Semut di Seberang Lautan.

PEPATAH kita mengatakan, “Semut di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tiada tampak.”

Ada sifat manusia yang mudah sekali melihat kesalahan orang lain. Kesalahan kecil mudah sekali terlihat, sedangkan kesalahan sendiri yang besar tidak tampak.

Kalau kita melihat titik hitam di selembar kertas putih, yang lebih diperhatikan adalah titik hitam yang kecil.

Sedangkan wilayah kertas putih yang luas justru tidak diperhatikan. Jika ditanya, apa yang kalian lihat? Kebanyakan akan menjawab titik hitam.

Semut adalah binatang yang sangat kecil. Gajah adalah binatang yang besar dan mudah terlihat.

Kesalahan orang lain yang sangat kecil seperti semut, bahkan di seberang lautan, justru tampak sedangkan kesalahan sendiri yang besar seperti gajah di depan mata malah tidak tampak.

Orang terkadang suka menghojat, mengkritik, menjelek-jelekkan, menghina, mencemooh dan berteriak-teriak menyalahkan orang lain, seolah-olah dia yang paling benar, suci, sempurna dan tidak pernah berbuat salah.

Biasanya orang seperti itu akan jatuh pada omongannya sendiri.

Yesus mengingatkan kepada para murid-Nya, “Mengapakah engkau melihat selumbar dalam mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?”

Kita diajarkan untuk tidak menghakimi kesalahan orang lain, tetapi berani introspeksi diri.

Melihat diri sendiri dalam ungkapan Jawa disebut “Ngilo githoke dhewe.” Berkacalah pada diri sendiri, sebelum melihat kesalahan orang lain.

Ebiet G Ade juga mengingatkan kepada kita untuk “menengok ke dalam sebelum bicara” dalam syairnya:

Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih. Suci lahir dan di dalam batin.
Tengoklah ke dalam sebelum bicara. Singkirkan debu yang masih melekat.
Ho-oh, singkirkan debu yang masih melekat.

Mari kita berkaca, introspeksi diri, menengok ke dalam sebelum bicara, agar kita tidak mudah menyalahkan, menghakimi, menjelek-jelekkan orang lain.

Kita tidak bisa hidup sendiri, kita membutuhkan orang lain. Kita mesti hidup rukun dan menghormati sesama yang tidak sama dengan kita.

Kalau musang melompat kayak tupai,
Pasti dia suka makan buah mangga.
Mari hidup saling rukun dan damai,
Mampu lihat kebaikan pada diri sesama.

Cawas, syukur boleh nambah umur hari ini…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr