by editor | Apr 24, 2019 | Renungan
HATI-HATI kalau anda mengucapkan kata Tuhan terus menerus seperti orang berdzikir nanti secara tidak sadar akan berubah menjadi hantu. Coba saja anda daraskan secara berulang-ulang , “Tuhantuhantuhantuhantuhantuhantuhantu……” Iya kan? Awalnya kita menyembah Tuhan tetapi dengan tidak sadar dibelokkan menjadi menyebut hantu.
Dalam suatu retret, pembimbing memberitahu kami bagaimana membedakan antara Tuhan dan hantu waktu nanti kita mati. Mereka adalah roh sulit untuk membedakannya.
Romo pembimbing itu mengatakan, “Walaupun mereka itu roh, namun bisa dibedakan. Ajaklah mereka bersalaman. Kalau di tangannya itu ada bekas paku, nah, Dialah Tuhan Yesus. Kalau di tangannya tidak ada bekas paku, dia itu hantu”.
Masih ada lagi? Ada. “Ajaklah dia makan. Kalau dia mau makan roti atau ikan goreng. Nah, itu Tuhan Yesus. Tetapi kalau dia minta kemenyan atau bunga. Nah, itu hantu”.
Dalam bacaan Injil hari ini, para murid berkumpul di suatu rumah. Mereka sedang asyik-asyiknya mendengarkan cerita dari dua orang murid yang dari Emaus. Apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenali Yesus waktu memecah-mecahkan roti.
Tiba-tiba Yesus hadir di tengah-tengah mereka. Mereka terkejut, takut dan ragu-ragu. Mereka mengira melihat hantu. Mereka diminta untuk melihat tangan dan kakiNya. Ada bekas paku. Mereka tidak hanya melihat tetapi disuruh meraba juga.
Semua orang “mlongo”, terpana, terkesima. Namun tetap belum percaya. “Adakah padamu makanan di sini?” lalu mereka memberikan kepadaNya sepotong ikan goreng. Ia mengambil dan memakannya di depan mata mereka. Pada saat itu juga Yesus mengangkat murid-muridNya menjadi saksi, “Kamu adalah saksi dari semuanya ini”
Saksi dalam hal apa? “Dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kita ynag sudah dibaptis juga diangkat menjadi saksiNya. Sudahkah kita bersaksi mewartakan Kristus?
Di PSI ada Grace Natalie
Di TV ada Fitri Megantara
Berjumpa Tuhan dalam Ekaristi
Kita harus bersaksi ke seluruh dunia
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Apr 24, 2019 | Renungan
KETIKA Abimanyu gugur di medan pertempuran Padang Kurusetra oleh ribuan panah para Kurawa, Arjuna “layu otot bebayune” lemah lunglai seluruh daya kekuatannya. Abimanyu adalah putra Arjuna yang diidam-idamkan menggantikan tahta di Amarta.
Arjuna pergi “nglambrang” tanpa arah tujuan. Harapan dan cita-cita yang tinggi sudah terhempas hancur berkeping-keping. Masa depan suram tiada asa lagi. Tidak ada gunanya lagi berperang. Yang diperjuangkan telah sirna, gugur di medan laga.
Untunglah para Pandawa mempunyai penasehat agung yakni Kresna. Raja Dwarawati itu menasehati Arjuna untuk tidak berlaurt-larut dalam kesedihan. Kresna menghibur, menguatkan, mendorong, memberi pencerahan kepada Arjuna untuk terus maju berperang menghapus angkara murka. Itulah darmanya seorang ksatria.
Akhirnya Arjuna bersumpah “sebelum matahari terbenam saat senja mulai turun, jika aku tidak bisa membunuh orang yang membunuh Abimanyu, yakni Jayajatra, maka aku akan “pati obong” atau bakar diri”. Sepanjang hari itu Arjuna menguber dimana Jayajatra bersembunyi.
Jayajatra disembunyikan oleh Kurawa supaya Arjuna tidak bisa menemukannya. Kalau Arjuna tidak menemukan Jayajatra sebelum senja, Arjuna akan bakar diri. Kresna dengan senjata cakra menutup matahari sehingga kelihatan sudah mulai gelap. Keluarlah Jayajatra dari tempat persembunyian.
Pada saat yang sama senjata cakra ditarik kembali oleh Kresna, maka hari masih siang terang benderang. Saat itu juga Arjuna melepaskan panahnya hingga mengenai kepala Jayajatra hingga putus.
Kematian Yesus membuat dua orang murid itu putus harapan. Dengan muka muram mereka pulang ke rumah asalnya. Tidak ada lagi yang bisa diharapkan, karena Guru mereka mati. Tidak ada masa depan di Yerusalem. Mereka kembali pulang ke Emaus.
Di tengah jalan, Yesus yang telah bangkit menjumpai mereka. Yesus menasehati, menguatkan, menghibur lewat nubuat para nabi di kitab suci, bahwa Mesias harus menderita semuanya itu.
Saat makan bersama di rumah (ekaristi) mereka berjumpa dengan Yesus. Orang katolik berjumpa dengan Yesus tidak hanya dalam Kitab Suci, tetapi mereka mengenali Yesus sewaktu ekaristi.
Perjamuan ekaristi membuka mata mereka bahwa Yesus ada di tengah-tengah mereka. Ekaristi adalah tempat mengenang Yesus yang mengorbankan diriNya. Tubuh dan darahNya diserahkan kepada kita sewaktu ekaristi.
Para murid itu lalu berkobar-kobar, bersemangat dan langsung kembali ke Yerusalem. Mereka ingin segera memberitahukan kepada teman-temannya. Perjumpaan dengan Yesus mengubah yang tadinya muram menjadi berkobar-kobar, putus asa menjadi bersemangat, bodoh menjadi mudah menangkap. Apakah kita juga mengalami diubah oleh Yesus?
Ke Jombor melihat bulus
Bulus muda cangkangnya merah
Yang beriman kepada Yesus
Masa depan menjadi cerah
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Apr 24, 2019 | Renungan
ORANG yang sangat menyukai wayang akan mudah membedakan suara dalang. Saya bisa mengenali apakah ini suara Ki Nartosabdo atau Ki Anom Suroto atau Ki Manteb Sudarsono. Mereka adalah dalang-dalang gagrag Surakarta.
Lain lagi dengan wayang gagrag Ngayogyakarta seperti Ki Timbul Cermamanggala, Ki Hadi Sugito. Atau yang sekarang lagi ngetrend Ki Seno Nugroho. Saya paling kagum dengan Ki Nartosabdo. Dia bisa mengucapkan 30-an karakter tokoh dengan suara yang berbeda-beda.
Karakter wayang ditangannya menjadi sangat hidup. Suara Werkudoro berbeda dengan Duryudono. Suara Permadi berbeda dengan Puntadewa. Suara Kresna berbeda dengan Karna.
Orang bisa mengenal suara seseorang karena sering berkomunikasi. Ciri-ciri suara, lagu atau nadanya, tekanan dan intonasinya bisa “dititeni” atau diingat-ingat. Seorang murid juga akan mengenali suara dosen-dosennya. Oh ini yang lemah lembut suaranya Romo Haryo.
Oh yang agak melengking tinggi ciri khasnya Romo Tom Jacobs. Kalau yang agak meledak-ledak ini suara Rm. Kieser. Oh yang nyerempet saru-saru ini dosen Pak Kumis. Dari suaranya kita bisa mengenali orangnya.
Dalam Injil hari ini, Maria diliputi kesedihan mendalam. Jenasah Yesus tidak ada di kubur. Ketika sedang menangis, dua malaikat menampakkan diri kepadanya. Maria mengira jenasah Yesus dicuri orang. Kesedihan sering membutakan mata.
Kebingungan juga bisa menggelapkan mata kita sehingga kita tidak mampu mengenali apa/siapa di hadapan kita. Bahkan ketika Yesus berdiri di dekatnya, Maria tidak mengenalinya.
Baru ketika dia mendengar namanya disebut, “Maria”, dia langsung mengenali suara itu. Sapaan pribadi dengan menyebut nama membuat Maria langsung hapal siapa orang yang memanggilnya. Ia sontak menjawab, “Rabuni”
Perjumpaan dan sapaan personal itu sangat spesial. Orang akan senang sekali kalau masih diingat namanya. Maria bersukacita maka dia langsung mewartakan kepada murid-murid yang lain, “Aku telah melihat Tuhan”.
Orang yang bersukacita, gembira, senang, bahagia ingin “gethok tular” memberitahukan ke orang lain. Seperti kalau kita menemukan tempat special warung mie godhog yang enak, langsung beritahu kepada yang lainnya. Kebangkitan Yesus membawa sukacita sehingga para murid langsung bersaksi.
Marilah kita juga berani bersaksi tentang kebangkitan Tuhan.
Kota Kendal kecamatan Weleri
Singgah sebentar di Pantai Pelangi
Kalau nama sudah di hati
Ketemu langsung cipika cipiki.
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by gisel | Apr 23, 2019 | Artikel
Hari Jum’at Agung menjadi salah satu hari raya umat Kristiani dan Katolik. Apa sih sebenarnya makna dari hari Jumat Agung bagi umat Kristiani dan Katolik sehingga hari Jumat Agung dijadikan sebagai hari besar ?
Berikut beberapa ulasannya :
- Hari Kematian Tuhan Yesus
Inilah peristiwa yang terjadi beberapa ribu tahun silam sehingga sekarang kita menyebutnya hari Jumat Agung. Dalam hal ini Yesus Kristus, Anak Tunggal Allah Bapa harus mati dengan cara disalibkan. Dimana Ia disalibkan diantara orang berdosa, padahal diriNya tidak berdosa. Hal ini, sesuai dengan nubuat yang disampaikan oleh Nabi Yesaya dalam kitab Perjanjian Lama. Peristiwa kematian Tuhan yesus juga sudah tertulis di Kitab Perjanjian Baru terutama dibagian Kitab Injil ( Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes)
- Penebusan Umat Manusia
Apa yang mengharuskan Tuhan Yesus mati ? Kenapa Allah Bapa menyerahkan anak-Nya yang Tunggal untuk mati diatas kayu salib ? Pada dasarnya setiap umat manusia sudah jatuh dalam dosa. Dimana seperti tertulis dalam Alkitab, upah dosa ialah maut. Tuhan sangat menyayangi umat-Nya, karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga ia rela mengorbankan anak-Nya yang tunggal untuk menggantikan posisi kita yang seharusnya menanggung penderitaan. Tujuannya, agar dosa setiap manusia dihapuskan melalui darah suci Yesus Kristus yang tercurah dan setiap manusia kembali lahir baru dan dapat bertobat mendekat kepada Tuhan.
- Pengorbanan dari Sang Raja dan Sang Juru Selamat
Sebagai seorang raja pada masa kini, tentunya harus dilindungi. Adakah raja yang rela mati di atas kayu salib demi rakyatnya ? Dimana penyaliban adalah hukuman yang paling menakutkan saat itu. Hanya Yesus Kristus satu-satunya Raja yang mau mati dan menderita di atas kayu salib untuk menyelamatkan setiap umat yang percaya kepadaNya agar dapat hidup masuk ke dalam Kerajaan Surga yang Kekal bersamaNya.
Demianlah makna-makna hari Jumat bagi Umat Kristiani secara keseluruhan. Jadi, apa makna hari Jumat Agung bagi kalian pribadi ?
† † †
“Lihatlah kayu salib, tempat bergantung Juruselamat dunia. Marilah kita menyembahnya.’ Inilah undangan yang disampaikan oleh Gereja kepada semua orang di senja Jumat Agung”
(St. Yohanes Paulus II)
by editor | Apr 21, 2019 | Renungan
SETAHU saya, semoga tidak salah, istilah “Berkah Dalem” dipopulerkan oleh Romo G. Utomo Pr dari Ganjuran. Beliau waktu menjadi Ketua Komisi PSE KAS getol sekali menyebarkan gerakan Hari Pangan Sedunia.
HPS sangat berhubungan dengan lingkungan hidup. Menjaga ketahanan pangan, ketahanan air, ketahanan lingkungan alam semesta. Alam ini adalah berkah/anugerah Tuhan yang harus dijaga dan dilestarikan keutuhan dan kelangsungannya.
Dengan menjaga alam sebagai berkah berarti kita juga memuliakan Sang Pemberi Berkah yakni Tuhan sendiri. Berkah Dalem berarti berkat/anugerah dari Tuhan.
Berkah dari Tuhan itu bukan milik kita sendiri. Maka kita harus menyalurkan Berkah Dalem itu kepada semua orang. Oleh karenanya, semua orang katolik wajib menjadi saluran berkah Tuhan.
Berkah Dalem menjadi sapaan salam khas katolik. Ketika kita bersalaman dan mengucapkan Berkah Dalem, kita mensyukuri anugerah Tuhan yang dilimpahkan kepada kita dan menyalurkan Berkah Tuhan juga kepada sesama yang lain.
Ketika kita bersalaman dan mengucapkan Berkah Dalem, kita berdoa agar berkatNya diberikan juga kepada saudara kita itu.
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus yang bangkit menjumpai para perempuan dengan berkata, “Salam bagimu”. Mereka mendekatiNya, memeluk kakiNya dan menyembahNya. Salam dari Yesus yang penuh berkah itu membuat perempuan-perempuan mendekatiNya.
Salam itu membuat mereka menjadi dekat, akrab, mesra. Mereka memeluk kakiNya. Sikap takzim penuh hormat lahir dari salam yang menyejukkan.
Salam Berkah Dalem yang menyejukkan itu dirusak oleh ujaran berita bohong. Imam-imam kepala menyuap para penjaga untuk menyebarkan hoax, berita bohong, “Kamu harus mengatakan bahwa murid-murid Yesus datang malam-malam dan mencuri jenasahNya ketika kamu sedang tidur”.
Ini adalah hoax yang diciptakan oleh para imam kepala.
Jaman sekarang banyak sekali berita bohong/hoax bertebaran dimana-mana. Kita harus menangkisnya dengan salam BERKAH DALEM. Berkah Dalem itu bukan berita bohong karena kita telah mengalami dicintai Tuhan sedemikian rupa sampai wafat di salib.
Pengalaman dikasihi itulah yang kita sebarkan kepada sesama kita. Maka setiap kita berjumpa dengan sesama kita mengucapkan salam BERKAH DALEM.
Minggu palem cuacanya terik
Berkah Dalem bagi mereka yang berhati baik
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr