KETIKA Abimanyu gugur di medan pertempuran Padang Kurusetra oleh ribuan panah para Kurawa, Arjuna “layu otot bebayune” lemah lunglai seluruh daya kekuatannya. Abimanyu adalah putra Arjuna yang diidam-idamkan menggantikan tahta di Amarta.
Arjuna pergi “nglambrang” tanpa arah tujuan. Harapan dan cita-cita yang tinggi sudah terhempas hancur berkeping-keping. Masa depan suram tiada asa lagi. Tidak ada gunanya lagi berperang. Yang diperjuangkan telah sirna, gugur di medan laga.
Untunglah para Pandawa mempunyai penasehat agung yakni Kresna. Raja Dwarawati itu menasehati Arjuna untuk tidak berlaurt-larut dalam kesedihan. Kresna menghibur, menguatkan, mendorong, memberi pencerahan kepada Arjuna untuk terus maju berperang menghapus angkara murka. Itulah darmanya seorang ksatria.
Akhirnya Arjuna bersumpah “sebelum matahari terbenam saat senja mulai turun, jika aku tidak bisa membunuh orang yang membunuh Abimanyu, yakni Jayajatra, maka aku akan “pati obong” atau bakar diri”. Sepanjang hari itu Arjuna menguber dimana Jayajatra bersembunyi.
Jayajatra disembunyikan oleh Kurawa supaya Arjuna tidak bisa menemukannya. Kalau Arjuna tidak menemukan Jayajatra sebelum senja, Arjuna akan bakar diri. Kresna dengan senjata cakra menutup matahari sehingga kelihatan sudah mulai gelap. Keluarlah Jayajatra dari tempat persembunyian.
Pada saat yang sama senjata cakra ditarik kembali oleh Kresna, maka hari masih siang terang benderang. Saat itu juga Arjuna melepaskan panahnya hingga mengenai kepala Jayajatra hingga putus.
Kematian Yesus membuat dua orang murid itu putus harapan. Dengan muka muram mereka pulang ke rumah asalnya. Tidak ada lagi yang bisa diharapkan, karena Guru mereka mati. Tidak ada masa depan di Yerusalem. Mereka kembali pulang ke Emaus.
Di tengah jalan, Yesus yang telah bangkit menjumpai mereka. Yesus menasehati, menguatkan, menghibur lewat nubuat para nabi di kitab suci, bahwa Mesias harus menderita semuanya itu.
Saat makan bersama di rumah (ekaristi) mereka berjumpa dengan Yesus. Orang katolik berjumpa dengan Yesus tidak hanya dalam Kitab Suci, tetapi mereka mengenali Yesus sewaktu ekaristi.
Perjamuan ekaristi membuka mata mereka bahwa Yesus ada di tengah-tengah mereka. Ekaristi adalah tempat mengenang Yesus yang mengorbankan diriNya. Tubuh dan darahNya diserahkan kepada kita sewaktu ekaristi.
Para murid itu lalu berkobar-kobar, bersemangat dan langsung kembali ke Yerusalem. Mereka ingin segera memberitahukan kepada teman-temannya. Perjumpaan dengan Yesus mengubah yang tadinya muram menjadi berkobar-kobar, putus asa menjadi bersemangat, bodoh menjadi mudah menangkap. Apakah kita juga mengalami diubah oleh Yesus?
Ke Jombor melihat bulus
Bulus muda cangkangnya merah
Yang beriman kepada Yesus
Masa depan menjadi cerah
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr