Puncta 22.11.19 PW St. Sesilia, Perawan dan Martir Lukas 19: 45-48 / Rumah Doa Atau Sarang Perampok?

 

BAIT suci selain menjadi pusat ibadat, juga pusat perekonomian. Ada banyak pedagang dan penukar uang di pelataran tempat ibadat itu. O

Yahudi sering membawa persembahan berupa burung dara, tekukur, kambing domba bahkan lembu. Jual beli binatang korban ada di sana.

Uang yang beredar pun berasal dari mana-mana; Romawi, Yahudi, Mesir dan negeri-negeri sekitar. Maka para penukar uang juga beroperasi di situ.

Kaum imam menjadi penentu baik buruknya binatang kurban. Mereka yang berhak mengeluarkan sertifikasi layak dan tidaknya kurban-kurban itu.

Tidak jarang permainan manipulasi terjadi di sana. Bait Suci sudah berubah fungsinya.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengusir semua pedagang di Bait Allah. Meja kursi para penukar uang ditunggang-balikkan.

Ia berkata, “Ada tertulis: RumahKu adalah rumah doa. Tetapi, kalian menjadikannya sarang penyamun.” Jadi ingat bagaimana Ahok membereskan Tanah Abang.

Tindakan Yesus ini pasti dibenci oleh para bisnisman dan pemangku kepentingan di situ. Mereka dirugikan dari “penggusuran” yang dilakukan Yesus.

Lukas menyebut para imam kepala dan ahli Taurat serta orang-orang terkemuka bangsa Israel berusaha membinasakan Yesus.

Dominasi dan hegemoni kekuasaan mereka diganggu. Tetapi rakyat senang dan terpikat dengan tindakan Yesus yang berpihak kepada mereka.

Selama ini rakyatlah yang menjadi korban dari para pengusaha dan penguasa Bait Allah. Rakyat terpikat dan ingin mendengarkan Yesus.

Yesus ingin memurnikan dan mengembalikan fungsi Bait suci sebagai rumah doa, bukan pasar malam.

Relasi manusia dengan Allah tidak boleh dibisniskan demi keuntungan segelintir orang. Kewenangan para ahli kitab dan para imam kepala tidak boleh untuk menindas orang kecil dan miskin.

Ibadat yang benar adalah ibadat yang menghormati Allah sekaligus manusia. Jangan sampai kita memuji Allah tetapi menindas manusia. Itulah makna tindakan simbolik

Yesus yang membersihkan Bait Allah. Apakah kita sudah menggunakan gereja sebagai rumah doa atau menjadi tempat bisnis mencari makan?

Bukan wangi mawar yang di atas meja
Namun hanya selembar surat tanda cinta
Marilah kita menyembah Tuhan di gereja
Bukan bikin konspirasi menindas sesama

Muntilan, duduk sambil tepas-tepas
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 21.11.19 Lukas 19:41-44 / Dominus Flevit

 

DI Bukit Zaitun berdiri sebuah gereja bernama Dominus Flevit (Tuhan Menangis). Gereja ini dibangun oleh Antonio Barluzzi yang menggambarkan kesedihan Yesus melihat nasib Yerusalem.

Dari atas Bukit Zaitun ini kita bisa melihat pemandangan indah kota Yerusalem dan di bawahnya ada Lembah Kidron. Indahnya Yerusalem tidak sebagus masa depannya.

Yesus mengetahui itu. Maka dari atas bukit ini, Dia meratapi nasib Yerusalem yang akan hancur.

“Wahai Yerusalem, alangkah baiknya, jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu. Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.

Sebab akan datang harinya musuhmu mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung dan menghimpit engkau dari segala jurusan. Dan mereka akan membinasakan dikau beserta semua pendudukmu.”

Nubuat Yesus itu terjadi 40 tahun kemudian. Tentara Romawi mengepung Yerusalem dan setelah bertempur selama enam bulan, mereka menaklukkan Yerusalem dan membakar Bait Allah dan merobohkannya. Yesus menangisi kota itu karena penduduknya “tidak mengetahui saat Allah melawat engkau.”

Allah melawat umatNya mengingatkan kita pada peristiwa Allah melawati umat Israel. Saat Allah menyuruh Musa mengoles darah di pintu rumah mereka, Allah melawati Israel dan menyelamatkan mereka. Saat Allah melawat, Israel selamat.

Bangsa Mesir sekarat karena mata mereka tertutup rapat. Yesus menyesalkan Yerusalem yang tidak melihat Allah yang melawati mereka.

Mereka tidak melihat Allah yang melawati mereka melalui kehadiran dan pewartaan Yesus. Allah mengutus PuteraNya datang ke dunia. Tetapi Yerusalem menolakNya.

