by editor | Apr 29, 2019 | Renungan
KALIMAT terbuka ini mengundang kita berdiskusi panjang lebar semalam suntuk pun tak akan berhenti. Kalimat ini mengandung unsur “cangkriman”atau “samudana”. Disebut cangkriman karena mengandung unsur pertanyaan yang bisa diperbincangkan secara terbuka.
Carilah pokok atau inti dari kangkung? Bernuansa “samudana” atau perumpamaan karena ungkapan itu hanyalah kiasan seseorang yang mendalami hidup rohani, mencari kesejatian hidup. Seperti Werkudara mencari jatining urip/kehidupan kekal, kita semua sedang berziarah menuju kehidupan abadi.
Yesus berkata, “Angin bertiup kemana ia mau; engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu darimana ia datang atau kemana ia pergi”. Betapa tidak mudahnya memahami misteri ini. Susahnya mencari inti yang ada di dalam ruas kangkung.
Dalamnya kangkung itu hampa, kosong. Hanya ada angin. Seperti angin, dia ada tapi tidak kelihatan. Begitu pun Roh ada, tetapi tidak nampak. Nikodemus pun mengalami kesulitan.
Nikodemus hanya melihat hal-hal yang kasat mata, duniawi semata tetapi tidak melihat hal-hal yang surgawi. Yesus berkata, “Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?”
Yesus memberi kesaksian atas dasar relasiNya dengan Bapa di surga. Ia berasal dari Bapa. “Tidak ada seorang pun yang telah naik ke surga, selain Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak Manusia”. Yesus menegaskan “sangkan paraning dumadi”.
Ia berasal dari Bapa dan akan kembali kepada Bapa. Misi kedatangan Yesus ke dunia adalah “supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal”.
Sebagaimana Werkudara setelah memahami asal muasal dan tujuan hidupnya, ia berperang sebagai ksatria demi menyelamatkan rakyatnya. Begitu pun Yesus menyelamatkan manusia dari dosa dengan ditinggikan di kayu salib.
Yesus mengetahui bahwa Ia berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Dengan salib, Yesus naik kepada Allah. Ia telah turun dari surga untuk menyelamatkan kita. Kita akan memperoleh hidup kekal kalau kita percaya kepadaNya.
Daging kambing dibungkus daun pepaya
Jadi empuk enak dimasaknya
Yesus bangkit mulia dengan jaya
Kita selamat karena percaya kepadaNya
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Apr 29, 2019 | Renungan
PENGHAYAT aliran kebatinan sering berdiskusi atau sharing tentang “Sangkan Paraning Dumadi”. Sangkan itu berarti asal muasal. Paran artinya tujuan. Dumadi berarti segala kehidupan makhluk yang terjadi. Sangkan paraning dumadi berarti dari manakah asal kehidupan ini dan akan menuju kemanakah segala sesuatu yang hidup ini.
Dalam tradisi orang beriman dipercaya bahwa manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah. Manusia diciptakan oleh Allah dan akan kembali kepada Allah Sang Pencipta.
Dalam Injil, Nikodemus seorang tokoh Farisi datang kepada Yesus untuk berdialog dan memperdalam tentang kerohanian. Nikodemus adalah salah seorang pemimpin agama Yahudi. Dia datang pada waktu malam. Ada dua kemungkinan dia memilih waktu malam.
Supaya tidak diketahui oleh orang-orang Yahudi karena selama ini ada konflik antara Yesus dan tokoh-tokoh agama Yahudi. Bisa juga berbicara tentang kebatinan harus tersedia waktu yang leluasa, sepi, longgar tanpa diganggu oleh kesibukan apapun.
Tema yang dibicarakan sungguh mendalam yakni tentang kelahiran kembali. Yesus langsung pada pokok masalah, “Jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah”. Nikodemus memandangnya secara harafiah, “Bagaimana mungkin seorang dilahirkan kembali kalau ia sudah tua?”.
Yesus mengajak masuk ke hal yang lebih dalam. Dilahirkan dari air dan Roh. Yang lahir dari daging adalah daging. Yang lahir dari Roh adalah roh. Nikodemus ternyata hanya ahli mempelajari Alkitab tetapi tidak mendalami isinya.
Ketika Yesus dibaptis di sungai Yordan, turunlah Roh Allah seperti burung merpati dan terdengar suara dari surga, “Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan”. Pembaptisan berarti lahir kembali dari air dan Roh.
Dengan pembaptisan kita diangkat menjadi anak-anak Allah. Kalau kita ini anak-anak Allah, maka boleh menjadi ahli waris Kerajaan Allah. Tentu saja syaratnya adalah hidup seturut kehendak Allah.
Yang penting adalah sikap hidup kita yang dibimbing oleh Roh Kudus. Orang yang hidup menurut Roh menghasilkan buah-buah Roh. Roh Kudus membawa kita untuk hidup dalam kebenaran. Hidup dalam kebenaran sering menghadapi penderitaan.
Seperti para murid, mereka berani menanggung derita demi kebenaran oleh Roh (Bacaan I). Orang yang setia oleh bimbingan Roh Kudus, berjuang demi kebenaran, merekalah yang akan masuk Kerajaan Allah.
Menggiring sapi untuk membajak sawah
Sapi berlari makan rumput tetangga
Baptisan bukan jaminan masuk Kerajaan Allah,
Kalau hidup kita tidak mencerminkan kasih Bapa.
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Apr 27, 2019 | Renungan
“PASTOR, saya takut lewat kuburan” kata seorang pemuda yang berperawakan gagah. “Lho kenapa kok takut?” tanya saya. “Di sana angker, ada hantu” jawabnya. “Kamu pernah melihat atau ketemu hantu?” saya tanya lebih lanjut.
“Belum sih”. “Darimana kamu tahu kalau di sana ada hantunya?” saya coba menyelidik. “Dari cerita orang, Pastor”. “Kamu percaya cerita mereka lalu takut gak berani lewat malam-malam ya?”
Pemuda itu belum pernah melihat namun percaya akan cerita orang bahwa di kuburan itu ada hantunya, sehingga dia takut dan tidak berani pergi melewati kuburan itu. Keyakinannya bahwa di kuburan ada hantu membuat dia tidak berani kemana-mana. Ia menjadi lumpuh tak bergerak, tak mau buat apa-apa.
Sebaliknya, dalam bacaan Injil, Tomas tidak mau percaya kalau tidak melihat sendiri. Teman-temannya bercerita bahwa mereka sudah melihat Tuhan. “Kami telah melihat Tuhan”, kata murid-murid yang lain kepadanya. Tetapi Tomas menjawab,
“Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya, dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu, dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungnya, sekali-kali aku tidak akan percaya”.
Tuhan menjawab ketidakpercayaan Tomas dengan datang langsung menemuinya. Dengan melihat secara fisik, Tomas baru percaya.
Yesus menegaskan bahwa percaya itu bukan karena pengalaman inderawi – melihat, meraba, menyentuh saja – tetapi lebih-lebih pengalaman batin untuk menyerahkan secara total kendati belum mengalami. Maka Yesus berkata, “Berbahagialah yang tidak melihat namun percaya”.
Sayangnya pemuda yang gagah tapi tidak berani tadi, percaya pada hantu yang menakutkan. Seandainya dia percaya pada Yesus yang memberi hidup, pastilah dia akan mengalami kebahagiaan, bukan ketakutan. Contoh orang yang percaya adalah Abraham dan Maria. Abraham tetap menyerahkan diri kepada Tuhan kendati tidak jelas.
Maria tetap percaya 100% kepada Allah kendati dia harus mengikuti jalan salib Puteranya. Maria tidak pernah minta bukti, ia yakin Allah tidak pernah tidak setia.
Memang ada orang-orang seperti Tomas. Hanya Tuhan sendiri yang bisa menjawab ketidak-percayaannya. Tuhan Yesus datang dan berkata, “Taruhlah di sini dan lihatlah tanganKu… Jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah”.
Beli lipstik warnanya biru
Dipakai untuk hajatan pesta
Walau tidak pernah melihat hantu
Tapi kenapa kita mempercayainya?
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Apr 26, 2019 | Renungan
PADA tangal 17 April 2019 seluruh rakyat Indonesia mencoblos untuk pilpres dan pileg serentak. Pada hari itu ada beberapa lembaga survey yang mengadakan penghitungan cepat atau Quick Count. Setidaknya ada 6 lembaga survey independent yang secara terbuka mengadakan penghitungan cepat.
Mereka sudah punya pengalaman mengadakan hitung cepat. Metode scientificnya tak perlu diragukan lagi. Dari beberapa pengalaman, hasil akhir mereka tidak terlalu terpaut jauh dengan hasil KPU. Namun anehnya ada kelompok yang masih meragukan, tidak percaya dengan kinerja mereka.
Waktu pilpres 2014 lembaga-lembaga survey yang bikin hitung cepat diaudit oleh asosiasi lembaga survey. Mana lembaga yang kredibel, transparan, ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. 6 lembaga yang saat ini mengadakan penghitungan cepat termasuk yang kredibel.
Meragukan dan tidak percaya kepada lembaga survey yang kredibel berarti meragukan metode penelitian dan logika berpikir secara ilmiah. Kalau dengan cara ilmiah seperti itu orang tidak percaya, lalu dengan cara apa lagi kelompok itu harus diyakinkan?
Dalam bacaan Injil hari ini, ada orang-orang yang selalu mengiringi Yesus tidak mau percaya ketika diberitahu bahwa Yesus hidup. Mereka diberitahu oleh Maria Magdalena. Mereka tidak percaya. Pikir mereka, hanya omong kosong kaum emak-emak yang tidak berdasar. Dua orang murid dari Emaus juga melihat Yesus.
Namun mereka tetap tidak percaya. Akhirnya Yesus menampakkan diri kepada kesebelas muridNya. Yesus mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitanNya.
Yesus mengutus mereka, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk!” Tugas ini diberikan kepada semua murid tanpa terkecuali. Kita pun juga mendapat perutusan yang sama. Sudahkan kita pergi dan memberitakan Injil?
Ada banyak orang menantikan warta kabar gembira di belahan dunia, pedalaman daerah perbatasan. Apa tanggapan kita atas perintah Yesus ini?
Ayo menyanyi lagu ini, biar kita sadar kalau diutus :
Yesus mengutus muridNya pergi berdua-dua.
Masuk keluar kota menjelajah semua desa.
Bawa kabar gembira bagi yang miskin papa
Di tangan Sang Pencipta semua kan dapat berkah.
Siapa yang suka sate kuda
Carilah di utara Tugu Jogja
Pergi kemana saja
Kita diutus bawa kabar bahagia
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Apr 26, 2019 | Renungan
SAYA masih ingat dengan sharing Pak Bosran mengenai perikope ini. Waktu dia bertugas sebagai katekis di Tanjung, dia berhasil membaptis banyak orang karena percaya kepada Yesus. Dia bercerita bahwa Yesus itu orang yang hebat.
Bagaimana tidak? Yesus itu bukan berlatar belakang nelayan, tetapi anak tukang kayu. Tetapi kata-kataNya sangat berwibawa. Buktinya? Dia yang tidak tahu apa-apa tentang dunia nelayan, tetapi memerintah murid-muridNya yang sebagian besar adalah nelayan.
Sepanjang malam Petrus dan teman-temannya berlayar menangkap ikan, tetapi tidak mendapat apa-apa. Namun menjelang pagi, Yesus menyuruh mereka menebarkan jala di sebelah kanan perahu. Hasilnya? Mereka manangkap 153 ekor ikan!!
Kehebatan yang lain adalah menebarkan jala di sebelah kanan perahu. Biasanya orang melemparkan jala itu di sebelah kiri. Ini adalah cara atau metode yang tidak biasa. Cara pikir out of the box. Tidak menggunakan model yang sudah-sudah, yang umum, yang biasa saja, tetapi keluar dari kebiasaan, cara baru, trial and error, berani mencoba sesuatu yang tidak umum. Hasilnya sungguh luar biasa!
Yesus mengajak para murid menemukan cara-cara baru dalam menjalani kehidupan. Jangan merasa nyaman dengan apa yang sudah ada. Harus berani keluar dari zona nyaman. Ketika Yesus tidak bersama mereka, kehidupan kembali ke awal yakni menjadi nelayan lagi. Menghidupi kembali cara lama. Dan hasilnya tidak ada sama sekali.
Ketika Yesus hadir di dalam kehidupan mereka, Yesus menawarkan cara-cara baru. Keluar dari kebiasaan-kebiasaan lama. Berani trial and error, mau jatuh bangun dan terus mencoba yang baru. Kehidupan ini layaknya seperti sebuah perahu yang mengarungi samudera luas.
Ketika Tuhan tidak bersama kita, apa pun usaha kita terasa berat dan sia-sia. Namun jika Tuhan di dalam perahu kita, ombak badai sebesar apa pun tidak akan memggoyahkan karena kita bersama Tuhan. Nakhoda yang hebat justru lahir dari lihainya dia mengatasi berbagai gelombang di laut.
Banyak orang hebat muncul justru karena dia berhasil mengatasi aneka kesulitan dan tekanan. Orang berani mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Sudahkah kita berani percaya kepada Yesus ?
Ingat syair lagu yang bagus ini ?
O kawula punika palwa upaminya. Alit tur tan prakosa ngambah ing samudra.
Dipun tempuh prahara lan aluning samudra. Dhuh Dewi Maria, pangayoman amba.
Makan soto campur uritan usus
Minumnya es bunag mangga
Di dalam Nama Tuhan Yesus
Semua kan baik-baik saja.
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr