggraini lalu menusukkan “patrem” ke tubuhnya dan mati bersama Palgunadi.

Arjuna terpaku. Selama ini ia merasa diri paling hebat sebagai “lelananging jagat,” namun ia tercampak dan ditolak oleh seorang wanita bernama Anggraini.

Yesus menyatakan perumpamaan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain.

Orang Farisi dan pemungut cukai berdoa di Bait Allah. Orang Farisi itu menyombongkan diri kepada Allah. Sedang si pemungut cukai mengakui diri sebagai orang berdosa. “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.”

Pemungut cukai itu dipandang sebagai orang yang dibenarkan di hadapan Allah. Sebab barang siapa meninggikan akan direndahkan, dan barang siapa merendahkan diri akan ditinggikan.

Ajaran Yesus jelas, jangan pernah menyombongkan diri dan menganggap orang lain lebih rendah dan hina, terus bertindak semena-mena terhadap mereka. Marilah kita merendahkan diri di hadapan Tuhan dan sesama.

Ketampanan Arjuna tidak ada artinya,
Hancur luluh oleh Anggraini si jelita.
Orang besar mulut akan kena batunya,
Tersandung sendiri oleh kata-katanya.

Cawas, jangan menyombongkan diri….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

Puncta 25.03.22 ~ HR. Kabar Sukacita ~ Lukas 1: 26-38

 

Kabar Menggembirakan

BEBERAPA hari ini kita mendapat kabar yang menggembirakan. Misalnya, pengadilan Negeri Jakarta Selatan membebaskan dua anggota Polisi yang menembak para pengawal dari organisasi yang telah dilarang pemerintah.

Peristiwa ini cukup menggembirakan karena punya dampak psikologis kuat bagi para petugas keamanan, bahwa mereka semakin yakin dalam menanggulangi teror keamanan masyarakat.

Berita lain yang menggembirakan suksesnya ajang MotoGP Mandalika yang baru rampung di Lombok. Banyak orang memuji penyelenggaraan ajang balap motor dunia.

Bahkan para rider juga sangat happy dan menikmati sambutan masyarakat Indonesia. Lombok makin dikenal dunia, selain Bali.

Belum pernah terjadi, Marc Marques asyik bergoyang dangdut bersama masyarakat. Hanya ada di Mandalika. Indonesia makin dikenal dunia internasional.

Entah nanti bagaimana dengan Formula E, kita tunggu saja.

Ditangkapnya para “sultan” the crazy rich man juga sedikit menggembirakan, karena sudah banyak orang yang tertipu dengan permainan bisnis digital ini.

Ada kelegaan, tetapi masih ada tanda tanya dan harap-harap cemas, apakah uang yang sudah terkuras habis bisa dikembalikan.

Berita-berita yang menggembirakan itu berdampak positif bagi kehidupan kita bersama.

Hari ini kita merayakan Hari Raya Kabar Sukacita. Allah melalui Malaikat Gabriel datang kepada Perawan Maria dan memberitahu, “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.”

Ini adalah kabar yang menggembirakan seluruh dunia karena “Ia akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi.

Anak yang akan lahir itu akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya, dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.”

Ini kabar yang menggembirakan karena Allah yang jauh tak terjangkau akan menjadi dekat ada di tengah-tengah kita dalam diri Yesus, Anak Allah Yang Kudus.

Juga sangat menggembirakan karena Maria menerima kabar itu dengan rendah hati. Ia akan mengandung dan melahirkan anak laki-laki, dan akan menamai Dia Imanuel, artinya Allah menyertai kita.

Kabar ini sangat menggembirakan karena Allah berjanji akan tetap menyertai kita sampai kapan pun.

Dalam diri Yesus, Allah membuat “His-story.” Allah menyejarah dan menyertai. Maka warta malaikat itu menjadi kekuatan kita.

“Jangan takut, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.”

Karena kesanggupan Maria, kita semua memperoleh kasih karunia Allah. Jawaban Maria itu meneguhkan kita bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah. Jika Allah berkehendak, maka apa pun bisa terjadi.

Bagi orang yang pesimis, apatis dan suka nyinyir, tidak bisa percaya bahwa kita bisa menyelenggarakan prestasi dunia ajang seperti balap motor.

Mereka juga tidak yakin dan pesimis Indonesia akan punya Ibu Kota baru di Kalimantan bernama Nusantara. Berita-berita negatif justru akan merusak kehidupan bersama. Mari kita buat berita-berita yang membawa sukacita.

Malaikat, utusan Allah itu menguatkan Maria. “Jangan takut.” Ia juga menguatkan kita semua, “Jangan tidak percaya, melainkan percayalah.”

Ketika kita mulai percaya, maka hal-hal besar dan luar biasa akan menanti kita.

Burung pelikan berenang di telaga warna,
Mengejar ikan-ikan kecil sebagai mangsa.
Mari kita ciptakan kabar-kabar gembira,
Biar dunia menjadi indah penuh sukacita.

Cawas, gembira mendengarmu bahagia…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

Puncta 24.03.22 ~ Kamis Prapaskah III ~ Lukas 11: 14-23

 

Memelihara Tuyul Gundul.

SERING ada orang yang iri melihat kesuksesan orang lain. Ada teman yang sukses memperoleh jabatan dengan mudah. Ada yang kaya mendadak. Ada pula yang usahanya laris dan ramai dikunjungi pembeli.

Lalu muncullah kasak-kusuk di antara pesaing-pesaingnya.

Ada yang menuduh usahanya berhasil karena meminta pesugihan di Gunung Kawi. Ada lagi yang berkisah orang itu melakukan ritual di laut selatan mengundang Nyi Blorong. Ada pula tetangga yang menceritakan dia punya tuyul.

Orang yang iri berusaha menjatuhkan mereka yang berhasil dengan menyebarkan berita-berita miring.

Kalau zaman now orang bisa cepat kaya raya seperti sultan karena ada aplikasi binary option. Itulah Tuyul zaman digital. Orang bodoh gampang tertipu. Tergiur pengin cepat kaya tanpa kerja keras.

Ketika Tuyulnya terkuak dan tertangkap, para pengikutnya bengong melompong jadi tumbal. Uang bermilyar-milyar yang dikumpulkan dengan kerja keras hilang tanpa bekas oleh setan aplikasi yang cerdas.

Yesus banyak membuat mukjijat. Ia mengusir banyak setan. Bisa jadi di antara kaum Yahudi ada juga dukun, tabib atau orang pintar yang berpraktek mengusir setan.

Yesus dianggap menjadi saingan mereka. Makin banyak orang Yahudi yang percaya dan mengikuti Yesus. Makin tidak sukalah para pesaing-Nya.

Hal ini menimbulkan kecemburuan dan iri hati. Orang-orang itu lalu menyebarkan berita bahwa Yesus mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan. Ada pula mereka yang meminta suatu tanda ajaib dari surga.

Maka Yesus menjawab tuduhan mereka. “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah pasti runtuh.”

Ia mengajak mereka berpikir dengan jernih dan logis.

“Kalau iblis itu terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan?”

Mereka harus berpikir dengan cerdas. Tidak asal menuduh tanpa dasar.

Kalau Bagongnya Ki Seno berkata kepada Sengkuni, “Cangkem ki ngomong ora waton njeplak Ni.”

Yesus memukul balik lawan-lawannya yang menuduh tanpa bukti. Kuasa Yesus berasal dari Allah. Ia tidak membutuhkan bantuan dari kuasa setan. Sabda-Nya penuh kuasa dan wibawa.

Hasilnya adalah untuk kebaikan dan keselamatan banyak orang. Kalau kuasa setan biasanya hanya untuk diri sendiri dan mengorbankan orang lain, jadi tumbal.

Kita juga sering mengalami dicurigai oleh orang karena keberhasilan kita. Dituduh karena KKN-lah, senang cari muka, cari panggung atau pengin dipujilah.

Orang yang tidak suka bisa menyebarkan berita miring kemana-mana. Yang harus kita buat hanyalah tetap konsisten melakukan kebaikan dengan tulus tanpa pamrih.

Tidak perlu terpengaruh oleh cerita-cerita orang iri dan cemburu. Tetap konsisten dengan komitmen kita sendiri

Pergi ke India lewat Afganistan,
Mencoba mendaki puncak Everest.
Orang iri selalu ingin menjatuhkan,
Ia tidak suka melihat orang lain sukses.

Cawas, singkirkan rasa irihati….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

Renungan Mingguan

The playlist identified with the request's playlistId parameter cannot be found.