Bagi kita, sungguh suatu petaka, jika kita tidak mampu melihat dengan mata iman kita, bahwa Allah telah melawati kita melalui Yesus Kristus yang wafat dan bangkit untuk kita.

Jika kita tidak mampu melihat kehadiran Allah di dunia ini, kita adalah salah satu penghuni Yerusalem. Yesus menangisi kita karena kita tidak mampu melihat karya-karya Allah.

Allah itu hadir dalam diri Yesus. Namun manusia tak mampu melihatNya. Makanya Yesus masih menangisi bukan hanya Yerusalem, tetapi seluruh dunia kita.

Pergi ke Solo membeli sepatu
Untuk persiapan perayaan tahun baru
Hati manusia yang keras dan membatu
Membuat Tuhan menangis tersedu

Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 20.11.19 Lukas 19:11-28 / Bertanggungjawab VS Malas

 

MENANGGAPI perkiraan orang tentang datangnya Kerajaan Allah yang segera datang, Yesus menanggapi dengan perumpamaan. Seorang bangsawan yang mempercayakan mina kepada hamba-hambanya.

Masing-masing diberinya satu mina. Hamba yang pertama berhasil mengembangkan menjadi sepuluh mina. Hamba kedua menghasilkan lima mina.

Tuan itu mengganjar mereka dengan mempercayakan kota-kotanya. Yang sepuluh mina diberi sepuluh kota. Yang lima mina diberi ganjaran memerintah lima kota.

Namun hamba ketiga tidak bisa mengembangkan mina itu karena dia beranggapan tuannya kejam, keras, cari untung. Tuan itu marah dan menyuruh mengambil mina itu dan memberikannya kepada yang berhasil mengembangkannya.

Hamba yang jahat itu dihukum oleh tuannya. Kata tuan itu, “Setiap orang yang mempunyai, ia akan diberi; tetapi siapa yang tidak mempunyai, daripadanya akan diambil, juga apa yang ada padanya.”

Dari pengalaman hidup kita, orang yang menunjukkan sikap tanggungjawab, dia akan lebih banyak diberi kepercayaan. Orang yang bisa diberi tanggungjawab kecil, dia akan diberi kepercayaan yang lebih besar.

Semakin dia dapat dipercaya semakin banyak diberi tanggungjawab. Sebaliknya, ketika kita tidak mampu menunjukkan tanggungjawab, maka dia tidak akan dipercaya. Bahkan tugas-tugas yang ada padanya, akan diberikan kepada orang lain karena dia tidak mampu bertanggungjawab.

Seorang majikan akan menilai pegawainya. Kalau pegawai itu malas, dia tidak akan diberi kesempatan untuk melaksanakan tugas yang lebih besar. Hasil perbuatan orang malas sudah dapat ditebak. Orang yang malas tidak bisa maju dan berkembang.

Maka majikan pasti akan mencari pegawai yang rajin dan bertanggungjawab. Ketika perkara yang kecil bisa dibereskan, maka dia akan diberi kesempatan yang lebih besar. Begitu seterusnya sampai dia mencapai puncaknya.

Tidak penting Kerajaan Allah itu kapan datangnya. Tetapi hidup yang bertanggungjawab itu lebih penting dibuat untuk mempersiapkannya.

Kapan datangnya Kerajaan Allah itu bukan urusan kita. yang harus kita utamakan adalah bagaimana cara kita menyiapkannya. Apakah kita mau bertanggungjawab atau kita pilih malas-malasan. Buatlah pilihan sekarang, sebelum anda terlambat melakukannya.

Guru ilmu bumiku namanya Pak Wahab
Rumahnya di Magelang utara
Hidup yang bertanggungjawab
Adalah cara menyiapkan kerajaan surga

Cawas, dialog panjang semalam suntuk
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 19.11.19 Lukas 19:1-10 / Relasi Yang Mengubah

 

DALAM Injil hari ini digambarkan Yesus yang berinisiatif singgah di rumah Zakeus. Yesus menanggapi kerinduan Zakeus yang ingin berjumpa denganNya.

Kehidupan mapan dan nyaman yang dialami oleh Zakeus ternyata tidak memberikan damai di hatinya, masih ada kekurangan yang mendorong dirinya untuk terus mencari.

Maka ketika Yesus berkunjung ke Yerikho, Zakeus tidak membuang-buang kesempatan. Ia berusaha melihat Yesus yang akan lewat di jalan-jalan Yerikho.

Niat Zakeus sangat besar. Ia tidak hanya jalan santai-santai, tetapi dia berlari mendahului orang banyak. Tidak cukup itu saja, ia memanjat pohon ara.

Orang terhormat dan terpandang tidak sungkan dan malu “penekan” memanjat pohon. Statusnya sebagai orang kaya dan terpandang ia tinggalkan. Yang penting hanya satu, bisa melihat Yesus.

