Arjuna Kena Batunya.

SELURUH dunia mengakui Arjuna piawai dalam memanah. Ketampanannya bisa meruntuhkan semua wanita, bahkan bidadari di Kahyangan banyak yang mendamba menjadi istrinya.

Hal ini yang membuat Arjuna jumawa tak ada yang bisa mengalahkannya.

Suatu kali ada seorang bernama Palgunadi menantang Arjuna bermain panah. Arjuna merasa disepelekan, ada orang berani menantang dirinya. Langsung disanggupi untuk berolah ketrampilan memanah.

Selama ini tak ada yang bisa mengalahkannya. Arjuna pernah mempermalukan Karna di dalam suatu pertandingan.

Ketika itu Karna secara kurang ajar ingin mempermalukan Arjuna. Dia membidik buah dada Srikandi, sehingga kutangnya sobek oleh panah Karna.

Tidak terima istrinya diperlakukan demikian, Arjuna memandu Srikandi melepaskan anak panahnya. Ia membidik wajah Karna.

Anak panah yang melesat itu bisa mencukur kumis Karna, tetapi hanya separohnya. Karna lari tersipu-sipu karena kumisnya hilang separoh.

Palgunadi dan Arjuna menarik anak panah dari busur masing-masing. Segala benda baik yang diam maupun yang bergerak, yang besar maupun yang kecil, yang berjalan hingga yang terbang terkena anak panah mereka.

Panah Palgunadi selalu tepat sasaran. Semua orang bertepuk tangan mengagumi kemampuan Palgunadi. Arjuna tertunduk malu karena kalah.

“Siapakah gurumu ki sanak sehingga engkau terampil memanah?” tanya Arjuna.

Palgunadi menipu dengan menjawab, “Guruku tiada lain adalah Resi Durna.”

Dulu Palgunadi pernah mendaftar sebagai murid Durna, tetapi ditolak karena Palgunadi bukan dari kelompok bangsawan.

Ia lalu membuat patung Durna untuk dapat belajar keahlian memanah dan berhasil.

Arjuna memprotes Durna karena memberi ilmu memanah lebih baik kepada Palgunadi. Ia iri kepada Palgunadi dan minta kepada Durna agar membuat tipu daya bagaimana mengalahkan Palgunadi.

Karena bisa mengalahkan Arjuna, Palgunadi diterima sebagai murid Durna.

Suatu kali untuk menguji kesetiaannya sebagai murid kepada guru, Durna minta supaya jempol kanan Palgunadi dipotong. Palgunadi menuruti perintah gurunya.

Tanpa jempol kanan, keahlian Palgunadi memanah jadi berkurang. Ketika Arjuna menantang untuk bertanding lagi, Palgunadi kalah dan terbunuh oleh panah Arjuna.

Anggraini, istri Palgunadi menangisi kematian suaminya. Anggraini adalah putri yang sangat cantik. Arjuna ingin menjadikannya sebagai istri.

Namun Anggraini dengan marah menolak. Baru kali ini ada seorang wanita yang berani menolak cinta Arjuna. Semua perempuan bertekuk lutut di bawah kakinya.

“Tidak sudi aku menjadi istri seorang ksatria yang sombong dan licik seperti engkau. Aku tidak silau pada ketampananmu. Tak ada artinya sama sekali bagiku. Aku akan tetap setia pada suamiku sampai mati.”

Anggraini lalu menusukkan “patrem” ke tubuhnya dan mati bersama Palgunadi.

Arjuna terpaku. Selama ini ia merasa diri paling hebat sebagai “lelananging jagat,” namun ia tercampak dan ditolak oleh seorang wanita bernama Anggraini.

Yesus menyatakan perumpamaan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain.

Orang Farisi dan pemungut cukai berdoa di Bait Allah. Orang Farisi itu menyombongkan diri kepada Allah. Sedang si pemungut cukai mengakui diri sebagai orang berdosa. “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.”

Pemungut cukai itu dipandang sebagai orang yang dibenarkan di hadapan Allah. Sebab barang siapa meninggikan akan direndahkan, dan barang siapa merendahkan diri akan ditinggikan.

Ajaran Yesus jelas, jangan pernah menyombongkan diri dan menganggap orang lain lebih rendah dan hina, terus bertindak semena-mena terhadap mereka. Marilah kita merendahkan diri di hadapan Tuhan dan sesama.

Ketampanan Arjuna tidak ada artinya,
Hancur luluh oleh Anggraini si jelita.
Orang besar mulut akan kena batunya,
Tersandung sendiri oleh kata-katanya.

Cawas, jangan menyombongkan diri….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr