Renungan Harian

Puncta 03.03.22 || Kamis Sesudah Rabu Abu || Lukas 9: 22-25

 

Kisah Heroik Sousa Mendes

PADA 19 Oktober 2021 silam Pemerintah Portugal memberi penghormatan resmi kepada Aristides de Sousa Mendes, diplomat Portugal yang menyelamatkan ribuan orang Yahudi dari pengejaran dan pembantaian Nazi di Perancis.

“Tanpa mempedulikan keselamatannya sendiri dan keluarganya, dia rela mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan ribuan orang Yahudi di Bordeaux (Perancis) agar bisa melarikan diri dari serbuan Nazi,” ungkap Chanan Tigay dalam tulisannya di Smithsonian Magazine.

Menjelang PD II banyak orang Yahudi keluar dari Jerman dan mengungsi di Perancis. Sousa Mendes tergerak untuk menolong mereka yang terancam nyawanya.

Ia minta ijin ke Diktator Salazar namun ditolak. “Resucados Vistos” artinya visa ditolak.

Namun suara hatinya berkata ia harus menyelamatkan mereka. Maka tanpa ijin atasannya, dia menandatangani ribuan visa bagi Kaum Yahudi agar bisa masuk Portugal.

Ia dikejar waktu karena tentara Nazi mulai memasuki Perancis. Kalau tidak cepat-cepat dia bisa dibunuh Nazi karena melindungi buronan.

Kalau menolong, dia bisa kehilangan jabatan dan dikucilkan oleh diktator Antonio de Oliveira Salazar.

“Saya akan mengeluarkan visa kepada siapa saja yang memintanya.” katanya. “bahkan jika saya diberhentikan, saya hanya bisa bertindak sebagai seorang Kristen, seperti yang dikatakan hati nurani saya, untuk membebaskan semuanya demi kemanusiaan”.

Ia juga membantu membuatkan visa di kota Bayonne, perbatasan Spanyol dan Portugal. Ia buka gerbang perbatasan bagi para pengungsi.

Ia tidak menyayangkan nyawanya. Ada 20.000-an pengungsi dari perbatasan Spanyol masuk ke Portugal.

Ia dikucilkan rezim Salazar karena sering melanggar perintah. Jasanya tidak dikenang. Dia dicopot dari jabatannya sebagai diplomat.

Baru Oktober 2021 kemarin Sousa Mendes diberi penghormatan resmi oleh pemerintah.
Karena jasanya puluhan ribu orang diselamatkan.

Yesus berkata, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barang siapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?”

Berani memikul salib dan tidak menyayangkan jiwanya sendiri itulah syarat orang yang mau menjadi murid Kristus.

Tuntutan itu sangat berat. Memang demikianlah jika orang mau mengikuti Kristus.

Dalam situasi yang berbeda, kita kadang juga harus menghadapi masalah yang berat antara memilih Kristus dan kemanusiaan atau nasib diri sendiri.

Disitulah letaknya kita menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Kristus.

Apalah artinya memperoleh seluruh dunia, jika itu membinasakan dan merugikan diri kita?

Lebih baik berani kehilangan tetapi bisa menyelamatkan.

Datang berobat kepada tabib,
Karena sering merasa sembelit.
Mari kita berani memikul salib,
Tanda kita taat sebagai murid.

Cawas, menyangkal diri…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

Puncta 02.03.22 || Rabu Abu, Pantang dan Puasa || Matius 6: 1-6.16-18

 

Megafon atau TOA

BEBERAPA waktu lalu Menteri Agama mengeluarkan Surat Edaran No. 5 Tahun 2022 tentang pengaturan penggunaan pengeras suara atau TOA di masjid.

Surat Edaran ini ditanggapi berbagai macam. Ada yang pro tetapi ada juga yang kontra.

Pengeras suara atau megafon – kalau di Indonesia sering disebut TOA – ditemukan oleh Pastor Katolik bernama Athanasius Kircher SJ sekitar tahun 1630-an. Keren ya…..ternyata hasil karya seorang pastor itu barang.

TOA adalah merk megafon yang diproduksi oleh TOA Corporation dari Jepang pada tahun 1934. Jadi megafon sudah ada jauh sebelum TOA memproduksinya.

Pabrik TOA melihat peluang pasar yang menguntungkan di Indonesia karena negara ini berpenduduk muslim paling besar di dunia.

Sebagian besar masjid-masjid di pelosok Indonesia menggunakan TOA untuk mengumandangkan suara adzan dan kegiatan doa lainnya.

Maka Surat Edaran Menag itu menimbulkan polemik di tengah-tengah masyarakat.

“Pedoman diterbitkan sebagai upaya meningkatkan ketenteraman, ketertiban, dan keharmonisan antarwarga masyarakat,” kata Menag Yaqut dalam keterangan tertulis, Senin, (21/2/2022).

Yesus juga memberikan pedoman-pedoman bagaimana kita berdoa, beramal dan berpuasa.

Tentang bagaimana berdoa, Yesus berkata; “Apabila kamu berdoa, janganlah kamu berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri di rumah-rumah ibadah dan pada tikungan-tikungan jalan supaya mereka dilihat orang.”

Kalau beramal, Yesus mengatakan, “Apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang-orang munafik di rumah-rumah ibadah dan di lorong-lorong supaya dipuji orang.”

Tentang berpuasa,Yesus juga berkata, “Apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa.”

Apa yang dikehendaki Yesus kalau kita berdoa, beramal atau berpuasa?

“Jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”

“Jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi. Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”

“Apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi.”

Kebaikan itu tidak perlu ditonjol-tonjolkan supaya dilihat orang. Tetapi Allah mengetahui apa yang ada di tempat tersembunyi, dan Dia akan membalasnya kepada kita.

Masa Prapaskah atau masa tobat ini mari kita gunakan untuk berdoa, berpuasa dan beramal kasih tanpa harus dipamer-pamerkan. Bapa akan mengganjarnya dengan berkat melimpah.

Daun-daun gugur di taman doa.
Musim kemarau kayaknya sudah tiba.
Mari kita puasa dengan hati gembira.
Banyak berdoa dan beramal bagi sesama.

Cawas, selamat berpuasa….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

Puncta 01.03.22 || Selasa Biasa VIII/C || Markus 10: 28-31

 

“Tuna Satak Bathi Sanak.”

SALAH satu konsep pedagang angkringan di Jogja bertujuan untuk melestarikan kearifan lokal falsafah Jawa yakni “tuna satak bathi sanak.”

“Satak” artinya sebendel atau segepok uang.

Pepatah ini berarti rugi sejumlah uang tidak masalah, yang penting mendapat banyak teman atau saudara. Lebih baik rugi materi namun lebih untung punya banyak sahabat.

Para pedagang angkringan itu pada awalnya memang ingin menolong para pendatang – umumnya mahasiswa yang dari luar Jawa – agar bisa menimba ilmu dengan nyaman di Jogjakarta.

Mereka tidak mencari untung, rugi sedikit tidak masalah, yang penting punya banyak saudara.

Makanan yang disajikan cukup sederhana dan murah. Kita mengenal ada “sega/nasi kucing.”

Harganya sangat terjangkau oleh kocek mahasiswa kos-kosan. Bahkan kadang mereka boleh hutang dulu, baru dibayar kalau kiriman uang dari ortu sudah datang.

Para pedagang itu mau rugi, yang penting dapat saudara yang banyak. Relasi persaudaraan lebih diutamakan daripada keuntungan material.

Kendati konsep ini sekarang digerus oleh model kapitalis, yang mengembangkan exlusive cafe yang jauh melenceng dari falsafah awal demi mendapatkan persaudaraan, namun
Jogja tetap istimewa.

Angkringan tetap ada di setiap sudut jalan. Semangat “tuna satak bathi sanak” masih bernafas panjang seperti nafas kebaikan dan ketulusan penduduk Jogya.

Lebih baik rugi uang namun punya banyak teman dimana-mana.

Petrus bertanya kepada Yesus, “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Engkau.”

Yesus bukan orang Jawa. Tetapi Dia memperkenalkan konsep-Nya mirip dengan konsep “tuna satak bathi sanak.”

Ia menjawab Petrus, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, barang siapa meninggalkan rumah, saudara-saudari, ibu atau bapa, anak-anak atau ladangnya, pada masa ini juga ia akan menerima kembali seratus kali lipat; rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak-anak dan ladangnya.”

Barang siapa mau berkorban, ia akan menerima kembali seratus kali lipat.

Para murid berkorban dengan meninggalkan segala sesuatu. Yesus menjanjikan kepada mereka akan menerima kembali berlipat-lipat.

Prinsip hidup para pedagang angkringan itu ternyata sangat Injili. Mereka berani tidak untung, merugi, mau berkorban.

Mereka justru mendapatkan banyak saudara dan kemudahan dari mana-mana.

Hidup tidak sekedar memburu uang. Tetapi carilah teman dan saudara sebanyak-banyaknya. Yang lain nanti akan mengikuti di belakangnya.

Jalan-jalan di tengah kota.
Lihat kendaraan pelan jalannya.
Ikut Yesus dijamin bahagia.
Asal mau meninggalkan segalanya.

Cawas, mari ikuti Dia….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

Puncta 28.02.22 || Senin Biasa VIII/C || Markus 10: 17-27

 

Pensiun Dini Pemilik Alibaba.

KABAR yang mengejutkan berasal dari orang terkaya di China, pendiri e-commerce Alibaba yaitu Ma Yun atau Jack Ma.

Ia menjadi simbol kesuksesan di Tiongkok saat ini. Kekayaannya mencapai milyaran dollar karena usahanya yang gigih.

Ketika berada di puncak kesuksesan, ia mengumumkan mengundurkan diri lebih awal. Posisinya akan digantikan oleh Daniel Zhang, CEO Alibaba sekarang.

Kekuatan manusia ada batasnya. Ada rumor yang mengatakan bahwa Jack Ma dan keluarganya diserang oleh penyakit kanker.

Punya harta berlimpah dan kesuksesan yang mencengangkan tidak menjamin kebahagiaan. Ia kehilangan putranya yang berumur 22 tahun karena kanker otak.

Sementara putrinya menderita sakit jantung bawaan. Dan istrinya, Cathy Zang juga menderita kanker payudara.

Jack Ma pernah berkata, “Jangan menukar hidup kita hanya demi uang. Jangan kawatir akan hari esok. Bukankah hidup itu lebih penting dari makanan dan tubuh itu lebih penting dari pakaian?”

Jack Ma menirukan kata-kata Yesus dalam Injil.

Kini ia memfokuskan diri pada dunia pendidikan. Ia menyumbangkan hartanya untuk pendidikan di desa. Ia ingin banyak orang-orang dari desa berpendidikan dan maju.

Milyaran uangnya dia donasikan demi kemajuan pendidikan orang desa.

Dalam Injil ada orang muda yang kaya. Ia datang kepada Yesus untuk memperoleh hidup kekal. Yesus menyarankan agar ia mematuhi perintah Allah dalam Kitab Taurat.

Orang muda itu menjawab, “Guru, semuanya itu sudah kuturuti sejak masa mudaku.”

Wow….luar biasa. Ia orang muda yang kaya dan saleh, dambaan para ibu yang mencari menantu bagi anak gadisnya.

Yesus menunjukkan satu jalan, “Hanya satu lagi kekuranganmu: Pergilah, juallah apa yang kaumiliki, dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin. Maka engkau akan memperoleh harta di surga. Kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku.”

Orang muda itu kecewa, lalu pergi dengan muka sedih, sebab banyaklah hartanya.

Kekayaan sebetulnya netral-netral saja. Tetapi kalau sudah mulai membelenggu orang, justru bisa mempersulit diri, bukan hanya di dunia tetapi juga di akherat.

Untuk memperoleh hidup kekal, tidak cukup hanya mengumpulkan harta dan melakukan hukum agama.

Itu baik, tetapi belum cukup. Akan menjadi sempurna jika mau berbagi dengan orang-orang miskin, lemah dan tersingkir.

Sebuah syair dari lagu “Ada Dunia Baru”mengingatkan kita. Syairnya berbunyi, “Melimpahnya harta apalah artinya. Mungkin esok hilang lagi dan aku tak peduli. Tapi bila hilang cintamu patahlah semangatku. Karna hanya kau berarti bagiku….”

Hidup kita akan berarti jika kita mempunyai cinta. Salah satu wujud cinta adalah berbagi.

Harta kekayaan itu bersifat sosial, artinya harta tidak hanya untuk diri sendiri. Kita akan memperoleh harta di surga jika kita tidak terikat pada harta dunia.

Harta dunia akan menjadi harta surga jika kita mau berbagi dengan sesama yang menderita. Jangan terlambat, hidup kita hanya sebentar saja.

Paus berdoa untuk seluruh rakyat Ukraina,
Agar sadarlah Pak Putin yang dari Rusia.
Terimakasih atas doa dan perhatian anda,
Di hari yang indah dan bahagia buat saya.

Cawas, betapa indahnya berbagi….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

Puncta 27.02.22 || Minggu Biasa VIII/C || Lukas 6: 39-45

 

Semut di Seberang Lautan.

PEPATAH kita mengatakan, “Semut di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tiada tampak.”

Ada sifat manusia yang mudah sekali melihat kesalahan orang lain. Kesalahan kecil mudah sekali terlihat, sedangkan kesalahan sendiri yang besar tidak tampak.

Kalau kita melihat titik hitam di selembar kertas putih, yang lebih diperhatikan adalah titik hitam yang kecil.

Sedangkan wilayah kertas putih yang luas justru tidak diperhatikan. Jika ditanya, apa yang kalian lihat? Kebanyakan akan menjawab titik hitam.

Semut adalah binatang yang sangat kecil. Gajah adalah binatang yang besar dan mudah terlihat.

Kesalahan orang lain yang sangat kecil seperti semut, bahkan di seberang lautan, justru tampak sedangkan kesalahan sendiri yang besar seperti gajah di depan mata malah tidak tampak.

Orang terkadang suka menghojat, mengkritik, menjelek-jelekkan, menghina, mencemooh dan berteriak-teriak menyalahkan orang lain, seolah-olah dia yang paling benar, suci, sempurna dan tidak pernah berbuat salah.

Biasanya orang seperti itu akan jatuh pada omongannya sendiri.

Yesus mengingatkan kepada para murid-Nya, “Mengapakah engkau melihat selumbar dalam mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?”

Kita diajarkan untuk tidak menghakimi kesalahan orang lain, tetapi berani introspeksi diri.

Melihat diri sendiri dalam ungkapan Jawa disebut “Ngilo githoke dhewe.” Berkacalah pada diri sendiri, sebelum melihat kesalahan orang lain.

Ebiet G Ade juga mengingatkan kepada kita untuk “menengok ke dalam sebelum bicara” dalam syairnya:

Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih. Suci lahir dan di dalam batin.
Tengoklah ke dalam sebelum bicara. Singkirkan debu yang masih melekat.
Ho-oh, singkirkan debu yang masih melekat.

Mari kita berkaca, introspeksi diri, menengok ke dalam sebelum bicara, agar kita tidak mudah menyalahkan, menghakimi, menjelek-jelekkan orang lain.

Kita tidak bisa hidup sendiri, kita membutuhkan orang lain. Kita mesti hidup rukun dan menghormati sesama yang tidak sama dengan kita.

Kalau musang melompat kayak tupai,
Pasti dia suka makan buah mangga.
Mari hidup saling rukun dan damai,
Mampu lihat kebaikan pada diri sesama.

Cawas, syukur boleh nambah umur hari ini…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

Renungan Mingguan

The playlist identified with the request's playlistId parameter cannot be found.