Puncta 24.07.18. Matius 12:46-50. Siapakah Saudaraku?

SANTA TERESA dari Calcuta pernah mengatakan : “Kalau kita tidak bisa mengasihi manusia yang kelihatan, bagaimana kita bisa mengasihi Allah yang tidak kelihatan ?”

Waktu orang-orang berkata kepada Yesus, “lihatlah ibuMu dan saudara-saudaraMu ada di luar dan berusaha menemui Engkau”.

Yesus menjawab, “Siapakah ibuKu? Siapakah saudara-saudaraKu ? Lalu Yesus melanjutkan, “Siapapun yang melakukan kehendak BapaKu di surga, dialah saudaraKu, dialah saudariKu, dialah ibuKu”.

Yesus memperluas hubungan kekerabatan, bukan hanya berdasarkan hubungan darah, tetapi lebih luas daripada itu, yakni yang melakukan kehendak Bapa di surga.

Waktu kami bersilaturahmi ke rumah Pak Misbahul Munir, beliau cerita bahwa saling silaturahmi itu mempererat ukhuwah/persaudaraan.

Dalam Islam ada tiga ukhuwah: ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basariah.

Ukhuwah Islamiyah adalah persaudaraan sesama muslim. Ukhuwah wathaniyah adalah persaudaraan sesama warga bangsa. Ukhuwah basariah adalah persaudaraan sesama umat manusia di bumi ini.

Kalau kita menolong orang tanpa melihat apa agamamu, sukumu, etnismu atau rasmu, itu berarti orang sudah mencapai kerohanian yang tinggi.

Yesus menegaskan hal itu apapun yang kita lakukan kepada saudara-saudari kita tanpa memandang siapa dia, kita adalah satu saudara dalam Yesus.

Dalam Yesus kita bersaudara, itu lagunya. Saya jadi ingat pengalaman waktu di Ketapang. Waktu itu saya naik motor dari Ketapang ke Nanga Tayap lewat jalur Pelang.

Di tengah jalan dekat PT. Limpa, saya jatuh dan tangki motor pecah, bensin merembes tumpah.

Ada seorang bapak lewat naik motor menawarkan diri mendorong motor saya dengan satu kaki berpijak di pijakan kaki belakang.

Sambil jalan kami ngobrol. Saya memperkenalkan diri dan beliau menyebut nama dan mengaku sebagai Gusdurian, warga NU pengikut Gus Dur.

Saya ayem tenang menemukan saudara di perantauan. Itulah yang disebut ukhuwah basariyah. Nilai kemanusiaan yang membuat kita harus tolong menolong tanpa bertanya apa agamamu darimana asalmu.

Marilah saling menolong karena dengan itu kita menjadi saudara-saudara Yesus.

Selamat bagi saudara-saudara di Bali yang menyambut obor Asian Games, torang basudara bro.

Selamat merenungkan.

 

Berkah Dalem.

(Rm. A. Joko Purwanto Pr)

Puncta 21.07.18. Matius 12:14-21. Buluh yang terkulai tidak akan diputuskanNya.

DALAM Buku Menghidupi Teologi Berkah bersama Mgr. J. Pujasumarta, tertulis sharing pengalaman pada waktu Frater Trilaksyanta (nama Mgr. Puja waktu muda) menjadi sub-pamong di Seminari Mertoyudan.

Sosok frater sub-pamong yang ‘kebapakan’ dan peduli dirasakan para seminaris. Dia hadir tidak menimbulkan rasa takut, tetapi menyejukkan dan justru memberi rasa damai.

Ada dua seminaris pada waktu itu ketahuan malam-malam masih “ngebut” belajar di belakang WC.

Dengan diterangi lilin remang-remang, mereka ngumpet-ngumpet mempersiapkan ulangan bahasa Latin.

Kepada mereka Frater Trilaksyanta cuma bilang, “Kasihan matanya. Dilanjutkan besuk saja belajarnya. Kalau masih tetap sulit, saya beri ‘les tambahan’ deh !”

Pamong itu tidak menghukum atau memarahi tetapi membantu memberi solusi yang menenteramkan.

Itulah kata-kata Yesus dalam Injil hari ini, “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkanNya”.

Orang yang mengasihi tidak akan tega temannya jatuh dan patah atau pudar. Ia datang menguatkan, meneguhkan, membawa damai dan harapan sehingga teman bisa bangkit dan berjuang.

Marilah kita belajar berbelarasa. Jika ada teman yang salah, jangan kita ikut menyorakinya, mengejek atau berteriak “huuuuuuuuu”.

Mari kita mengaca diri kalau aku sedang di posisi dia, bagaimana perasaanku. Dengan begitu kita tidak akan mudah menghukum sesama.

Selamat merenungkan.

Masih mengikuti kirab obor Asian Games? Tetap Indonesia satu.

Berkah Dalem.

(Rm. A. Joko Purwanto Pr)

Puncta 19.07.18. Matius 11: 28-30. Datanglah kepadaKu.

KETIKA AHOK jadi gubernur DKI tiap pagi dia menemui warga masyarakat yang datang di Balaikota Jakarta untuk mengadukan berbagai persoalan hidup masyarakat.

Tak perlu menunggu waktu lama masalah warga bisa diselesaikan. Warga datang dengan harapan agar beban hidupnya bisa diringankan dan dibereskan oleh pimpinan daerahnya.

Mereka merasa senang karena Ahok bisa memberikan solusi bagi beban hidup mereka. Yesus hari ini berkata, “datanglah kepadaKu kalian yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu”.

Yesus meminta kita datang kepadaNya. Apapun yang menjadi persoalan hidup kita, Dia akan meringankan beban dan kelesuan kita.

Kita bersyukur karena punya Yesus yang jadi tujuan harapan kita. Mari kita datang kepadaNya.

Selamat merenungkan.

Berkah Dalem.

(Rm. A. Joko Purwanto Pr)

Puncta 18.07.18. Matius 11:25-27. Dinyatakan bagi orang kecil.

SAYA masih teringat apa yang disharingkan Pak Redes di teras Pastoran Tayap.

Dia sangat bersyukur atas hidup ini dan atas rahmatNya untuk semua yang telah dianugerahkanNya. Kerjaannya tiap hari adalah “noreh” getah karet.

Sebelum “menggores” kulit pohon karet dia berdoa. “Tuhan seperti Engkau menumpahkan darahMu, pohon karet ini juga memberikan getahnya untuk kehidupanku. Aku merasa berdosa karena menyakitinya. Tetapi seperti Engkau mengurbankan darahMu agar kami hidup. Pohon karet ini juga mengurbankan getahnya supaya aku dan anak-anakku bisa hidup. Kami sungguh bersyukur”.

Selalu saja Tuhan memberi rejeki yang cukup bagi kami. Saya mendengarkan sharingnya dengan takjub dan kagum.

Pengalaman iman yang mendalam itu dihayati oleh pribadi yang sederhana, jujur, pasrah beriman.

Lalu dengan berkat itu dia terlibat dalam hidup menggereja sebagai prodiakon. Sebuah pelayanan yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Semakin melayani semakin merasa diberkati.

Apa yang dikatakan Tuhan Yesus itu sungguh terjadi, “Aku bersyukur kepadaMu ya Bapa Tuhan langit dan bumi! Sebab semuanya itu Kausembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Kaunyatakan kepada orang kecil”

Maka nasehat ini bisa kita renungkan, “Dadi wong iku bisaa rumangsa, aja rumangsa bisa”. Jadi orang itu bisalah mengukur diri, jangan merasa sok bisa.

Orang yang merasa bisa, malah tidak berbuat apa-apa bagi sesamanya. Tetapi orang kecil dipakai Allah untuk mencelikkan orang-orang yang merasa bisa.

Selamat merenungkan.

Masih larut dalam sukacita Perancis jadi juara Piala Dunia ? Tetapi jangan lupa besuk tetap misa pagi.

Berkah Dalem.

(Rm. A. Joko Purwanto Pr )

Puncta 17.07.18. Matius 11:20-24. Celakalah engkau.

YESUS mengecam kota Khorazim, Betsaida dan Kapernaum. Di kota-kota itu banyak mukjijat Yesus terjadi, tetapi orang-orang tidak bertobat.

Bahkan Kapernaum disebut sebagai The City of Jesus karena karya dan pelayanan Yesus banyak terjadi di kota itu, toh mereka dikecam karena hanya kagum dan terpesona akan mukjijatNya namun tidak sampai percaya dan bertobat memperbaharui diri.

Kita juga sering kali mengalami perayaan-perayaan liturgi hari raya megah di gereja, tetapi tidak sampai mengubah orang untuk bertobat.

Malahan yang dikisahkan justru berapa banyak babi (maaf kadang ada anjing juga) dipotong untuk pesta, berapa botol bir harus disediakan.

Kadang orang hanya silau oleh hingar bingar pesta hari raya tetapi hatinya kosong tidak bertobat.

Orang-orang di Khorazim dan Betsaida sukacita akan mukjijat-mukjijat tetapi mereka tidak bertobat.

Sodom kota yang penduduknya bejat moralnya itu akan lebih ringan tanggungannya daripada orang yang melihat karya Yesus namun tidak bertobat.

Ayoo kita bertobat. Tidak ada kata terlambat. Yesus masih terus membuka tangan kalau kita datang kepadaNya.

Ingat kita harus menanggung perbuatan kita di akherat. Bertobat menjadi cara kita memperoleh keselamatan.

Selamat bagi pendukung Perancis. Anda kami undang ikut prosesi perayaan di sepanjang Champs Ellysse boulevard bersama Tim Ayam Jantan. Selamat dan ceria selalu.

(Rm. A. Joko Purwanto Pr)