Puncta 22.12.20 / Lukas 1:46-56

 

“Mulan, Mengangkat Martabat Bangsa”

“HANYA prajurit sejati yang bisa mengangkat derajat keluarga,” kata komandan Tung, sekaligus pelatih Mulan. Kemudian Mulan dengan tegas dan berani menjawab, “Akulah yang akan mengangkat dan membela derajat dan martabat bangsa kita.”

Pada waktu itu kekaisaran China diserang oleh Bangsa Hun. Kaisar memerintahkan setiap keluarga mengirim seorang laki-laki untuk maju berperang. Di keluarga Mulan, hanya ada ayahnya yang sudah tua dan sakit. Mulan, gadis muda cantik yang sedang tumbuh pergi menyamar sebagai laki-laki untuk menggantikan ayahnya. Ia membawa baju perang dan senjata milik ayahnya untuk bergabung dengan prajurit angkatan darat.

Dengan gagah berani ia bertempur di garis depan. Kariernya menanjak. Ia berhasil mengalahkan musuh-musuhnya. Ia berjuang menjaga harkat dan martabat keluarga dan bangsanya. Setelah duabelas tahun menjadi panglima perang, ia pensiun dan memutuskan pulang ke kampung halamannya. Ia menolak mendapat penghormatan tertinggi dalam kekaisaran. Ia lebih memilih kembali ke kampungnya dan hidup dalam damai sebagai wanita biasa.

Dalam Injil hari ini, Maria mengungkapkan kidung Magnificat. Dalam kidung itu tertuang bagaimana Allah meninggikan orang lemah hina dina. Hamba yang rendah tidak diperhitungkan, malah diberi tempat yang tinggi. Allah maha adil membela orang-orang kecil. Mereka yang sombong berkuasa diturunkan dari tahtanya.

Maria sebagai gadis hina sederhana ditinggikan oleh Allah untuk membukakan mata orang-orang congkak berkuasa. Maria adalah gambaran orang-orang yang tidak diperhitungkan, tetapi dipakai oleh Allah untuk menyadarkan orang sombong, congkak, angkuh sok kuasa.

Maria menjadi gambaran kaum kecil lemah miskin yang dikasihi Allah. Ia mengabdi untuk mengangkat derajat dan martabat manusia. Maria berani mengatakan “YA” untuk menjawab panggilan Tuhan. Dengan begitu, ia mengangkat manusia yang berdosa menuju manusia bermartabat sebagai anak-anak Allah dalam Yesus.

Tuhan memakai Maria yang lemah untuk menurunkan mereka yang sombong berkuasa. Seperti Mulan gadis lemah berjuang mengangkat martabat keluarga untuk mengalahkan musuh-musuhnya. Tuhan bisa memakai siapa pun – termasuk kita – untuk membawa keselamatan dan kesejahteraan.

Perut terasa mual karena salah makan.
Dibuat kenyang jangan sampai kelaparan.
Karena Tuhan, orang lemah ditinggikan.
Orang congkak sombong direndahkan.

Cawas, wanita hebat……
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 21.12.20 / Lukas 1:39-45 / Berbagi Sukacita

 

AWAL Desember yang lalu, saya mengirim komuni kepada para lansia dan orang sakit di lingkungan-lingkungan. Sejak munculnya covid, mereka tidak dapat ikut misa di gereja. Para lansia yang biasanya rajin ke gereja, karena ada pandemi, tidak dapat berkumpul di gereja, mengikuti perayaan ekaristi.

Para prodiakon memang setiap minggu mengirim komuni. Tetapi ketika romo sendiri yang melayani mereka, mereka sangat bersukacita. “Sampun kapang pengin sowan Gusti, romo.” Sudah rindu ingin mengikuti ekaristi di gereja, begitulah ungkapan mereka.

Menerima kunjungan sapaan dari gembalanya, sungguh mengobarkan semangat iman mereka. Saya juga ikut bergembira melihat mereka mengalami sukacita. Saya hanya bisa mendengarkan cerita-cerita mereka. Menghibur sambil menjelaskan situasi pandemi ini yang belum memungkinkan kita semua untuk berkumpul.

Saking gembiranya dikunjungi romo, mereka menjamu dan memberi oleh-oleh buat saya. Ada yang memberi pisang rebus, ubi, tiwul, tempe bacem, sambel goreng krecek. Bahkan tidak diduga dan disangka, Pak Dedi memberi saya sepeda Gazelle kuno yang jadi koleksinya.

“Silahkan romo pilih yang mana, saya merasa bersyukur karena romo berkunjung mengirim komuni di keluarga saya.”

Hari ini Maria mengunjungi Elisabet saudaranya yang sedang mengandung. Ia masuk ke rumah dan memberi salam. Ketika mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya. Lalu Elisabet pun dipenuhi Roh Kudus dan bersukacita. Juga anak yang di dalam rahimnya melonjak kegirangan.

Maria datang membawa sukacita. Sukacita itu mengalir dan menular kepada semua yang ada. Elisabet dan anak yang dikandungnya pun merasakan kegembiraan. Kegembiraan yang dibagikan akan bergulung seperti bola salju. Semakin membesar dan mempengaruhi lingkungan sekitarnya.

Mari kita bersukacita karena Tuhan mengasihi kita dalam Yesus. Yang paling penting kita dulu harus mempunyai sukacita itu. Baru kemudian kita bagikan kepada orang lain. Mungkin hanya kunjungan, sapaan, senyuman, itu akan mengalirkan sukacita kepada orang lain.

Terlihat Merapi Merbabu di kejauhan.
Ditutupi bunga hijau dan dedaunan.
Kalau kita mau berbagi kegembiraan.
Dunia terasa indah penuh kedamaian.

Cawas, sapaan mendebarkan….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 20.12.20 / Lukas 1:26-38 / Fiat Voluntas Tua

 

KETIKA suaminya sedang pergi ke TPS untuk mencoblos, seorang ibu tega membunuh tiga anaknya yang masih balita. Peristiwa itu terjadi di desa Banua Sibohou, Nias Utara. Ibu berinisial MT (30) membunuh tiga anaknya sendiri dengan motif kesulitan ekonomi. Kemiskinan dan himpitan ekonomi sering membuat suami istri itu bertengkar. Tidak kuasa menahan kesulitan yang diderita, ibu itu bertindak nekat. Bahkan dia sendiri juga berniat bunuh diri setelah melakukan perbuatan keji itu. Beban derita dan himpitan persoalan sering membuat gelap mata. Orang mudah mencari solusi jalan pendek.

Bunuh diri bukanlah jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit setiap orang. Tukang gembok pasti menyediakan kuncinya. Begitu pun setiap permasalahan, pasti ada jalan keluarnya. Mengakhiri hidup bukan kunci menyelesaikan sebuah persoalan dan beban derita.

Maria seorang perawan muda dihadapkan pada suatu permasalahan yang pelik. Ia mendapat berita menggembirakan sekaligus membebani dirinya. Malaikat itu berkata, “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.”

Maria bingung karena ia belum bersuami. “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Persoalan ini pasti sungguh berat. Sebagai seorang perempuan, pastilah ia bercita-cita menjadi ibu yang wajar dan normal. Tidak dengan cara di luar pikiran manusia sederhana ini. Rencana Tuhan memang sering tak terjangkau oleh pikiran manusia yang serba terbatas.

Menghadapi kesulitan dan beban hidup yang berat itu, Maria tidak menghindar. Kendati masa depan masih gelap, namun ia percaya pada rencana Tuhan. Ia berani menyerahkan diri dan berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu.”

Tuhan pasti mahatahu. Seberapa kekuatan dan daya tahan kita. Tuhan tidak akan menumpangkan beban di pundak melebihi batas kekuatan kita. Di luar kemampuan kita, Tuhan pasti bertindak. Tuhan selalu siap mengulurkan tangan untuk menolong.

Kepasrahan dan kepercayaan seperti Maria itulah yang menguatkan. Berlindung pada kebaikan Allah itu saja yang membuat kita bisa melintasi jalan sulit dan terjal. Mari bersama Maria kita berseru kepada Tuhan, “Fiat Voluntas Tua.”

Menjentik butir kacang dengan jari dua.
Dimasukkan ke mulut yang sudah menganga.
Janganlah kita lunglai dan putus asa.
Bersama Maria kita bisa menanggung derita.

Cawas, pakai dua jari….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 19.12.20 / Lukas 1:5-25 / Kelahiran Anak Membawa Sukacita

 

SETIAP pasangan suami istri pasti mengharapkan kelahiran seorang anak di dalam keluarga. Ada pasangan yang harus menunggu lama, baru dikaruniai keturunan. Setiap orangtua berharap diberi “momongan” oleh Tuhan. Betapa sedihnya jika belum mendapatkan keturunan. Bahkan ada yang putus asa dan tak bersemangat dalam hidup. Anak adalah mahkota bagi pasangan suami istri.

Adalah Maria Rosaria Veneruso dan Enzo suaminya merasa sangat bahagia. Betapa tidak, penantian lama akan hadirnya seorang anak itu akhirnya terwujud ketika Maria melahirkan anak pertamanya pada usia 61 tahun. Bayi seberat 3,5 kg itu lahir secara alami tanpa intervensi medis tambahan di sebuah rumah sakit Campania, barat daya Italia.

“Saya telah memenuhi impian saya. Masa depan tidak membuat saya takut,” ujarnya, dikutip dari Kidspot.

Tuhan dapat diandalkan. Bagi orang yang percaya, tidak ada hal yang mustahil. Tuhan selalu bertindak tepat pada waktunya. Kegembiraan suami isrti itu sangat luar biasa. mereka selalu bersyukur kepada Tuhan.

Bacaan hari ini menggambarkan kisah kelahiran Simson dan Yohanes Pembaptis. Ibu mereka dipandang sebagai perempuan mandul. Elisabet sendiri sudah uzur. Tak mungkin bisa melahirkan anak. Tetapi Manoah dan Zakharia selalu berdoa di bait Allah. Zakharia hanya “melongo” tidak percaya ketika malaikat mengabarkan bahwa Elisabet akan mengandung.

“Bagaimanakah aku tahu bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua, dan istriku pun sudah lanjut umurnya.” Memang untuk percaya itu tidak mudah. Butuh ketulusan dan penyerahan diri kepada Allah.

Allah tidak pernah ingkar akan janji-Nya. Pada saatnya Dia akan bertindak. Ketika itu kita baru menyadari bahwa Allah sungguh bekerja. Demikianlah Elisabet menyadari anugerah Allah dengan berseru, “Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku! Sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang.”

Jika kita tetap percaya, Allah akan bertindak tepat pada waktunya. Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Mari kita tetap percaya kendati belum ada kepastian yang jelas.

Memilih nasi padang atau bubur.
Sama-sama enak dinikmati berdua.
Allah mengasihi orang tulus dan jujur.
Dia akan bertindak pada waktunya.

Cawas, bubur yang lembut…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Menyambut Natal ditengah Pandemi

Tak terasa kita telah melewati Minggu ketiga Adven, yang artinya tak lama lagi Natal pun segera datang. Natal berasal dari bahasa Portugis yang berarti kelahiran. Natal merupakan hari raya kelahiran Yesus Kristus yang diperingati umat Kristen setiap tanggal 25 Desember. Natal dirayakan dalam ibadat pada malam tanggal 24 Desember dan 25 Desember.

Menjelang perayaan Natal, biasanya gereja-gereja mulai sibuk dengan berbagai kegiatan dan tradisi perayaan natal, seperti : menghias pohon Natal, melakukan perjamuan makan bersama, maupun aksi solidaritas natal. Sudah menjadi tradisi di dalam Gereja dalam menyambut Natal yang biasanya selalu meriah dan penuh sukacita.

Namun kita semua mengetahui bahwa kondisi masyarakat dunia di tahun ini sangatlah berbeda dibandingkan tahun sebelumnya. Pandemi Virus Covid-19 yang tak kunjung berakhir menjadi penyebabnya. Sudah kira-kira 10 bulan lamanya Virus Covid-19 atau yang biasa kita sebut virus corona ini menyerang berbagai daerah di Indonesia. Selama itu pula, banyak sekali aspek-aspek kehidupan kita terganggu dan mengalami perubahan secara drastis.

Sejak virus corona ini menyebar di Indonesia dan pertambahan kasus orang yang positif semakin banyak. Pemerintah mulai menerapkan berbagai kebijakan untuk mencegah virus ini agar tidak terjadi peningkatan yang signifikan. Pada awal pandemi ini berlangsung, pemerintah mulai menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), jaga jarak, pengecekan suhu di ruang publik, gerakan mencuci tangan, dan masih banyak lagi.

Kehadiran virus corona ini pun mempengaruhi kehidupan kita sebagai umat beragama. Kita tahu bahwa sejak berkembangnya virus ini di awal tahun 2020, seluruh gereja ditutup. Seluruh kegiatan peribadatan dan misa dilakukan secara virtual melalui Youtube. Menjelang pertengahan tahun, gereja sudah mulai kembali mengadakan misa dengan menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat dan juga membatasi umat yang hadir dalam setiap misa.

Tak berbeda dengan Misa Perayaan Natal yang sebentar lagi akan segera tiba. Kemeriahan untuk menyambut kelahiran Sang Juru Selamat kali ini harus dirayakan dengan cukup berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19, banyak dari kita yang memilih untuk melakukan misa virtual dari rumah saja.  Walaupun ada beberapa dari kita yang bisa melakukan misa secara langsung, namun tetap saja jumlah umat yang diperbolehkan hadir secara langsung di Gereja tetap dibatasi.

Lantas apakah hal ini harus mengurangi sukacita kita untuk menyambut Natal ? Tentu saja tidak. Walaupun kita semua memiliki kesedihan karena tidak bisa merayakan Natal dengan meriah atau pun dengan beramai-ramai, kita tetap harus menyambut kehadiran Tuhan Yesus dengan sukacita dan syukur yang sama besarnya. Justru dengan adanya kemelut dan kesulitan-kesulitan hidup yang kita alami sejak pandemi ini berlangsung, kita harus memperbesar harapan kita terhadap pertolongan Kristus.

Di masa pandemi ini kita didorong untuk tetap bersyukur dan menyambut Tuhan dengan rendah hati, tanpa perlu acara-acara meriah, tanpa perlu pesta-pesta natal. Namun kita diajak untuk menyambut tuhan dengan kesederhanaan seperti Yesus yang lahir di dalam kandang. Yesus akan tetap datang dan hadir ke dalam hidup kita tanpa kita harus melakukan penyambutan yang mewah. Yang terpenting pada saat ini adalah bagaimana kita mempersiapkan hati kita dengan penuh syukur dan penuh sukacita untuk merayakan kedatangan Tuhan Yesus ditengah kesederhanaan dan kesulitan yang kita hadapi di masa pandemi ini.

Syukur adalah sebuah ungkapan rasa berterima kasih kita kepada Tuhan yang telah memberikan kita berbagai anugerah dan kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya. Lalu apakah artinya bersyukur di tengah keprihatinan banyak orang di sekitar kita karena pandemi? Tentu saja di tengah masa seperti ini kita diajak berkaca kembali untuk mengucapkan rasa terimakasih kita atas hal-hal sederhana yang telah diberikan Tuhan seperti anugerah kehidupan, anugerah kesehatan, masih memiliki rejeki yang cukup, dll. Tak hanya itu, sesuai dengan tema masa Adven 2020: “Orang Katolik yang semakin erat bersatu dengan Kristus dan berbuah kasih”, kita semua diajak untuk bersyukur dengan cara “berbuah kasih”. Kita bisa “berbuah” salah satunya dengan cara berbagi. Terutama di saat pandemi seperti ini dimana situasi ekonomi memburuk dan banyak orang semakin terpuruk akibat penyakit dan kehilangan pekerjaan, kita diajak mengungkapkan syukur kita dengan berbagi berkat. Kita diajak untuk berbagi dan menghasilkan buah-buah kasih yang dapat menolong sesama kita dan dengan cara itu jugalah kita menyambut kehadiran Tuhan Yesus.

Marilah dengan sukacita kita menyambut Natal 25 Desember 2020 dan Tahun Baru 1 Januari 2021, dengan semangat memberitakan Injil dan terus mengalami penghiburan dari Kristus untuk saling menguatkan satu dengan yang lain dan untuk semakin berbuah kasih. Marilah kita mewarnai Perayaan Natal dan Tahun Baru ini dengan kesederhanaan tetapi dengan limpah sukacita dan penuh rasa syukur, sambil kita terus berdoa bagi seluruh warga bangsa Indonesia agar terbebas dari pandemi Covid-19, agar bangsa kita segera pulih dari berbagai macam kesulitan dan permasalahan yang terjadi di berbagai aspek kehidupan kita.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Written by : Gisella