Melihat iman Zakeus itu, Yesus menanggapinya dengan meminta Zakeus turun, berjumpa dan mampir ke rumahnya. Tidak hanya bersalaman atau bertegur sapa di jalan. Tetapi Yesus berkenan singgah di rumahnya. Betapa bahagianya Zakeus.

Kalau kita bersungguh-sungguh ingin bertemu dengan Yesus, Dia akan memberi lebih dari apa yang kita harapkan. Allah itu maha pengasih dan pemurah.

Kebaikan dan kemurahan hati Allah itu menghasilkan perubahan dalam diri Zakeus. Ia bertobat. Maka ia berkata kepada Yesus, “Tuhan, separuh dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin, dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.”

Perjumpaan dengan Yesus membuat perubahan hidup. Zakeus yang awalnya mengumpulkan uang pajak rakyat menjadi pembagi harta kepada orang miskin.

Yang tadinya hanya egois mementingkan diri sendiri menjadi altruis mengasihi orang lain dengan murah hati.

Yang awalnya dianggap sebagai orang berdosa, dengan perjumpaan ini menjadi orang terberkati. Yang tadinya berbadan pendek harus naik ke pohon, sekarang boleh berdiri di hadapan Yesus.

Dalam ekaristi, kita juga berjumpa dengan Yesus dalam tubuh dan darahNya, apakah kita juga mengalami perubahan yang membawa berkat? Apakah kita juga semakin mengasihi sesama dan berani berbagi berkat dengan mereka?

Ke Wonosari ikut lebaran ketupat
Dibagi-bagi ke tempat saudara
Mengikuti Yesus itu banyak berkat
Tetapi kita harus mau juga membaginya.

Cawas, pagi yang indah
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 18.11.19 Lukas 18:35-43 / Belajar dari Si Buta

 

KISAH penyembuhan si orang buta ini menggambarkan kasih Allah yang memprioritaskan orang kecil.

Layaknya seorang raja sejati yang memenuhi apa yang dibutuhkan rakyatnya. Orang buta itu digambarkan duduk di pinggir jalan dan mengemis.

Istilah di pinggir sudah menggambarkan status orang yang tidak diperhitungkan. Orang buta itu digolongkan sebagai kelompok yang dipinggirkan.

Pekerjaannya juga sudah jelas sebagai kelompok miskin berkasta rendah. Orang-orang seperti ini tidak punya harapan untuk tampil di muka umum. Mereka kelompok tertindas dan dipinggirkan.

Oleh karena itu ketika dia berteriak-teriak, orang-orang yang di depan menyuruh dia diam. Teriakannya mengganggu saja. Orang seperti itu harus dibungkam.

Tetapi semakin dilarang, semakin kuat dia berseru. “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku.” Terhadap orang-orang seperti itu, hati Yesus justru terpaut.

Dia bertanya, “Apa yang kauinginkan Kuperbuat bagimu.” Jawab orang itu, “Tuhan, semoga aku melihat.”

Yesus mengambil inisiatif untuk menolong. Orang buta itu dapat melihat karena imannya yang kuat.

Hal itu ditunjukkannya dengan keteguhannya mendekati Yesus walaupun dihalang-halangi orang banyak.

Yang menarik adalah setelah melihat, ia mengikuti Yesus dan memuliakan Allah. Ini penting karena mengandung pesan kepada pembacanya.

Sesudah orang bisa melihat dan berjumpa dengan Yesus, kita diajak untuk mengikutiNya dan memuliakan Allah.

Orang buta itu mengajari kita agar tidak bosan-bosan berseru kepada Tuhan. Hendaknya kita sering menyeru nama Tuhan dalam doa.

Orang buta itu memberi harapan bahwa Tuhan pasti akan mendengarkan doa kita. dan ketika doa kita dikabulkan, jangan lupa untuk berjalan mengikuti Yesus dan memuliakan Allah.

Seringkali kalau doa sudah dikabulkan, kita lupa berterimakasih kepadaNya. Bahkan pergi meninggalkan Yesus. Kita lupa diri.

Kadang orang buta yang cacat fisiknya, tetapi mata hatinya sangat peka terhadap kasih Allah. Kita yang bisa melihat justru sering buta hati kita terhadap Allah dan sesama.

Kalau kita buta, marilah kita berseru kepadaNya. Kalau kita melihat, marilah kita mengikutiNya dan selalu memuji Allah.

Malam-malam bulan purnama
Menikmati bintang-bingtang di angkasa
Tuhan mengasihi orang kecil sederhana
Kita pun diajak meneladan dan mengikutiNya

Wisma OMI, mengakhiri Week End
Rm. A. Joko Purwanto Pr